[Jimin-Summer;]
Sam sempat bingung bagaimana pacarnya selalu selembut permen kapas lima ribuan di pasar malam; ia juga semanis itu. Bahkan, lelaki itu terkesan terlalu sempurna untuk Summer yang sangat biasa saja, Sam yang terlalu manja dan cengeng—perempuan itu bisa menangis hanya karena melihat anak kucing yang kelaparan.
Sam selalu mendefinisikan dirinya sebagai; manusia. Ya, hanya itu. Dia perempuan yang tidak percaya diri dengan jerawat di dahi yang kadang muncul, dia yang mengalami mood berantakan ketika masa periodenya datang. Tetapi, dia sangat mencintai Jimin.
Jadi, aneh saja rasanya ketika Sam yang merasa biasa-biasa saja selalu mendapat pujian dari Jimin, "Kamu malaikat, Sam."
Rasanya hampir puluhan kali dalam sehari Jimin berkata demikian.
Bukannya tidak mau, tetapi Sam selalu berpikir, memangnya ada malaikat menangis? Memang ada malaikat tidak percaya diri?
Sampai suatu malam, Sam menangis di pundak Jimin hanya karena ia lupa memberikan makan pada kucing jalanan di depan rumahnya, yang akhirnya kucing tersebut tidak pernah terlihat lagi tiga hari kedepan.
"Aku sedih, Jim."
Jimin hanya terkekeh kecil melihat tingkah menggemaskan perempuan itu, "Hati malaikatmu memang selalu seperti itu, Sam."
"Jim?"
"Hm?"
"Mana sayapku?"
"Maksudmu, Sayang?"
"Mana sayapku? Katamu, aku malaikat?"
[]
Terinspirasi dari:
Regards,
Restyn.
KAMU SEDANG MEMBACA
Panacea
Short Story[ ᴷᵘᵐᵖᵘˡᵃⁿ ᶦˢᶦ ᵏᵉᵖᵃˡᵃ ] Mari tenggelam bersama malam temaram, menjadi berengsek bersama dialog-dialog romansa, berubah menjadi pesakitan ketika mendialog-kan hidup, meski terkadang sekuncup bunga mekar jua. p a n a c e a • phoenixtint cover©artlesse...