ㅡTen

3.6K 537 40
                                    

Jangan lupa pencet tombol bintang di pojok kiri bawah sebagai bentuk dukungan buat book ini!✨

×××

"Ah,cepat juga ternyata." Rose bergumam pelan dengan mata yang terpejam,sedang tangannya bergerak mengusap lembut perutnya.

Setelah mengecek kalender merah miliknya di ponsel,Rose kini paham kenapa selama beberapa hari ini ia seringkali merasa mual,tubuhnya lemas dan kepalanya didera pusing. Bahkan tadi siang,ia memuntahkan kembali makan siangnya.

Meski belum pasti,namun kemungkinannya dapat dikatakan cukup besar.

Sudah hampir dua bulan tamu merahnya tak kunjung datang. Padahal rasanya masih belum lama ia melepaskan diri dari pil tersebut.

Saat ini posisi Rose berada di dalam mobil Jennie,menunggu Sang Pemilik yang berinisiatif mengantarnya pulang,namun masih harus mengambil barangnya yang tertinggal di dalam kampus.

Cklek

"Ah,unnie. Maaf jadiㅡ,"

Kalimat Rose terhenti,kala membuka matanya dan menyadari yang masuk ke dalam mobil bukanlah Jennie. Melainkan sosok pria yang selama hampir tiga bulan terakhir tak saling bertegur sapa dengannya.

Begitu masuk,tak sepatah kata pun Doyoung ucapkan. Yang dilakukannya hanya melirik Rose sesaat,sebelum akhirnya menyalakan mesin mobil.

Rose jelas terkejut sekaligus bingung dengan kemunculan Doyoung yang seakan menggantikan Jennie. Gadis itu lantas membuka ponselnya,berniat menghubungi Jennie guna menanyakan hal ini. Namun kala mengecek aplikasi chat,ada pesan dari Jennie yang belum ia baca.

ㅡJennie Unnieㅡ

|Rose,maaf. Tiba-tiba aku harus menggantikan dosen yang berhalangan hadir di salah satu kelas.
|Tapi ada Doyoung yang akan mengantarmu pulang.
|Take care and get well soon,Rosie.

"Seneng banget ya ngerepotin orang?" ucap Doyoung tiba-tiba dengan suara yang terdengar sinis,tanpa melirik Rose sedikitpun. (re:seneng banget ya bikin orang khawatir?)

Bukannya marah ataupun sedih,Rose malah tersenyum tipis. Mungkin jika orang lain yang mendengarnya akan merasa kesal ataupun sedih,namun berbeda dengan dirinya yang pernah mengenal Doyoung cukup dekat.

Terkadang Doyoung memang malu untuk menunjukkan perhatiannya,dan malah mengeluarkan kalimat yang bisa menyayat hati.

Rose jelas merasa senang,karena Doyoung masih menaruh perhatian padanya. Setelah adanya kerenggangan yang terjadi diantara keduanya,selama kurang lebih tiga bulan terakhir. Rose pikir Doyoung sudah tidak lagi mempedulikannya.

"Oppa benar,Jaehyun tidak mencintaiku. Di matanya,aku hanya pelampiasan hasratnya saja." ungkap Rose pada akhirnya.

Doyoung tak memberi reaksi atau tanggapan apapun,mata pria itu masih lurus ke depan. Namun Rose tahu,Doyoung mendengarkannya dan tengah membiarkannya untuk bercerita tanpa dipotong olehnya.

"Tapi untuk meninggalkannya,aku tidak bisa." lanjut Rose kembali,dan kali ini berhasil membuat Doyoung meliriknya. Walau hanya sesaat.

"Aku belum mengeceknya dengan alat,tapi sudah dua bulan sel telurku tidak pecah."

Lagi-lagi Doyoung tak memberikan reaksi apapun,mungkin itu yang ada di mata Rose. Tanpa gadis itu ketahui, bahwa cengkeraman tangan Doyoung pada setir mobil kini menguat.

"Mau ke apotek dulu?" tanya Doyoung,begitu sebuah apotek di pinggir jalan masuk ke dalam pandangan matanya.

Rose lantas menggelengkan kepalanya,"Tidak usah,aku sudah membeli alatnya sebulan yang lalu untuk berjaga-jaga."

[ii] SecondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang