O4

16 2 1
                                    

"DAN, SEPERTI BIASA YA GUE NUMPANG WIFI." celutuk Alfa seraya rebahan di kasur milik Aidan.

"No gadir no Alfa, we stan Alfa." ledek Devin.

"Terserah lo pada aja, gue ngantuk." Aidan yang sudah sangat mengantuk itu beranjak ke kasur king size nya, hanya berbaring dan menutup matanya sejenak sudah membuat ia tenang.

"Yeh si dodol, ngajakin ke rumahnya buat main game eh dianya malah tidur." celutuk Alfa.

"Orang ganteng bebas, Al." balas Aidan yang masih memejamkan matanya.

"Bisa narsis juga lo ya." ucap Jorgas yang disusul gelak tawa dari teman-temannya.

Aidan, Jorgas, Alfa, dan Devin adalah teman yang sangat dekat sejak SMP. Hanya mereka yang mampu bertahan dan merubah sifat Aidan yang dingin. Ketika bersama mereka, sifat dingin Aidan mengehilang seketika dan bertindak konyol semaunya. Entahlah apa yang akan terjadi apabila mereka tak bersama Aidan sekarang, mungkin hidupnya akan menjadi koran yang hitam putih.

"Widih Kaluna cantik banget ya, bidadari kali." Jorgas yang sedang melihat instagram langsung bercelutuk, lalu di sauti teman temannya.

"Kaluna yang anak kelas sebelah? Bule ya dia?" Tanya Devin seraya ikut nimbrung di sebelah Jorgas.

Aidan yang mendengar itu langsung bangkit dari kasurnya dan merebut ponsel Jorgas. Sebuah foto selfie yang diunggah Kaluna di akun instagramnya cukup membuat Aidan berhenti sejenak, ia mengamati tiap inci wajah cewek tersebut.

"Apa nih, lo udah mulai ngelirik cewe Dan?" Kepo Alfa.

"Biasa aja." Jawab Aidan lalu ia segera merebahkan dirinya lagi di kasur. Ia berbohong kepada teman temannya, padahal dalam hati ia merasa ingin melihat wajah cewek tersebut lebih lama lagi. Entah mengapa, ia merasa familiar dengannya.

"Si dodol, cari pacar dong Dan, lo ganteng gini masa gapunya pacar, cupu amat." Celutuk Alfa.

"Heh kuku onta, lo sadar diri kek, emang lo udah punya pacar?" Celutuk Jorgas ke Alfa.

"Lah gue kan baru putus ga lama ini, lah elo? Jomblo berapa tahun Jor?" Jawab Alfa.

"Gini - gini gue banyak yang suka ya, jangan salah lo." Jawab Jorgas terus menerus. Perdebatan mereka cukup membuat Aidan tersenyum kecil, teman temannya ini yang paling mengerti tentang keadaan dan situasi Aidan. Aidan sangat bersyukur kepada tuhan karena telah bertemukan mereka.

"Berisik lo pada." Celutuk Aidan yang sedang merebahkan dirinya di kasur, seraya memejamkan matanya.

"Nah kan mampus dimarahin bos muda." Devin bercelutuk.

Jorgas dan Alfa berhenti berdebat, mereka pun melanjutkan aktivitasnya yaitu bermain PS.

***

Esok pagi harinya, Kaluna terlambat datang ke sekolah untuk yang ke 10 kalinya. Gadis itu berlari sekuat tenaga setelah sampai ke sekolah, ia berlari menuju gerbang, dan benar saja, gerbangnya sudah ditutup.

"Pak Anto, bukain dong pak.." Mohon Kaluna kepada satpam sekolahnya.

"Aduh gak bisa neng, nanti saya dimarahin bu Erin." Jawab Pak Anto.

Kaluna mengerucutkan bibirnya, entah ia akan dihukum apa hari ini oleh guru BK nya yang super galak, Bu Erin.

"Pak kalo bapak bukain gerbangnya buat saya, saya jajanin cilok 10 bungkus gimana pak?" Tawar Kaluna dengan kekehnya.

"Saya mau neng, tapi nanti gaji saya malah dipotong gimana?" Jawab Pak Anto.

Kaluna kembali mengerucutkan bibirnya, ia pun pasrah. Memang tidak ada jalan keluar saat ia terlambat dan harus dihukum. Ia pun akhirnya hanya menunggu di depan gerbang seraya bersender di dinding.

Seorang pemuda dengan motor sport merah dan helm berwarna hitam berhasil membuat Kaluna teralihkan pandangannya. Ia sangat kenal dengan motor itu. Pemuda itu memarkirkan motornya di parkiran khusus motor dan melepaskan helmnya. Betul saja, Aidan Melviano Julian.

