O2

142 9 10
                                    

Mentari pagi ini cukup terang dan sangat panas. Kelas Kaluna sedang ada jadwal olahraga. Alhasil mereka sedang bermain basket di lapangan sekolah.

Kaluna yang tidak tertarik bermain basket hanya duduk diam di pinggir lapangan. Karena basket bukanlah ahlinya. Ia lebih berbakat di bidang dance dibandingkan bola.

Secara kebetulan, kelas Aidan juga berada di lapangan sekolah karena memang jadwal mereka olahraga. Dilihatnya, Aidan sedang bermain sepak bola bersama teman-temannya. Entah mengapa ia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Aidan.

Ia baru tersadar mengapa Aidan mempunyai banyak fans. Karena pesonanya yang benar-benar kuat. Siapa yang tidak suka? wajah seperti orang bule, rambut coklat tua dengan jambulnya yang keren, alis yang rapih dan tebal, rahang yang tegas dan kuat. Apalagi dengan keringat yang bercucuran membuatnya semakin sempurna di mata Kaluna.

Ya tuhan, nikmat mana lagi yang kau dustakan. batin Kaluna.

"KALUNA, AWAS!" teriak Arthur, teman sekelasnya.

Bola basket nyaris membentur kepalanya. Hanya beda dua sentimeter dari atas kepalanya. Oke, lagi-lagi Kaluna yang begitu ceroboh tidak bisa menjaga dirinya lagi.

"Lun, lagi ngeliatin apa sih? kenapa jadi ga fokus begini?" tanya Jenna.

"Eh sorry, gue lagi bengong tadi sampe galiat kalo ada bola dateng ke arah gue." jawab Kaluna.

"Lain kali hati-hati." ucap Jenna kemudian kembali masuk ke dalam lapangan.

Lain kali hati-hati? kayak kenal deh. batin Kaluna.

Aidan sempat menoleh sebentar ketika Arthur berteriak. Namun seperti biasa, Ia langsung mengalihkan pandangannya lagi. Bersikap tidak peduli seolah-olah tidak ada yang terjadi.

***

Kaluna tengah mencari keberadaan Aidan. Ia harus berterima kasih sekaligus minta maaf karena kejadian di kantin kemarin.

"Mana si itu anak? ngilang mulu pusing gue." keluh Kaluna.

Kaluna sudah mengelilingi satu sekolah, namun hasilnya nihil. Ia tidak melihat cowok bule itu. Kemudian ia teringat, ada satu tempat yang jarang didatangi murid-murid. Rooftop.

Dan benar saja, Aidan sedang berdiri menatap langit sambil memakai EarPods di kedua telinganya.

"Aidan?" panggil Kaluna. Aidan menoleh, lalu mengalihkan pandangannya lagi. Ia merasa bingung, mengapa ia jadi sering melihat cewek itu.

Kaluna mendekati Aidan dan berdiri disampingnya. "Gue mau minta maaf buat yang di kantin. Gue bener-bener ga sengaja. Tiba-tiba aja ada batu yang buat gue jatoh. Bukan salah gue kan? salahin aja batunya." ucap Kaluna panjang lebar.

Namun respon dari Aidan membuatnya kesal. Ia tidak mendengarkan Kaluna bicara sama sekali. Sangat acuh.

Karena kesal, Kaluna melepaskan earpod yang tersumbal di salah satu telinganya. "Lo denger gue ga sih?!" kesal Kaluna.

Aidan menatapnya tajam. Kemudian berjalan ke arah pintu keluar. Kaluna dengan cepat menghentikannya dengan menarik tangan Aidan. Aidan yang merasa tertarik langsung menepis tangan Kaluna kasar.

"Gue cuma mau bilang makasih karena kemaren lo udah nolongin gue, coba aja lo gaada, pasti gue udah dibawa sama mereka. Dan satu lagi, maaf ya pas di kantin. Gue ga sengaja nabrak lo." Kaluna menjelaskan, sekali lagi.

"Ya." jawab Aidan kemudian ia langsung menuruni anak tangga berniat untuk keluar.

Ganteng-ganteng kok sifatnya dingin. batin Kaluna kesal.

Kaluna mengejar Aidan dan menyamakan langkah kakinya dengan Aidan. "Oh iya, nama gue Kaluna. Lo bisa panggil gue Luna." 

"Gue ga nanya." jawab Aidan singkat.

