Tepat suara adzan maghrib berkumandang, aku kembali terusik mengenai rasa itu. Sekian detik kembali menyapaku. Menamparku berulang kali. Ternyata aku lemah. Aku bungkam. Sampai cairan bening itu kembali menggodaku. Hanya Sang Ilahi Rabbi yang tahu. Faktanya aku diam. Kubalik semua menjadi amarah. Karena selama ini diamku telah lama menutup mataku. Sekarang adalah ending yang sesungguhnya bahwa permintaan itu menjadi bukti bahwa aku akan baik baik saja. Salam dari seseorang yang kau anggap Mbakmu.