Kaluna tersenyum girang, lalu menunggu Aidan menghampiri gerbang seperti dirinya. "Hai Aidan, lo telat juga?" Tanya Kaluna masih dengan senyumnya yang girang.

Aidan memandangi Kaluna sebentar lalu ia menjawab "Iya."

"Padahal tadi gue udah buru buru lho, tapi kena macet di jalan, rese banget." Keluh Kaluna.

Aidan hanya terdiam seraya bersandar pada dinding yang sama dengan Kaluna, tentu saja masih dengan menjaga jaraknya.

"Lo kok diem aja sih Aidan? Lo lagi sariawan ya? Udah coba pake obat buat sariawan? Gue lupa nama obatnya, tapi biasanya di apotek ada sih—"

"Berisik." Lagi lagi Aidan bersikap dingin kepada Aluna. Ralat, ke semua orang.

"IH LO YA, GUE AJAK NGOMONG MALAH DIBILANG BERISIK!" Protes Kaluna seraya berkacak pinggang.

Aidan yang melihat itu hanya tersenyum tipis. Kaluna mengingatkannya dengan sosok ibunya yang sudah meninggal. Ibunya yang sering berkacak pinggang karena tidak tahan dengan kelakuan Aidan yang bisa dibilang nakal. Aidan segera membuang pikiran itu, ia tidak mau kembali bernostalgia.

"EHM!" Bu Erin datang dengan membawa sebuah penggaris kayu besar. Ia menggelengkan kepalanya pelan melihat kelakuan Kaluna dan Aidan yang sering terlambat.

"Masuk ke dalam sekolah, berdiri di tiang bendera sampai jam istirahat. Sekarang!" Perintah bu Erin.

Kaluna dan Aidan segera mengiyakan dan segera berlari menuju tiang bendera. Mereka menjadi tontonan murid - murid yang saat ini sedang jam olahraga.

"Untung hukumannya ga bersihin toilet lagi, gue bosen banget." Celutuk Kaluna.

Aidan masih terdiam. Kaluna yang geram dan tidak mau menyerah pun masih tetap mengajak ngobrol Aidan, walaupun responnya singkat. Namun Kaluna percaya suatu hari nanti Aidan akan terbuka dengannya.

"Dan, kalo gue pingsan, lo tangkep ya." Ujar Kaluna seraya berkekeh geli.

"Sokap." Jawab Aidan, namun dengan senyum tipis di wajahnya.

"Oh lo ngatain gue sokap? Dasar kutil gajah!" Jawab Kaluna tidak mau kalah.

"Lo upil dugong." Jawab Aidan lagi.

"Apa? Upil dugong? Masih jelekan kutil gajah, wle!" Jawab Kaluna seraya menjulurkan lidahnya.

"Lo—" omongan Aidan terhenti karena bola basket yang hampir mendarat di kepala Kaluna, untung saja Aidan menangkapnya dengan cepat.

"WOI HATI HATI DONG!" Teriak Aidan kepada adik kelasnya yang sedang bermain basket di lapangan.

"Ma-maaf kak.." Mereka menunduk meminta maaf kepada Aidan dan Kaluna lalu melanjutkan permainan basketnya.

"Yaampun Aidan, thanks banget ya.. Lo nyelametin gue berapa kali coba?" Ujar Kaluna.

"No prob." Jawab Aidan singkat.

Diam diam Kaluna tersenyum kecil, ia tahu bahwa Aidan itu sebenarnya orang yang baik namun tertutup dengan sifat dinginnya.

"KIW KIW, MESRA AMAT NIH KAK!" Teriak seorang cowok di lantai dua. Itu adalah Alfa, teman dekat Aidan.

"Aduh Aidan, lo selingkuh dari gue ya?" Ujar Devin dengan ekspresi sedihnya.

Aidan yang melihat itu hanya bergidik ngeri. Mimpi apa ia semalam hingga punya teman seperti itu.

"AIDAN LO TERNYATA SUKA SAMA COW—" Dengan polosnya satu kalimat itu keluar dari mulut Kaluna. Cepat - cepat Aidan menutup mulut Kaluna.

"Dia bercanda, bego." Jawab Alfa dengan cepat, kupingnya memerah.

Alfa, Devin, dan Jorgas tertawa terbahak - bahak di lantai atas.

"Gausah ketawa lo pada." Protes Aidan seraya memutar bola matanya malas.

"Ampun om, lanjutin aja ya pacarannya. Kita mau ke kelas dulu nih ditungguin bu guru cantik, dadah ayang Aidan!" Celutuk Devin seraya memberikan kiss bye kepada Aidan.

Lagi lagi Aidan bergidik ngeri. Kaluna yang melihat itu juga tertawa terbahak - bahak.

***

To be continued..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AIDANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang