🍁Chapter [2]🍁

37 23 3
                                    


Setelah memasuki rumah, Zara segera menuju ke kamar untuk mengganti pakaiannya yang sedikit basah.

Saat melewati ruang tamu Zara melihat Reina (ibu Zara). Zara menyapa ibunya.

"Bu.." sapa Zara dengan senyum berharap Reina menjawab sapaannya. Tapi nihil itu hanyalah khayalan semata. Reina segera bergegas pergi dari tempatnya duduk, tanpa menjawab sapaan putri satu-satunya itu.

Tak sadar sebulir air jatuh dari mata indah Zara.

Apa salahku bu.. pikirnya.

"Kuat Zar. Semua pasti ada hikmahnya" ucap Zara menguatkan dirinya sendiri. Setelah itu dia bergegas ke kamarnya.

Setelah berganti pakaian, Zara memutuskan turun untuk makan malam. Dia berdoa semoga saja orang tuanya mau makan malam bersamanya.

"Hai ayah, hai ibu" sapa Zara dengan senyum lebarnya.

Hening.

Tidak ada yang berniat membalas sapaan Zara.

"Eum Non Zara ayuk makan udah bibi siapin" ajak bibi setelah melihat hal yang ganjil.

"I-iya bi" ucap Zara dengan suara paraunya. Tahan Zara..

Saat Zara duduk di sebelah ibunya. Ibunya pergi begitu saja. Meninggalkan Zara bersama ayahnya.

"Bu, mau kemana?" Tanya Zara bingung.

"Gak perlu tau" jawab Reina sinis.

"Saya masih ada urusan diluar kota" ucap ayah Zara. Yang meninggalkan Zara sendirian begitu saja.

"Oh yaudah, Ayah hati-hati" ucap Zara dengan senyumnya.

"Sudah non.. mending non makan aja nanti laper" ucap Bibi menguatkan Zara.

"Iya bi"

Setelah makan malam, Zara menuju kamarnya dan duduk di balkon kamar.

"Risa, kamu baik-baik aja kan disana"

"Kamu gak sendiri kan disana"

"Kamu bahagia kan disana ? Kakak rindu kamu.." dan masih banyak lagi pertanyaan Zara kepada adiknya. Yah Risa adalah adik satu-satunya. Tapi setelah 2 tahun dia meninggal, Semua tampak sepi.

Drrtt..drrtt.

Halo..

Hai

Siapa yah ?

Gak perlu tau

Hah?

Kok belum tidur ?

Tut..

"Salah sambung kali ya" ucap Zara setelah mematikan panggilan tersebut.

Drrt..

Sampai jumpa,, besok pagi aku jemput di rumah kamu .. tidur nyenyak.

"Ish siapa sih? SKSD banget"

🍥🍥🍥

Setelah bersiap-siap untuk sekolah, Zara segera turun sarapan.

"Hai bi," sapa Zara. Karna hanya bibinya saja yang ada di rumah.

"Eh hai non. Sini makan dulu"

"Iya"

Tok. Tok. Tok.

"Bentar yah non saya bukain dulu pintunya"

ECCEDENTESIAST Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang