Gadis Kecil

40 18 2
                                    

Sekitar lima belas menit menunggu, kedai ini kedatangan satu pembeli lagi. Seorang gadis kecil yang membawa tas selempang kecil disampingnya. Kulitnya putih dengan rambut digerai sedikit bergelombang. Dia memakai kaos berwarna mocca dengan dibalut jaket tipis berwarna hitam. Anak yang lebih kecil lagi disampingnya sepertinya adiknya yang umurnya gua taksir sekitar sembilan tahun. terlihat mereka berdua sedang melihat-lihat menu yang ada di kedai ini.

Sepertinya mereka memesan minuman paling mahal, berbeda denganku yang hanya beli es lemon tea. mereka duduk satu meja denganku karena tidak ada lagi kursi yang kosong selain kursi yang ada di meja yang aku pilih, kakaknya duduk tepat di hadapanku. sebelum duduk ia sedikit senyum pertanda ia meminta izin untuk duduk satu meja denganku. ketika senyum, gigi gingsulnya terlihat dan matanya agak sedikit terpejam. setelah membalas senyumnya, aku kembali scrall scroll timeline IG.

Sambil minum gadis kecil itu membuka kantong plastik yang ada di tas selempangnya. Isinya buku kecil yang sepertinya baru saja ia beli di toko buku di depan kedai ini. Bukunya masih dibungkus plastik tipis. kemudian ia menyobek plastik buku itu sambil tetap minum, bibirnya tidak ia lepas dari sedotan. Aku memperhatikannya karena ingin tau buku apa yang hendak ia baca.

Aku tidak bisa melihat dengan jelas judul buku yang ia pegang karena aku lagi nggak pake kacamata, mataku minus. sebelum membaca bukunya sepertinya dia membaca tulisan yang ada dibelakang buku tersebut, sambil tetap tidak melepas bibirnya dari sedotan.

Sepertinya ia tidak jadi membacanya. masih sambil menyedot minumannya, ia memandang kosong kedepan seperti memikirkan sesuatu. Aku pun melirik sedikit matanya, sesekali ia mengedipkan matanya, bulu matanya sangat lentik. entah apa yang dipikirkannya, Aku yakin dia bukan hanya bengong, dia pasti memikirkan sesuatu.

setelah beberapa saat aku mendengar dia berbicara lirih

"yang ada itu ada, yang ada tidak mungkin jadi tidak ada, yang tidak ada tidak mungkin jadi ada, sesuatu yang dapat dipikirkan itu ada, karena yang dapat dipikirkan hanya yang ada"

Suaranya sangat lirih, tapi dia terus mengulangi kalimat itu hingga aku hapal. Dia mengulanginya dengan nada seperti ingin memecahkan sesuatu. Aku sendiri tidak terlalu mengerti maksud dari kalimat yang ia katakan. Aku yakin kalimat itulah yang membuat ia sedari tadi bengong menatap meja dengan tatapan kosong. bahkan dia ngga sadar aku sekarang bukan hanya meliriknya, kini aku benar-benar memandang matanya yang kosong.

Karena kalimat itu aku jadi ikut berpikir keras mencoba mencari tau maksud dari kalimat yang gadis kecil itu utarakan, satu persatu aku cari contohnya. entah kenapa aku begitu tertarik.

Aku mulai dari kalimat yang pertama "yang ada itu ada", kalo ini kalimatnya sangat sederhana dan siapapun pasti memahaminya seperti satu itu satu atau dua itu dua.

Kemudian lanjut ke kalimat kedua "yang ada tidak mungkin jadi tidak ada" sekilas kalimat ini salah, uangku yang 50ribu di dompet sebelum nonton masih ada tapi sekarang sudah tidak ada. Tapi jika dipikirkan lagi sebenarnya 50ribu aku masih ada, sekarang ada di mesin kasir CGV.

Di kalimat ketiga aku sedikit mengerutkan dahi. "yang tidak ada tidak mungkin jadi ada". Di kalimat ini berulang kali aku membuat contoh-contih namun belum menemukan maksudnya. Hingga beberapa menit jawaban itu belum ditemukan. Saat sedang memikirkan kalimat ketiga, aku tidak sadar gadis kecil itu tersenyum padaku. Ketika sadar, aku agak sedikit terkejut dan salah tingkah. Aku menunjukkan kepadanya ekspresi meminta maaf.

Senyumannya cukup membuyarkanku. Fokusku untuk menemukan maksud kalimat ketiga jadi hilang. Aku kembali memainkan ponselku meski hanya berputar-putar sekitar menu, WA, IG dan balik lagi. Gadis itu sesekali masih melirik melihatku. Untungnya saat itu jali sudah menemukan HPnya. HPnya ditemukan oleh cleaning service di bangku tempat kita nonton film. Mungkin HPnya jatuh pas dia loncat-loncat karena kekagetan.

Jam menunjukkan pukul 6 kurang 5 menit. Kami segera bergegas ke parkiran untuk pulang. Sekitar lima meter dari kedai aku kembali melihat kebelakang untuk melihat gadis kecil itu dan ternyata ia masih melihatku dengan tidak melepaskan bibirnya dari sedotan.

Rifa - Book 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang