YATUHAN AGNES HARAP KALIAN MENGAMPUNI DOSA AGNES YANG BANYAK INI. SELAMA KURANG LEBIH TIGA TAHUN SAYA MENINGGALKAN WATTPAD DAN RESPON KALIAN MASIH LUAR BIASA TERHADAP ALLI. AGNES SANGAT SENANG SEKALI BANGET. TUNGGU TERUS YA KELANJUTAN ALLI!!
---
Alli terbangun dengan gelagapan, rupanya dia mimpi buruk, sangat buruk—mimpi yang disebut Selena sebagai dark dream. Kotak donat di pangkuannya sampai terjatuh karna saking kagetnya. Ponsel yang digunakan untuk menerima telepon Justin pun masih digenggamnya.Tunggu.
Apa ini?
Mata Alli membulat, menatapi lekat-lekat pergelangan tangannya. Goresan panjang dan baru kering yang diperkirakannya adalah goresan tajam sebilah pisau.
Bukankah itu mimpi?
Ah, Alli merasa gila.
Alli menjambak rambutnya kasar dan sayapnya terbuka-tutup menuruti emosinya."KENAPA HARUS SEMENYAKITKAN INI?!", Alli berteriak keras sambil menangis. Menekuk lutut mungkin membantunya, tetapi rasa sakitnya tidak kunjung hilang.
Di sisi lain, Justin masih menggedor pintu utama keluarga Styles. Berharap ada orang yang bisa membantunya mendobrak pintu utama keluarga Styles.
"Argh!", Justin patah semangat. Tidak ada satu pun orang yang lewat di pemukiman rumah mereka. Sepi sekali siang itu. Justin masih memikirkan apa yang akan terjadi pada Alli, apa yang terburuk lebih tepatnya.Justin meraih ponsel di sakunya dan kembali menelpon ayahnya.
"Halo? Dad, tolong cepatlah bantu aku-"
"Justin kembali ke rumah atau kau akan ku hukum. Pergilah dari rumah keluarga Styles atau kau tidak akan pernah bertemu Alli lagi. Dad sudah memperingatkanmu, Mate. Tolong hargai aku dan Mum."Klik.
Sambungan telepon diputus sepihak oleh Louis. Justin menggeram kesal. Bahkan ayahnya tidak bisa membantunya di saat seperti ini.
Dengan pasrah, Justin menyeret kakinya kembali ke rumah dan beristirahat sebentar di sofa ruang tamu.Alli menggeram keras sambil menangis. Kali ini tangisannya lebih pelan karena ia sudah lelah menangis.
Alli memutuskan untuk pergi ke toilet untuk membersihkan wajahnya. Tetapi, saat ia berdiri, kakinya menyentuk sesuatu yang dingin.Hah?
Pisau?Alli langsung berlari ke toilet dan melihat refleksi dirinya di kaca wastafel. Apa-apaan ini?
Lehernya terdapat bekas pukulan merah keunguan, seluruh tangan dan kakinya ada bekas goresan kecil-kecil seperti dicakar burung gagak. Matanya membesar karena sembab menangis untuk kurun waktu yang lama. Bibirnya pun berdarah.Sakit luar biasa saat ia sudah melihat beragam luka disana.
Justin tertidur tadinya tapi terbangun karena rasa sakit di punggungnya.
"Apakah Mum dan Dad masih lama?", bisik Justin kepada dirinya sendiri.
Justin membiarkan sakit di punggungnya itu dan terduduk untuk sekedar mencuci mata dengan menonton televisi. Matanya dikuceknya pelan.
Karena posisi duduknya sangat tidak enak sekarang, Justin menggeser punggungnya dan-"Argh!!", teriak Justin. Sesuatu yang tajam seperti menusuk punggungnya. Justin menoleh untuk melihat punggungnya yang dilapisi kaus biru muda itu.
Bercak darah?, tanyanya dalam hati.Justin buru-buru berlari ke wastafel ruang tengah di dekat meja makan. Membuka kasar kausnya, Justin lalu melihat bagian belakangnya di cermin.
Apakah aku salah lihat?, pikirnya lagi.
Persis seperti Alli. Tetapi ini tidak mungkin.
---
Alli jatuh tersungkur di toiletnya. Meringis kesakitan untuk kesekian kalinya. Semakin lama semakin banyak bulu yang menembus keluar kulitnya dengan paksa.