Kaluna meremas roknya sendiri dengan kesal. Bagaimana ada orang sedingin dia di dunia ini? "Gue kelas 11 IPA 3, lo?"

"11 IPA 2." jawab Aidan, tentu saja dengan sifatnya yang 'singkat'

"Loh kelas kita sebelahan? kok gue gapernah ngeliat lo ya? mata gue fix rabun sih ini. Terus lo berarti sekelas sama Darrel? gue, Darrel, sama Naira temenan dari kecil tau." Walaupun Kaluna tau Aidan pasti tidak akan peduli, namun sifat Kaluna yang banyak omong ini tidak bisa dihilangkan mau sama siapa pun.

Kaluna ini tipe orang yang friendly dan ramah pada siapa saja. Sifatnya itu menurun dari Leya, ibunya.

Aidan hanya mengangkat alisnya bermaksud mengiyakan perkataan Kaluna.

"Kenapa sih lo dingin banget sama gue? gara-gara gue pernah numpahin jus ya ke baju lo?" tanya Kaluna.

"Ga, gue emang gini sama semuanya." balas Aidan. Seumur hidupnya, ia tidak pernah berbicara bersama perempuan selama ini. Entah mengapa, saat mendengar Kaluna bicara, Aidan tidak melakukan hal-hal aneh yang biasa ia lakukan kepada perempuan lain, seperti menyuruhnya diam, mengusirnya, dan membuatnya menjauhinya.

"Aidan!" bukan, itu bukan Kaluna yang memanggil. Melainkan seorang perempuan yang datang dari arah berlawanan. Perempuan itu datang bersama empat temannya di belakangnya. Airin.

"Kamu kemana aja? aku cariin kamu dari tadi engga ada." tanya Airin seraya mengerucutkan bibirnya. Sungguh, Kaluna ingin muntah saat ini.

Aidan hanya melewati Airin dengan rasa acuh. Kaluna sudah berhenti mengikuti Aidan dan ingin berbalik arah mencari Darrel, sahabatnya. Namun tatapan Airin beserta teman-temannya membuatnya bingung. Apa salah Kaluna sampai mereka menatapnya dengan penuh kebencian seperti itu?

"Dasar pelakor." Kaluna bisa mendengar Airin mengatakan hal itu walaupun sudah agak jauh. Mungkin saja Aidan juga mendengarnya. Hati Kaluna terasa sakit. Ia tidak pernah dikatai sampai seperti itu. Namun ia kembali meneruskan jalannya.

Yang dicari Kaluna pun datang dengan sendirinya. Darrel Alvander. Sahabatnya dari bayi sampai sekarang. Orang tua mereka memang sangat dekat sehingga hubungan Darrel dan Kaluna pun sangat dekat. Mereka baru bertemu Naira ketika memasuki SD kelas 1.

"Lun! abis ngapain lo sama Aidan?" tanya Darrel tiba-tiba seraya memberikan minuman berisikan jus mangga kesukaan Kaluna.

"Cuma ngobrol bentar. By the way, makasih jus mangganya. Tau aja kalo gue lagi haus banget." balas Kaluna dengan memberikan senyuman manisnya yang bisa membuat lelaki meleleh hanya karena senyumannya.

Darrel yang melihatnya pun sama, ia merasa bahwa Kaluna adalah perempuan paling menggemaskan yang pernah ia temui. Entah sejak kapan, Darrel mulai memperhatikan Kaluna yang semakin cantik semakin harinya.

"Tau lah, apa sih yang cogan gatau?" cengir Darrel. Sifat menyabalkan, dan percaya dirinya itu membuat Kaluna ingin menabok, sungguh.

"Cogan? cowo gampangan rel?" balas Kaluna seraya tertawa kecil akibat joke yang ia buat itu.

"Bisa aja anjir. Oh iya lun, bunda kangen lo nih. Dia pengen lo main ke rumah lagi." celutuk Darrel. Bunda adalah sebutan untuk Laila, ibu Darrel. Sedangkan mamah, adalah sebutan untuk Leya, ibu Kaluna.

"Lah perasaan gue baru tiga hari yang lalu main ke rumah lo rel? masa bunda udah kangen aja." jawab Kaluna.

"Iya nih, bunda kangen sama calon anak perempuannya." celutuk Darrel yang membuat Kaluna sedikit bingung. Kaluna memang lemot, sangat lemot.

***


Jangan lupa vote and comment peeps !

AIDANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang