Malam yang cukup dingin, dengan hembusan angin luar yang semakin lama membuat kulitnya merasakan sentuhannya.
Hanna dengan balutan perban ditubuhnya, perlahan membuka matanya. Mata indah cokelat yang bening, terlihat mengkilap ditengah gelapnya ruangan yang remang-remang terkena sinar rembulan memantul dibalik jendela kaca.
Kabut-kabut yang menghalangi pandangannya pun sedikit demi sedikit menghilang dan semakin jelas bersamaan dengan nampaknya sosok pria tampan yang kini masih setia duduk di sampingnya.
"Kau sudah bangun sayang?" Sapaan lembut keluar dari mulut laki-laki itu.
Hanna yang baru menyadari ada seseorang di sampingnya, sontak bangun.
"Kau siapa?" Pekik Hanna, menatap takut laki-laki itu.
Melihat Hanna yang berangsut menjauh, bukannya raut kesal melainkan senyuman hangat yang ia tunjukkan. "Tidak usah takut, aku tidak akan menyakitimu luna." Ucap Axel kemudian bangkit berdiri.
Hanna semakin waspada, namun ia tidak bisa memungkiri bahwa ia juga sedikit terpesona dengan ketampanan laki-laki itu. Namun mau setampan apapun dia, Hanna yakin dia pasti akan berbuat sesuatu yang buruk padanya.
"Jangan mendekat!" Teriak Hanna sesaat Axel hendak berjalan memutar untuk mendekatinya.
Axel pun tidak membantah, ia berhenti sesuai dengan keinginan Hanna.
"Apa ini cukup?" Tanya Axel, ia memposisikan dirinya dua langkah dari ranjang.
Hanna terdiam namun kemudian mengangguk.
Beberapa detik dalam keheningan, Axel masih dengan pandangan tak teralihkan dari lunanya yang juga masih menatapnya waspada. Seuntai garis terangkat di bibir Axel membuat Hanna yang melihatnya tertegun.
"Apakau terpesona dengan ketampanan ku luna?" Tanya Axel seketika membuat Hanna mengalihkan pandangannya.
Reaksi Hanna itu jelas membuat Axel puas.
"Kau itu siapa?! Dan kenapa kau ada di-" Perkataan Hanna terhenti saat ia baru saja mengingat sesuatu, kedua matanya kini menatap sekeliling dengan raut wajah kebingungan.
"Dimana ini? Mengapa aku bisa di sini?" Hanna mulai panik. Ia sadar bahwa saat ini ia sedang tidak berada di kamarnya bahkan ia tidak pernah melihat tempat ini sebelumnya. Hanna kembali menatap Axel yang masih setia memerhatikannya.
"Kau!" Hanna menunjuk wajah Axel. "Kau pasti yang telah menculikku kan?" Tuding Hanna membuat Axel menautkan kedua alis tebalnya.
"Tidak, aku-"
"Diam!! Kau tidak akan bisa membohongiku. Kau, kau pasti salah satu suruhan paman Robeth kan? Dan kau pasti akan menumbalkanku pada pangeran kegelapan. Iya kan?"
Axel tidak menjawabnya lagi namun seperti sebelumnya ia masih juga menatap Hanna hangat. Ia memang tidak terlalu mengerti maksud dengan tuduhan Hanna, namun ia bisa melihat jelas ketakutan terpancar di wajah nya.
"Jadi kau sudah mengetahuinya?" Tanya Axel, dengan senyuman jahil.
Hanna pun semakin percaya dengan tuduhannya. "Tentu saja! Keluarga Chandrick pasti telah membayarmu kan?"
Axel menaikan satu alisnya. Ia lalu kembali melangkah mengitari ranjang. Yang hal itu membuat Hanna terkejut.
"Jadi... mengapa kau tidak ingin ditumbalkan?" Tanya Axel begitu sampai tepat di hadapan Hanna.
![](https://img.wattpad.com/cover/208751416-288-k744864.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Black Moon
Manusia Serigala"Akhirnya.. aku menemukanmu Luna." Hanna gadis lugu yang tidak tahu apa-apa mengenai werewolf maupun magic. Namun kehidupannya yang tragis dari keluarga angkatnya, berakhir menjadikannya seorang tumbal bagi generasi keluarga mereka. Namun siapa sang...