Chapter 24

28.1K 1.1K 29
                                    


Author's POV

Bram sampai di rumahnya dan segera mencari Sea. Tapi gadis itu tidak ada dimana-mana, begitu juga dengan Kia. Di teras belakang, di kamar Kia, di dapur.

"Mbok, Sea sama Kia dimana? Kok nggak ada?" tanya Bram pada Mbok Darmi.

"Tadi Non Sea ngajak Non Kia keluar Den, sama temannya. Katanya sih beli es krim," jawab Mbok Darmi.

"Temennya? Siapa? Mbok Darmi kenal? Pernah kesini?" tanya Bram bertubi-tubi.

"Laki-laki Den. Saya belum pernah lihat," jawab Mbok Darmi. Kadang Mimi dan Via memang datang ke rumah Bram, sekedar membawakan buku untuk Sea atau menggosipkan hal-hal seputar kampus.

Belum sempat Bram melanjutkan pertanyaannya, terdengar deru sepeda motor dari halaman rumahnya. Tak lama terdengar suara Kia memanggilnya.

"Papi...papi...udah pulang ya?" Kia berlari ke dalam rumah mencari papinya.

"Kia dari mana sayang?" tanya Bram memeluk lalu menggendong anaknya.

"Papi, aku dibeliin es krim lho sama om dokter," celoteh Kia di gendongan Bram.

Dari arah luar muncul lelaki muda yang tidak disukainya itu sedang berbincang dengan Sea. Sea tertawa dengan renyah mendengar guyonan Raihan, entah apa. Bram segera menurunkan Kia dari gendongannya dan menyuruhnya bermain bersama dengan Mbok Darmi untuk sementara. Dan berjalan dengan cepat ke arah Sea.

"Dek, aku mau ngomong," Bram menggamit tangan Sea dan meninggalkan Raihan sendiri di ruang tamu. Mereka sekarang ada di teras belakang, berdiri berhadapan.

"Kamu apa-apaan sih Dek? Aku udah pernah bilang kan, aku nggak suka ada orang yang nggak aku kenal datang ke rumah. Apalagi tanpa seijinku!" Bram menyugar rambutnya ke belakang, rahangnya bergetar menahan marah. Bram sengaja berbicara dengan nada marah yang tertahan. Dia tidak mau kali ini Kia mendengar dirinya marah lagi seperti kemarin. Apalagi sampai kedengaran oleh Raihan, bisa-bisa dia mengadu pada Ibrahim kalau Sea sering dimarahi olehnya.

"Maaf mas. Tapi aku nggak nyuruh Raihan kesini kok. Tadi Raihan tiba-tiba udah ada di depan rumah," jelas Sea.

"Kok bisa dia tahu rumahku?" tanya Bram menatap Sea dengan tatapan menyelidik.

"Mm..maaf. Aku pernah share loc alamat rumah ke Raihan waktu kapan hari dia bilang kalo mau jemput aku disini," Sea menunduk. Tangannya bertautan di belakang tubuhnya, merasa bersalah pada Bram.

Bram menghela napas berat, tangannya bersidekap di depan dadanya yang naik turun menahan marah. Dirinya sangat tidak suka pada laki-laki itu dan sekarang laki-laki itu ada di ruang tamunya. Dan itu gara-gara Sea?!

"Kamu share loc?!" Sea semakin merasa bersalah. Tangannya mencengkram ujung bawah bajunya. Dia tidak menyangka Bram akan semarah ini hanya gara-gara Raihan kerumah ini.

"Maaf mas. Waktu itu kan dia bilang mau jemput trus aku udah keburu share loc. Padahal dia nggak jadi kesini soalnya mas kan nggak bolehin," jelas Sea.

"Trus nggak kamu hapus share loc-nya?" Sea menggeleng.

"Astaga Dek!"

"Mas, aku minta maaf banget. Aku nggak ngira Raihan bakal kesini. Raihan beneran nggak bilang sama aku, mas,"

"Ck..kamu tuh Dek, jangan sembarang kasih alamat dong,"

"Iya mas. Maaf," sudah sekian kalinya Sea meminta maaf.

"Yauda kalo gitu sekarang kamu suruh dia pergi,"

"Mas ngusir Raihan?"

"Iya. Kenapa Dek? Kamu keberatan?" mata Bram memicing menatap Sea.

My Sweet Lil' Nanny (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang