"a k u i n g i n m e n a n g, s e h a r i s a j a. w a l a u p u n s e t e l a h n y a, s e i s i s e m e s t a a k a n l u p a."
_____
"Memangnya aku peduli?"
Mungkin sudah sejuta kali dalam sehari Aeri mendengar kalimat itu keluar dari mulut Taehyung. Kalau saja tidak cinta, rasanya sudah ingin Aeri gosok mulut itu agar berkata sedikit lebih sopan pada wanita; lebih kepada dirinya, sih. Wanita itu sudah kepalang pusing sebenarnya perkara pekerjaan, ditambah lagi dengan rumahnya yang tiba-tiba dijadikan tempat perselingkuhan konyol bagi si Kim tidak tahu diri itu-walaupun mungkin hanya Aeri yang menganggap ini sebuah perselingkuhan.
"Setan kau, Tae! Harus berapa kali ku bilang untuk tidak membawa perempuan kemari? Jangan buat aku kesal!"
"Dia kekasihku, Ri. Di hidupku, yang bukan siapa-siapa itu kau. Bukan Summer!"
Jadi begini, perkataan Taehyung tidaklah salah, pun tidak sepenuhnya benar (bagi Aeri). Tetapi hal itu tetap saja membuat dirinya frustrasi berkali-kali, sebab jika sudah begini hanya akan ada hening di rumahnya. Hanya ada suara gesekan sendalnya yang terlampau mahal bergesekan dengan lantai rumah. Taehyung kesal, Aeri sama kesalnya.
Itu memang konyol ketika berpikir bahwa Aeri bisa memiliki Taehyung seutuhnya, sebab dari awal ia membawa pria itu kemari, alasannya hanya uang, bukan cinta.
Jika bisa menciptakan nebula dengan kesan paling menyebalka sealam semesta, sudah Aeri pastikan bahwa nebula itu adalah jelmaan dari sosok Taehyung. Pria itu meninggalkan dirinya, pergi ke kamarnya sendiri dengan langkah panjang.
Wanita itu hanya memilin pelipis; pusingnya makin nyata, merotasikan bola matanya yang bulat itu sebab merasa kesal akan jawaban yang dilontarkan Taehyung tanpa ampun.
Untung saja Aeri mengingat betapa ia mencintai Taehyungnya, betapa ia ingin pria itu selalu bersamanya bagaimanapun caranya. Lalu yang ia lakukan hanya menuju ke kamar Taehyung, mengetuknya pelan dan membuka pintu. Yang ia temukan hanyaa kamar kosong, sebab Aeri tahu pria itu tengah ada di balkon kamar berbaur dengan kepul asap rokok yang ia hirup.
"Taengi?" panggilnya pelan, sudut bibirnya sudah simetris mengembang. Tetapi pria yang tengah duduk bersantai di sana malah tersungging, menyesap linting tembakau diantara bibir ranum itu.
"Hm?" sahutnya tanpa menoleh.
"Rokok tidak akan membuatmu mati lebih cepat."
"Memangnya aku terlihat ingin cepat mati?"
"Ya, setiap kau melihatku seolah-olah matamu berteriak kalau mati saat itu juga terasa lebih baik."
Taehyung mematikan bara api di ujung sigaret, berdiri lalu mendekati Aeri langkah demi langkah, "Bodohmu nyata sekali, ya. Mana mau aku mati di depanmu? Cih! Begini-begini aku masih mau mati dengan terhormat, Ri."
Kau tau betapa kesal sekaligus cintanya Aeri dengan Taehyung? Rasanya, perasaan itu sampai-sampai membutakan bagaimana terhinanya ia di mata Taehyung.
"Jangan sombong! Di sini aku tuannya, bukan kau!"
"Tetapi nyatanya kau yang lebih sering ku perbudak."
Aeri geram, ia selalu mampu marah dalam keadaan seperti ini dan hanya berkata, "Untung saja-"
"Untung saja aku mencintaimu, Taengi," ucap Taehyung dengan menirukan gaya bicara Aeri yang sedikit dilebih-lebihkan.
"Itu bukan cinta, Ri. Kau tidak mencintaiku. Itu hanya obsesimu saja."
Hal yang paling Aeri tidak suka adalah ketika perasaannya diragukan oleh sang empu, sudah berkali-kali Aeri bilang bahwa yang ia rasakan bukan hanya sebuah obsesi belaka. Okay, jika Taehyung tampan. Tetapi, Aeri ini lebih kepada, tidak tahu cara mengungkapkan dan memiliki.
"Obsesi, obsesi, obsesi. Kau berkata demikian karena kau tidak tahu betapa aku ingin menang dari wanita jalang itu-"
"Namanya Summer!"
"Aku tidak peduli! Kau tidak pernah tahu bagaimana aku meminta pada semesta untuk membiarkanku menang sehari saja atasmu, walaupun kemudian seisi dunia dan semesta akan lupa. Kau tahu? Tidak, 'kan? Kalau begitu jangan hakimi aku atas dasar obsesi, Kim Taehyung."
SEE YOU
KAMU SEDANG MEMBACA
Panacea
Short Story[ ᴷᵘᵐᵖᵘˡᵃⁿ ᶦˢᶦ ᵏᵉᵖᵃˡᵃ ] Mari tenggelam bersama malam temaram, menjadi berengsek bersama dialog-dialog romansa, berubah menjadi pesakitan ketika mendialog-kan hidup, meski terkadang sekuncup bunga mekar jua. p a n a c e a • phoenixtint cover©artlesse...