Ice Aisy

5 1 0
                                    

"Hilang dan pergi, lalu kembali. Datang dan singgah lalu aku
bertahan. Menyimpan atau melupakan, aku pilih salah satunya."

Burung terbang bebas bersama sayap yang indah menghiasinya, kilau-kilau nampak mematah disetiap kepakannya. Angin mengudara mengitari alam dengan sendu dibawah cahayanya. Sang mentari kini sedang sembunyi pada indah sinar redupnya. Menambah kesan emas disetiap dedaunan yang gugur.

Ku nikmati tiap tarikan nafas bersama eloknya sang alam, menyeru indah semerbak bersama wangi bunga yang gemilang. Ramai sorak-sorai gesekan ranting dan ilalang, menjadi biola kala siang menjelang. Hangatnya kepulan teh yang beraroma manis seperti yang menghirupnya, terkadang senyum ini langsung mengembang.

Gunung-gunung kembar terlukis disudut kelokan, kesannya kokoh yang ku tatap dari jendela. Pahatannya terukir indah disetiap barisnya, menambah deret kagumku pada Sang Maha Kuasa. Ciptaannya terlalu cantik untuk ku sia-siakan. Merusak alam berarti tak menerima anugerah.
Mataku masih memandang dibalik jendela yang terhias bunga-bunga cantik berwarna merah, harumnya seolah menarik penciumanku untuk mendekat. 

"Ice..." Namaku tersebut dan kudapatkan ibu yang memandangku.
"Kapan kau akan berangkat?" Tanya ibu dan aku mengedipkan salah satu mataku.
"Anak nakal, pergi. Kuda kita butuh makan nak." Kali ini aku tak bisa membantah ucapan wanita yang sangat aku cintai.

Ku sesap asap yang keluar dari teh hijau yang sangat memabukkan, wangi aromanya membuatku betah berlama-lama dibalik jendela kayu dan memandang rumput yang berubah warna. Namun, kembali ku cepat kan menyesapnya. Aku harus memberi makan kuda dihutan.

Author POV

Indahnya suasana hutan, menyimpan sosok gadis yang duduk sembari memperhatikan kuda-kudanya yang sedang mengisi perut kelaparannya. Ia patuh akan nasihat kedua orangtuanya. Begitu besar cintanya, hingga sampai 19 tahun pun ia masih tetap di tempat terpencil ini. Gadis itu tinggal bersama keluarga kecilnya dibalik indahnya gunung sebagai penutup antara hutan dan perkotaan.

Ayah adalah sosok dibalik tangguhnya mereka dapat bertahan, ayah yang memasak listrik dan melakukan pekerjaan diperkotaan yang ia lakukan di sini. Namun, tak ada telepon ataupun komputer. Jikalau ayah bekerja dan belum pulang sampai tiga hari, maka ibu akan membuat surat dan harus berjalan jauh ke pasar perbatasan.

Gadis berkulit putih bersih, hidung mancung nan mungil juga bibir tipis yang mengundang lebah untuk hinggap memberi madu. Begitu cantik bagai permata, namun rapuh seolah tegas perawakannya. Rambutnya panjang, cokelat tergerai. Surai-surainya lembut seindah kapas yang ringan. Tutur katanya lembut bagai permadani di ufuk senja. Kulitnya seindah satin yang gemulai. Terlalu elok memberikan tabiat pada gadis secantik
-Ice Aisy-

 Terlalu elok memberikan tabiat pada gadis secantik -Ice Aisy-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ice lagi sama kuda-nya. Azrof nama panggilannya.

Hai salam hangat dari penulis. Semoga betah dan kalian tetap penasaran dengan apa yang aku tulis. Silahkan tinggalkan jejak kalian ya. Bukan jejak kaki, tapi vote+komen.
Hargai karya seseorang dengan tidak mengcopy paste.
Bukannya penulis G-R. Sekarang zamannya pekarang. Perebut karya orang.
Semangat........
💕

IceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang