Chapter 2

330 60 5
                                    

“Dad!” teriak Alli. Matanya mulai meredup dan semuanya hilang seketika.

Alli bangun di toilet perempuan di sekolahnya. Masih dengan tank-top hitam yang melekat di badannya karena keringat di bagian punggungnya. Dia mengecek apakah disana ada bulu seperti: tidak ada. Alli berpikir ini hanya mimpi yang membuatnya ketakutan, mungkin imajinasinya terlalu tinggi sehingga Alli terjebak jauh di dalamnya. Semua bagaikan drama yang membawanya seperti air mengalir.

Alli serasa dikendalikan, badannya menuntunnya keluar dari toilet perempuan menuju ke kelasnya. Sesampainya di kelas, Alli mengeluarkan isi tasnya, seperti mencari sesuatu yang penting, atau mengecek barang yang tertinggal. Saat sibuk membongkar tas, Mandy dan teman-temannya berjalan melewati Alli sambil tertawa dan berkata, “Kau lupa period-mu, Sobat? Darah di sekujur rok birumu menjelaskan semuanya.” Ejek Mandy.

Alli tidak memperdulikannya karena dia tahu Mandy pasti mengerjainya. Saat semua barang di tas Alli sudah dikeluarkan, Alli mendapati tangannya menyentuh sesuatu yang dingin dan tajam. Alli(dengan kendali tidak-tahu-siapa) mengambil benda itu, dan Alli berjalan pelan ke arah Mandy. Mandy melotot ketika melihat bahwa Alli memegang pisau. Mandy merasakan ngilu pada seluruh syaraf tubuhnya, sehingga itu membuatnya membeku dan tidak bergerak.

Alli mendorong Mandy menjauh dan kembali berjalan sampai dia menemui seorang gadis cantik bernama Rachel yang tengah duduk di pojokan. Rachel tidak banyak bicara, tetapi temannya lumayan banyak dibadingkan Alli.

“Hai.” Alli menyapa Rachel.

“Um, hai, Alli.” Jawab Rachel.

Alli pun duduk di sebelah Rachel dan mengangkat pisaunya.

“Sebaiknya aku untuk permulaan.” Kata Alli, menggoreskan pisau di lingkar tangannya dan sekujur lengannya.

“Kau bahkan tidak tahu apa yang mengontrol kita.” Lanjut Alli.

Alli. {roof sequel}Where stories live. Discover now