"cinta memang indah kata mereka tapi bagiku cinta itu merepotkan".
masa muda adalah masa masa indah nya para remaja, banyak anak sekolah yang setiap hari nya menghabiskan waktu bersama teman atau pacar nya, dengan berjalan jalan atau sekedar nongkrong di warung-warung kopi. sedikit minat mereka untuk belajar, mereka ke sekolah hanya sekedar untuk mendapat uang jajan dari orang tua nya lalu setelah itu bolos, sekolah adalah alasan mereka untuk mendapatkan uang. konyol.
cinta dan uang adalah gaya hidup mereka dan pendidikan adalah alasan mereka."itu hanya persepsi sekaligus kesimpulanku tentang kondisi siswa-siswa di lingkungan sekolah ku, memang tidak semua orang begitu tapi setelah kulihat dan ku amati kebanyakan dari mereka memang begitu".
tentu kita punya persepsi masing-masing di dalam pikiran kita, sesuai dengan kondisi sekolah kita tetapi di sini begitulah adanya.
"Aku berbicara dengan imajinasiku sendiri, seolah sedang berdebat dengan orang lain, tapi nyatanya aku sedang menyendiri di tempat sunyi yang jauh dari kota dengan segala tipu daya nya.
Di tengah kesendirian nan sunyi, sambil ku pandangi tanaman padi seluas mata memandang sedekat lutut ke kaki, aku duduk memeluk paha menopang dagu menghadap senja, lalu hembusan angin membelai rambut ku dengan kasih sayang nya.
imajinasi mulai melayang kembali, Hilir mudik bayangan demi bayangan di perlihatkan dengan tergesa-gesa lalu berhenti pada topik percintaan.
Dari topik pendidikan lalu ke topik percintaan.
Imajinasi memang maunya menang sendiri. Oke sekarang kita bicara tentang cinta." Cinta. Apa itu cinta?
Imajinasi mulai membayangkan dan pikiran mulai sibuk merangkai kata. Yang terbayang dalam imajinasi adalah adegan dua sepasang kekasih, Lalu pikiran berkata: cinta adalah sex. Karena memang itu yang di pertontonkan. Cinta sejati sudah hilang arti, apalagi cinta suci. Arti negatif yang muncul kini.Belum tuntas pikiran menjelaskan aspirasinya, tiba-tiba datang ryan menyapa (pikiran langsung buyar seketika) dengan membawa segelas kopi hitam lengkap dengan sebungkus roko di genggaman tangan kanan nya.
" Sudah ku duga, pasti lu ada di sini.
Dia ryan, teman masa kecil ku juga teman sekelas ku. Dia orang yang selalu ada sisi ku. Juga, mungkin orang yang paling mengakui keberadaan ku. Dia tipe orang yang mudah bergaul,berbaur,ceria dan ramah. Dia orang yang selalu mengajak ku bicara perihal apa saja yang selalu mengganggu pikiran nya, bisa di bilang aku adalah teman curhat nya. Orang pertama yang ia datangi ketika terbelit masalah adalah aku. Seolah aku adalah dokter dan dia pasien nya.
"Tempat favorit ". kata ku
" Al, Lu udah mutusin ?
Aku langsung paham apa yang ia tanyakan.
" Udah ".
"Ke mana ?
"Sma 11".
"Cipogor "
"(Mengangguk)"
Sebenernya Nama ku ali, hanya saja biasa di panggil Al. Aku masih Smp kelas 3 ips, bulan depan kami akan lulus.
Hobiku baca buku, denger musik dan menyendiri di tempat sunyi sambil melihat senja.
Banyak yang bilang Aku orang nya pendiam dan selalu menghindari keramaian (ku tambahkan). bangku paling pojok dan paling belakang adalah tempat favorit. Saat yang lain berlomba-lomba milih meja paling depan, aku berlomba lomba memilih meja paling belakang.
Saat hari pertama masuk smp aku datang pagi-pagi hanya untuk ngambil meja paling belakang. Takut di pilih orang lain pikirku."Oh" dia terdiam seolah sedang memikirkan sesuatu.
" Lu sendiri mau di terusin kemana? Atau jangan-jangan lu mau putus sekolah dan langsung kerja? Kayak si sakhmad". Tanya ku
"enak ajja, si sakhmad dia kerja karena emang keluarga nya lagi susah dan dia pengen ngebantu keluarganya,
"Dan Gua juga udah mutusin" Sambung dia
"Gua pengen satu sekolah lagi ama lu". Dengan suara datar hampir tak terdengar.
" Hah " kata ku.
"Eh, enggak. Gua juga berencana ke situ. Sma 11 ". Pandang berganti arah tangan mengambil gelas.
"Oh".
Bersambung
_____________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
The Elite School
Teen FictionKetika dua orang sahabat dari desa memasuki sekolah elite.