ㅡFourteen

3.5K 527 50
                                    

Untuk kesekian kalinya,Rose kembali berlari masuk ke dalam kamar mandi.

Sedari tadi wanita itu sudah beberapa kali bolak-balik masuk dan keluar kamar mandi,akibat rasa mual di tenggorokannya.

Setelah merasa cukup lega,Rose lantas mendudukan tubuhnya secara perlahan di sofa. Sesaat ia mengatur kembali nafasnya yang berantakan. Bolak-balik kamar mandi benar-benar menguras tenaganya,terlebih dengan kondisinya yang tengah mengandung.

Di tengah kondisinya yang masih lemas,tiba-tiba saja bel apartemennya berbunyi. Mau tak mau Rose beranjak bangkit dari sofa untuk membukakan pintu pada tamunya.

Tepat setelah Rose membukakan pintu,rasa mual itu kembali datang. Tanpa sempat menyambut tamunya,Rose kembali berlari masuk ke dalam kamar mandi guna menuntaskan rasa mualnya.

Begitu Rose keluar kamar mandi,sebuah tangan langsung menyentuh keningnya.

"Kamu sakit?"

Rose bahkan baru sadar bahwa Doyoung lah sosok yang menekan bel apartemennya tadi.

"Kamu sakit?" Doyoung kembali mengulang pertanyaannya,masih dengan tangannya yang berada pada kening Rose. Seakan mengecek suhu tubuh wanita di hadapannya.

"Morning sickness." jawab Rose pada akhirnya dengan suara serak,dampak mual-mual yang sedari tadi ia rasakan.

"Ayo kita ke dokter sekarang." ucap Doyoung seraya menarik lengan Rose untuk mengikutinya,namun wanita itu segera melepaskan lengannya dari genggaman tangan Doyoung.

"Ini hal biasa untuk wanita hamil,tidak perlu ke dokter."

Doyoung menghela nafas,matanya masih menatap Rose dengan wajah yang terlihat kesal.

"Apa salahnya datang ke dokter? Aku yakin kamu sama sekali belum mendatangi dokter kandungan."

Rose terdiam seraya membuang pandangannya,menghindari mata Doyoung yang masih setia menatapnya.

"Ini demi anakmu sendiri,Roseanne."

Kali ini kalimat penutup Doyoung berhasil membuat Rose mau untuk kembali menatapnya.

×××


"Rileks,jangan tegang. Ini bukan pertama kalinya anda melakukan pemeriksaan usg,kan?" tanya dokter Lee diikuti sebuah kekehan bermaksud bercanda,karena melihat Rose yang tampak tegang saat ia mulai mengoleskan ultrasonic gel pada perutnya.

Rose tak menjawab,ia hanya mampu melempar senyuman terpaksa untuk menanggapi pertanyaan tersebut. Sesaat wanita itu melirik Doyoung yang berdiri tak jauh dari ranjang tempatnya berbaring dengan kedua tangan terlipat di dada,masih dengan matanya yang memperhatikan Rose.

Tangan dokter Lee perlahan menggerakan kursor usg diatas perut Rose,sementara matanya menatap layar komputer yang menampilkan kondisi rahim Rose.

"Pertumbuhan janinnya bagus." ungkap dokter Lee,dan mendengar hal itu Rose tak dapat menahan senyumnya. Hatinya terasa menghangat mengetahui calon anaknya dalam kondisi baik.

Setelahnya dokter Lee menjelaskan beberapa hal,seperti kondisi janin Rose,sampai apa yang harus Rose lakukan agar janinnya tumbuh dengan baik.

"Tolong jaga pasangan anda agar tidak stress,emosi ibu hamil akan sangat mempengaruhi kondisi janin." ujar dokter Lee seraya menatap Doyoung serta kertas laporan pasien yang tengah ia isi secara bergantian,diikuti sebuah senyuman kecil. Doyoung sempat terkejut akan ucapan dokter Lee,namun pada akhirnya ia menanggapinya dengan anggukan kaku.

Rose yang masih berada di atas ranjang karena baru selesai merapihkan kembali pakaiannya, hanya mampu meringis. Merasa tak enak hati pada Doyoung karena kesalahpahaman yang terjadi.

×××


"Oppa,maaf. Karena mengantarku ke dokter,dokter Lee jadi menyangka oppa kekasihku." ucap Rose begitu keduanya berada di dalam mobil, perjalanan pulang.

"Aku tidak merasa keberatan." balas Doyoung enteng,masih dengan mata yang terpaku pada jalanan.

Mendengar balasan Doyoung,hati Rose jadi terasa sedikit lega. Rasa bersalahnya pada Doyoung kini berkurang. Sesaat ia melirik Doyoung,dan dalam hati ia menggumamkan rasa syukur atas keberadaan pria itu di sisinya.

"Kenapa melihatku seperti itu?" tanya Doyoung diiringi kepalanya mendadak menoleh,membuat mata pria itu dengan mata Rose bertemu.

Rose tersenyum tipis,"Aku hanya merasa bersyukur dengan keberadaan oppa di sisiku."

Mata Doyoung membulat,terlihat begitu terkejut dengan pernyataan Rose tersebut. Namun sedetik kemudian,tangan pria itu beralih mengacak rambut Roseㅡterutama bagian poniㅡmembuat penglihatan gadis itu tertutupi oleh poninya.

"Sepertinya hormon kehamilan membuat pikiranmu ikut berubah random,ya?"

Rose hanya mampu mengerucutkan bibirnya,merasa sedikit kesal karena pernyataan tulusnya malah dibalas dengan tingkah menyebalkan oleh Doyoung.

Saat Rose tengah merapihkan kembali rambutnya,Doyoung tiba-tiba membuka pintu mobil.

"Tunggu di dalam mobil." ucapnya sebelum akhirnya meninggalkan Rose seorang diri di dalam mobil.

Rose refleks mengedarkan pandangan ke luar jendela. Sedikit terkejut karena ia baru menyadari bahwa kini mobil sudah terparkir di parkiran salah satu pusat perbelanjaan yang tak jauh dari apartemennya.

Akhirnya selama dua puluh menit Rose menghabiskan waktu di dalam mobil,menunggu Doyoung. Wanita itu benar-benar menuruti apa yang Doyoung katakan.

Kala mendengar bunyi pintu mobil yang dibuka,Rose langsung menoleh dan mendapati Doyoung yang tengah menaruh dua kantung belanja besar di kursi belakang.

Meski samar terlihat,tapi Rose dapat memastikan bahwa di dalam kantung belanja itu ada susu untuk ibu hamil.

"Apa?"

Doyoung membalas tatapan Rose yang tengah menatapnya dengan pandangan yang tak dapat diartikan.

"Oppa... Semua ini untuk siapa?" tanya Rose yang ditujukan pada dua kantung belanja besar di kursi belakang.

Sesaat Doyoung terdiam,sebelum akhirnya menjawab,"Untuk bayi yang ada dalam perutmu."

Rose yang merasa terharu,terbawa suasana dan lantas memeluk tubuh Doyoung.

"Terimakasih oppa." ungkapnya.

Mata Doyoung mengerjap sementara kedua tangannya yang berada di belakang Rose diam membeku,dalam benaknya dipenuhi kebimbangan.

Haruskah ia membalas pelukan Rose?

Doyoung tak menyangka bahwa Rose akan memeluknya seperti saat ini. Kali ini memang bukan pertama kalinya Rose memeluk Doyoung,namun ini merupakan kali pertama wanita itu nemeluknya dengan wajah bahagia miliknya.

Rose tidak sadar bahwa selama ia memeluk Doyoung,detak jantung pria itu meningkat pesat. Bahkan Doyoung menahan napasnyaㅡsaking gugupnya ia sampai seakan lupa cara untuk bernapas.

×××


Aku suguhin dulu alur yang manis,dari kemaren kayanya alurnya pait mulu abis ㅋㅋㅋ

Tapi sepertinya masih kurang manis ya hmmm

Jadi kalian dukung yang mana nih? Kanan atau kiri?

Sorry to say but part kali ini bakal jadi part terakhir aku update,sampe vote dan komen tembus angka yang aku targetkan :)

[ii] SecondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang