O3

150 11 5
                                    

"Kaluna, cepet turun. Ada darrel nih dibawah!" perintah Leya. Ibu Kaluna.

"IYAA MAH BENTAR LUNA MASIH NYARI SABUK." balas Kaluna seraya mencari sabuknya yang hilang.

Darrel menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. Dari dulu memang Kaluna sangat ceroboh dan tidak hati-hati dalam hal menaruh barang. Namun sifatnya yang seperti itu malah membuat Darrel gemas sendiri.

"Duh sorry rel, sabuknya baru ketemu nih. Seinget gue, gue taro diatas meja tapi tadi pagi dia jalan sendiri ke bawah kasur." celutuk Kaluna dengan bibir yang masih cemberut.

"Itu namanya lo yang salah naro kali lun. Jangan cemberut gitu, gue gemes." balas Darrel seraya mencubit salah satu pipi Kaluna yang membuat pipi Kaluna memanas dan memerah seketika. Pipi Kaluna yang memerah semakin membuat Darrel ingin memakannya saking gemasnya.

"Mau sampe kapan lo berdiri disitu? galiat jam? sepuluh menit lagi bel masuk." ucap Darrel seraya menyalakan mesin motor sport hitamnya.

Kaluna tersadar dari lamunannya. Lalu dengan cepat ia menaiki jok belakang motor Darrel. Darrel pun langsung tancap gas menuju sekolah.

Beruntung mereka tidak terlambat datang ke sekolah. Untungnya masih tersisa dua menit sebelum bel masuk.

"Rel, lo duluan aja. Gue mau ke toilet dulu." pinta Kaluna kepada Darrel.

"Oh yaudah, cepetan lun. Bentar lagi masuk." balas Darrel.

"Gapapa gue juga abis ini pelajaran pak Bagas, suka telat dia."

Akhirnya Darrel mengiyakan. Kaluna segera masuk ke dalam toilet perempuan. Ia ingin merapikan bajunya karena Darrel kebut-kebutan di motor tadi sehingga membuat baju Kaluna sedikit berantakan.

Kaluna berkaca di kaca seraya merapikan bajunya. Setelah selesai, ia berniat untuk keluar dari toilet. Namun ada yang menghalanginya. Seorang perempuan yang lebih tinggi dari Kaluna dengan membawa empat orang dibelakangnya. Airin Kimberly.

"Well, ini ya yang sok akrab sama Aidan itu?" remeh Airin.

"Minggir, gue mau lewat." ucap Kaluna seraya menatap Airin dan teman-temannya.

"Bentar, gue mau kenalan." balas Airin lalu ia menarik rambut Kaluna dengan kasar.

"Gue, Airin. Gue udah suka sama Aidan lama banget dari SMP. Tolong lo gausah sok deket sama Aidan. Mumpung gue masih ngomong baik-baik." Airin menarik Rambut Kaluna semakin keras sehingga Kaluna kesakitan. Ia rasa, rambutnya akan menjadi botak sekarang juga.

"Semua cewe yang deket sama Aidan udah pernah gue labrak. Dan mereka semua takut, ga ada yang berani lagi deketin Aidan. Kalo lo berani, gue bakalan ngelakuin lebih da–"

"Ngapain?" entah sejak kapan Aidan sudah berdiri dan bersandar di depan pintu toilet perempuan.

Airin dan teman-temannya terkejut. Airin segera melepas tangannya dari rambut Kaluna. "A-aku cuma lewat sini aja." balas Airin dengan gugup.

Kaluna diam-diam tertawa dalam hati. Ternyata Airin takut pada Aidan. Apa cuma dirinya yang tidak takut pada lelaki itu? malah sikap dinginnya itu membuatnya semakin penasaran.

"Pergi." perintah Aidan kepada Airin dan teman-temannya. Airin pun langsung pergi dengan kesal.

Aidan menatap Kaluna yang tengah merapikan rambutnya. Dilihatnya memang banyak rambut Kaluna yang rontok akibat dijambak Airin.

Kaluna menatap Aidan balik dan tersenyum manis. Aidan langsung mengisyaratkan Kaluna agar segera pergi.

"Makasih, lo udah nolongin gue ke tiga kalinya." ucap Kaluna.

AIDANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang