Chapter 33

32K 993 24
                                    

Tandai typo ya

Author's POV

"Aku pikir... sepertinya kita harus berpikir ulang soal hubungan ini mas. I think I wanna break...up with you," ujar Sea, suaranya menelan di akhir kalimat.

Bram menginjak pedal remnya mendadak. Untung jalan tidak terlalu ramai dan jarak dengan mobil di belakangnya cukup jauh. Nafas Bram tercekat mendengar pernyataan Sea. Dia tidak mengira Sea mengatakan hal itu. Padahal dia pikir semua akan baik-baik saja.

"MAS...!!" Sea  terpekik kaget karena mobil berhenti tiba-tiba. Spontan melongok ke kursi belakang mengecek keadaan Kia. Posisi Kia mepet ke kursi depan, tapi gadis cilik itu masih bergelung nyaman seolah tidak terjadi apa-apa.

"Are you kidding me?" Bram bertanya pada Sea tanpa melihatnya, tangan Bram menggenggam erat kemudi, buku-buku jarinya memutih. 

"Mas, minggirin dulu mobilnya. Atau jalan sekalian. Jangan di tengah jalan gini," Bram meminggirkan mobilnya, menuruti Sea.

Setelah mobilnya di pinggir, Bram melepaskan sabuk pengamannya, menghadapkan tubuhnya ke Sea dengan wajah gusar.

"Are you kidding me?" Bram mengulang pertanyaanya, kali ini tangan Bram menggenggam tangan Sea. Menuntut pertanggung jawaban Sea karena telah membuat hatinya dalam kesedihan dan kekecewaan yang besar.

"..."

"Are you serious?" Bram bertanya dengan nada memelas. Sea memalingkan wajahnya dari Bram menatap ke jendela di sebelah kirinya. Hatinya merasa takut menghadapi Bram yang sekarang. Dari nada bicaranya yang singkat dan penuh penegasan, Sea tahu kalau Bram sedang marah. Walaupun begitu, Sea tetap ingin mengatakan alasan yang sebenarnya bahwa hatinya masih belum menerima masa lalu Bram. Sea masih belum siap dengan apapun yang akan terjadi di masa depan kalau dirinya berkomitmen dengan laki-laki itu.

Bram-ku dan Bram-mu itu orang yang sama. Apa kamu pikir Bram nggak akan melakukan hal yang sama seperti yang dia lakuin dulu? Membunuh anaknya?

Kata-kata Melissa yang itu masih terngiang-ngiang di kepalanya. Sungguh hatinya takut dengan apa yang akan terjadi di masa depannya. 

"Dek, answer me!" Bram tidak bisa menahan amarahnya karena Sea masih tidak mau menjawab pertanyaannya. Bram tidak mengerti, bagaimana mungkin Sea memutuskan hubungan yang baru saja mereka bangun? Apa karena restu ayahnya? Apa karena masa lalunya? Dirinya merasa dibodohi dengan sikap Sea yang sedari tadi menunjukkan seolah-olah semuanya baik-baik saja tapi tiba-tiba meminta putus.

Apa ada yang salah dengan obrolan mereka dengan Melissa dan suaminya? Tidak. Bahkan Sea mendukung Melissa untuk semakin dekat dengan Kia. Apa ada yang salah dengan sikap ayahnya yang masih dingin kepada Sea bahkan sampai mereka berpamitan tadi sore? Mmm... mungkin saja. Tapi kalau memang alasannya adalah ayahnya, Bram berjanji akan membereskan masalah yang dianggapnya sepele itu. 

"Dek..." Bram mencium tangan Sea yang di genggamnya, mengusapnya perlahan dengan sabar. Marahnya mereda melihat air mata Sea mengalir perlahan di pipi Sea yang kemerahan.

Sea menangis sesenggukan. Dirinya bingung bagaimana harus menjelaskan kepada Bram alasan yang sebenarnya. Ruas jari Bram mengarahkan wajah Sea menghadap kewajahnya. Lalu dengan ruas jari yang sama Bram dengan telaten mengusap air mata Sea. 

Dengan sigap Bram membuka kaitan seatbelt  Sea lalu menarik Sea ke pelukannya. Gadis itu balas memeluk Bram. Tangis Sea semakin menjadi.  Sungguh hatinya bingung, ragu, takut, dan khawatir berlebihan.

"Kamu kenapa sih Dek?" tanya Bram  dengan suara yang lembut tapi penuh kesedihan. Bram masih belum terima ucapan Sea tadi dan menuntut penjelasan.

My Sweet Lil' Nanny (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang