chapter 2

17 5 0
                                    

Dulu aku percaya bahwa persahabatan tidak memandang jenis gender.mereka yang berbedapun bisa bersahabat tapi,sekarang aku rasa perbedaan itulah yang membuatku memiliki rasa yang lebih dengannya.bukan hanya sekedar sahabat tetapi lebih dari itu seperti perasaan cinta mungkin?

Entahlah aku tak tahu apa yang tengah aku rasakan ini yang jelas saat aku didekatmu ada perasaan aneh yang sebelumnya tidak pernah aku rasakan. Aku tidak tahu ini cinta atau bukan. Yang jelas aku tidak memiliki pengalaman sedikitpun tentang cinta bahkan merasakan cinta saja tidak pernah ada difikiranku. Apalagi Bucin atau apalah yang orang jaman sekarang katakan itu.yang jelas aku tidak minat sama sekali untuk tahu yang namanya Bucin itu.

Dan untuk dia yang telah mengisi hatiku. Aku bersyukur kepada tuhan karena telah memberikan rasa ini dalam kehidupanku. Bahkan kepada rasa yang selama ini tidak aku harapkan untuk hadir dalam kehidupanku.

Sosok yang seharusnya meberikanku cinta pertama ketika lahir didunia ini malah pergi meninggalkanku dan ibuku.sosok yang seharusnya memegang erat tanganku ketika menapaki kehidupan baru entah pergi kemana dia sekarang. bahkan untuk mengenalnya dan mengetahui namanya saja aku tidak mau.

Radit Vadiastara ia sosok yang telah memberikan rasa ini. Rasa yang telah memporak porandakan hatiku, yang sebelumnya telah aku bangun dengan kokoh hingga tak seorangpun bisa menembus dan masuk kedalamnya. Tapi dia dengan mudahnya masuk dan menghancurkan bangunan kokoh yang telah kubuat selama ini.

"Hey"

"...."

"Hellooo...."sambil melambai lambaikan tangannya.

"...."

"Woiii...."

"...."

"Marcell"

Masih tak ada jawaban dari wanita itu.tatapannya kosong entah apa yang ada difikirannya.

Bener bener si marcell budek banget sih jadi orang.

"MARCELLINA BALQIS"

"Eh iya buk hadir buk.eh hadir" dengan nada latahnya.

"Radittt......". Teriaknya

"Ihhh apaan sih lo! Bisa gak nggak usah kenceng kenceng kek gitu kali gue tuh nggak budek"

Hei kalian dengerkan apa yang dia bilang tadi dia
Dia nggak budek?

"Gue cuma mau kasih ini" sambil menyodorkan sebuah buku bersampul coklat.

"Udah gue kerjain sekalian caranya"

"Seriously?"

"Gilaaa.....
lo pinter banget sih mana ini lengkap banget lagi sumpah kalo gue yang ngerjain ini satu tahun tiga belas bulan juga ngga bakal kelar"

"Lebay banget sih lo. Jadi gimana yang kemarin bisa kan lo?"

"Bb__bisa bisa lah"

"Lo tinggal ngomong apa aja yang harus gue lakuin"

"Oke"menghela nafas sejenak.

FriendzoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang