Chapter 7

43.6K 1.7K 91
                                    

Typo bertebaran, tandai yah...

Author's POV

Pagi-pagi Bram sudah ada di depan rumah untuk menjemput Sea. Sebenarnya dia bisa menyuruh sopirnya untuk menjemput Sea tapi dia ingin bertemu gadis itu walaupun cuma sebentar mengingat jam setengah 7 pagi dia harus ke kantor karena ada rapat penting.

Hari ini Sea pakai baju simpel. Kaos rajut oranye dan rok overall hitam sebatas lutut. Rambut hitam ikalnya dibiarkan tergerai. Sea hanya mengenakan riasan tipis seadanya dan lipstik pink segar.

Di mobil beberapa kali Bram melirik Sea. Gadis ini terlihat cantik sekaligus manis dengan baju itu, batin Bram. Dan bibirnya terlihat seperti strawbery segar yang minta dimakan. Dan Bram benar-benar ingin memakan bibir ranum itu.

"Kenapa pak? Ada yg salah?" tanya Sea bingung karena bosnya terlihat galau.

"Nggak pa-pa," Bram menutupi kegelisahannya. Tau gini aku nggak usah jemput Sea. Bikin aku pengen liat dia terus. Memikirkan hal itu, Bram jadi punya ide.

Sesampainya di rumah, Sea langsung menuju kamar Kia. Tapi gadis kecil itu masih tertidur malas.

"Kia sayang....ayo bangun," Sea mengusap lembut kening Kia. Udah nggak demam, gumamnya.

"Tapi Kia masih ngantuk, Tante." jawab Kia malas.

"Kia janji apa sama Akung semalem? Kia janji mau anak baik kan? Anak baik itu rajin bangun pagi," Sea menggelitik perut Kia pelan. Gadis itu terkekeh.

"Kia mau ikut papi ke kantor nggak?" tawar Bram yang sudah ada di pinggir kasur. Sea membenarkan posisi duduknya. Gara-gara menggelitiki Kia tadi, roknya yang cuma selutut sudah tersingkap sampai setengah paha. Dan sekarang tiba-tiba Bram sudah ada di sampingnya dan itu membuat Sea jadi salah tingkah.

"Mau..mau..mau..," Kia langsung membuka mata dengan semangat. "Ayo te, kita mandi. Aku pengen ikut papi,"

"Saya juga ikut pak?" tanya Sea.

"Iya lah. Kamu kan tugasnya jagain Kia. 5 juta Sea...5 juta,"

"Huh...nggak usah nyebutin angka juga pak," Sea beranjak dari kasur menyusul Kia sambil merenggut kesal. Bosnya itu sangat menjengkelkan.

Bram yang sengaja menggoda Sea tertawa terkikik. Senang bisa melihat wajah gadis itu memerah marah, menggemaskan.

Bram masih rapat di ruang rapat, sedangkan Kia dan Sea menunggunya di ruang kerja Bram. Sea mengagumi ruang kerja bosnya. Orang kaya emang levelnya beda, gumamnya.

Ruang kerja Bram sangat luas. Di dalamnya ada meja kerja yang super besar lengkap dengan kursi yang terlihat nyaman. Tidak jauh dari situ disamping kirinya ada satu set meja kaca bulat di kelilingi 4 kursi, untuk rapat kecil. Di depan meja kerja ada sofa putih berikut meja kopi dan tivi layar datar 29". Jangan lupakan masih ada kamar tidur yang tersambung di pintu sebelah kanan meja kerja.

"Pantas saja Kia senang kalo diajak disini. Homy banget," kagum Sea.

Bram tidak mau rapat lama-lama. Dia ingin segera kembali ke ruangannya dan melihat Sea. Eh, Kia.

Di ruangnnya Bram melihat Kia sibuk menggambar di meja kopi sambil ditemani Sea yang sedang membaca di sofa. Bram melirik buku yang dipegang Sea. Buku Tim Sanders, Dealstorming: The Secret Weapon that Can Solve Your Toughest Sales Challenges. Menarik.

"Kamu suka baca buku Dek?" Bram kembali memanggil Sea dengan sebutan 'Dek'. Dia suka memanggilnya begitu.

"Iya pak. Eh, maaf tadi saya ambil buku di lemari bukunya bapak. Buku bapak bagus-bagus,"

My Sweet Lil' Nanny (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang