Naya adalah nama yang diberikan oleh kedua orang tuaku. Naya yang berarti sebagai kehormatan, kebahagiaan, dan kemuliaan ini adalah harapan mereka agar kelak aku bisa membahagiakan, memberi kehormatan, dan mengangkat derajat kedua orang tua. Aku adalah seseorang yang gigih dalam mencapai tujuan, dan tak pernah mau kalah dari orang lain.
Saat ini aku duduk di bangku kelas 2 SMA. Sejak sekolah dasar, aku selalu menjadi peringkat pertama di kelas. Bahkan setiap perlombaan yang diikuti, selalu membuatku mengangkat piala, minimal juara ketiga. Itulah aku yang menyukai tantangan, dan tak ingin kalah dari siapapun, dalam hal apapun.Kedua orang tuaku adalah seorang guru. Mungkin itu juga yang menjadi salah satu motivasiku untuk selalu menjadi sang juara. Mereka selalu memberikan dukungan dan semangat agar kelak aku bisa meraih apa yang menjadi impianku. Mereka tegas, dan sangat kritis. Apalagi menyangkut soal akademis. Aku dituntut untuk terus belajar, baik formal maupun non-formal. Menulis adalah bagian dari hobiku. Di usia saat ini, ratusan cerpen bahkan hampir ribuan puisi sudah aku ciptakan. Beberapa dari tulisan itu berhasil menjadi juara lomba, baik di tingkat regional maupun nasional. Hanya saja semenjak kelas 1 SMA, aku tidak pernah mengikuti perlombaan menulis karena harus fokus untuk menjadi lulusan terbaik di kotaku. Agar mempermudah langkah untuk masuk ke perguruan tinggi yang selalu aku dambakan.
Di tahun kedua ini, aku menjadi salah satu perwakilan sekolah untuk mengikuti olimpiade fisika tingkat kabupaten/kota. Aku sangat antusias dalam mengikuti olimpiade yang menjadi ajang unjuk diri. Dan sekaligus menjadi pembuktian untuk ayah yang sekarang menjabat sebagai kepala sekolah di SMA ku tercinta.
**
Hari perlombaan tiba, babak penyisihan akan di mulai pukul 8 pagi. Satu-persatu peserta, para guru pembimbing, dan pendukung mulai berdatangan. Suasana di aula yang sangat besar itu mulai gaduh karena suara perbincangan-perbincangan dari orang-orang yang mulai memenuhi setiap sudut aula.
"Dimohon! untuk para peserta olimpiade. Agar segera menempati tempat duduk yang telah disediakan. Kepada para pendukung dan para guru pembimbing, diharapkan untuk memenuhi tempat duduk yang telah disediakan untuk setiap sekolah. Di tribun bagian utara untuk sekolah-sekolah dari wilayah utara, Di tribun selatan untuk..."
Protokol acara mulai mengatur sekolah peserta yang mengikuti olimpiade. Mereka dengan legowo mengikuti arahan dari protokol acara.
Suasana semakin riuh, terlihat ketegangan dari para peserta yang duduk di bagian tengah aula. Deretan itu terlihat seperti ujian didalam kelas namun lebih banyak dan ruangannya lebih luas. Aku cukup tenang, dan sangat percaya diri. Pertanyaan-pertanyaan yang akan keluar nanti, sudah pasti bisa kujawab. Karena persiapan untuk hari ini sudah hampir sebulan lamanya telah aku persiapkan dengan sangat matang.
"Baik, mohon tenang semuanya." Protokol acara memberi intruksi kepada seluruh hadirin dalam aula tersebut. Dan seketika suasana aula menjadi hening.
"Petugas akan membagikan soal kepada para peserta. Masing-masing peserta wajib mengisi semua pertanyaan dalam waktu sembilan puluh menit. Dua puluh orang dengan nilai tertinggi akan masuk ke tahap selanjutnya nya. Paham yaa?" Lanjut protokol acara.
Beberapa orang petugas mulai membagikan soal kepada peserta yang hampir mencapai 100 orang. Aku sudah mendapatkan lembar soalnya. Melihat soal-soal yang ada, dengan percaya diri aku yakin pasti bisa menjawab semua soal dalam waktu kurang dari sembilan puluh menit.
"Baik! sudah semua ya? Oke. Kalau begitu mari kita mulai babak penyisihan dalam hitungan ketiga. Satu... Dua... Tiga..."
Para peserta mulai sibuk dengan alat tulis mereka, aula yang hening berubah menjadi semakin bergemuruh dengan teriakan dan tepukan tangan dari pada pendukung. Aku mencoba menenangkan diri agar lebih fokus menyelesaikan semua soal.
Reaksi para peserta pun berbeda-beda, ada yang begitu tenang, ada yang sampai memegang kepalanya karena merasa pusing, ada juga yang bahkan hanya bergeming tanpa melakukan apa-apa.
Waktu berjalan semakin cepat, sebagian besar soal sudah berhasil kujawab. Tinggal tiga sampai empat soal lagi yang belum terisi. Tapi tak disangka ada yang sudah berdiri dan memberikan lembar jawabannya ke meja dewan juri. Aku merasa sedikit kesal karena bukan aku yang pertama berhasil menjawab semua soal ini. Aku mempercepat cara berpikir ku agar tak sampai ketinggalan oleh peserta lainnya.
Orang kedua berdiri, orang ketiga kembali berdiri, orang keempat... Ah, semakin banyak yang sudah menyelesaikan soal-soal ini. Padahal tinggal satu soal lagi. Dan, ya! Akhirnya aku selesai. Entah menjadi orang tercepat nomor keberapa. Yang pasti aku yakin, aku ada di peringkat satu dalam babak penyisihan pertama ini.
Aku berdiri, melangkah menuju meja dewan juri untuk mengumpulkan lembar jawaban. Disusul oleh peserta lain, semakin banyak yang sudah menyelesaikan soal-soal tersebut. Kami, peserta yang sudah menyelesaikan soal-soal diperintahkan untuk bergabung bersama para pembimbing dan pendukung di tribun masing-masing.
"Waktu tinggal 10 detik lagi. Kita hitung sama-sama yaaa. Sepuluh... Sembilan... Delapan..."
Protokol acara mulai menghitung mundur untuk menutup babak penyisihan pertama olimpiade fisika ini. Para peserta yang tersisa terlihat sedikit panik dan terkesan terburu-buru menyelesaikan jawaban mereka. Bahkan terlihat beberapa diantaranya berlarian untuk mencapai meja dewan juri.
"Empat... Tiga... Dua... Satu... Waktu habis!" Protokol acara menutup babak penyisihan ini. Disambut sorak-sorai dan tepuk tangan dari para perwakilan sekolah-sekolah yang hadir.
Banyak juga diantara peserta yang gugur tanpa dapat menyelesaikan jawabannya.
"Baik. Dari sembilan puluh empat peserta. Yang berhasil mengumpulkan jawaban di babak penyisihan pertama hanya empat puluh satu peserta saja."
Mendengar pernyataan dari protokol acara membuat aku sedikit terkejut, ternyata sebanyak itu yang gugur di tahap pertama.
"Seperti yang sudah dijelaskan. Kami akan melakukan penilaian, dan mengambil dua puluh peserta dengan nilai tertinggi untuk masuk ke babak selanjutnya. Sambil menunggu penilaian selesai, para hadirin di perbolehkan untuk beristirahat di dalam atau di luar aula. Yang terpenting jaga kebersihan yaa. Sampahnya dikumpulkan dan dibuang ke tempatnya. Terimakasih."
Aku dan yang lain memutuskan untuk beristirahat diluar aula, mencari udara yang lebih segar.
"Kak Naya!"