Being and Exist (bag. 2 : Aku dan Kucing itu sama)

30 2 0
                                    

"Perkenalkan, namaku Rifa Nickyta, panggil aja Rifa" ucapnya sambil menyodorkan tangannya yang mungil.

"Aku sandii" balasku memperkenalkan diri.

Ada rasa gugup ketika dia tiba-tiba menyodorkan tangannya, tangannya sangat dingin. setelah melepas salamannya ia kembali menyedot minumannya.

"Kamu kesini sendiri?" Tanyaku.

"Yaa, hampir setiap kesini sendirian, rumahku juga deket dari sini, di perumahan grage sana" ucapnya sambil menunjuk ke arah perumahan yang dimaksud. Perumahan yang ia maksud termasuk perumahan elit, aku tau itu karena selain perumahan ini terkenal aku juga sering melewatinya ketika masih SMP dulu.

"Kalo kakak? Tinggal dimana?"

"Aahh aku tinggal di Mundu sana, itu kampung halamanku, aslinya aku tinggal di Yogya"

"Yogya? Kuliah?"

"Yaa begitulah"

"Jurusan apa kak?"

"Ekonomi manajemen"

"Pasti kakak orangnya perhitungan yaaa? Hahah" candanya dengan sedikit tertawa renyah yang aku balas dengan tawa pula.

"Semester berapa kak?"

"Habis liburan ini semester 6"

Rifa mengangguk pelan. Rasa canggungku perlahan menghilang. Aku coba minum minuman yang Rifa kasih.

"Kamu sekolah dimana?"

"Aku sekolah di SMP *******, kelas 8" jawabnya sambil tersenyum.

Rifa ini anaknya asyik banget diajak ngobrol. Rasa canggungku benar-benar hilang. Bahkan kini aku larut dalam obrolan yang Rifa mulai seperti tentang hobinya, eskulnya, pelajaran favoritnya dan lain-lain. Dari obrolan ini aku tau Rifa menyukai pelajaran sejarah atau pelajaran apa saja zyang ada ceritanya. "Pantas saja Rifa suka beli komik" pikirku. Aku juga cukup akrab dengan tawanya yang begitu lepas. Salah satu yang membuat nyaman ngobrol dengan Rifa adalah senyumnya dan tawanya yang menyenangkan. Sama seperti adiknya, Rifa juga ikut latihan beladiri namun beda dengan adiknya, Rifa mengikuti beladiri wushu sedangkan adiknya beladiri karate. Namun tahun ini Rifa sudah agak lama tidak mengikuti latihan wushu, katanya.

Setelah beberapa menit kami berbincang-bincang. Aku coba mulai membahas ucapan yang Rifa katakan dua hari lalu.

"Oiya, kamu tau maksud dari kalimat yang waktu itu fa?" Ucapku memulai pembahasan.

"Tau doong, tapi...."

"Tapi...??"

"Iyaa, aku tau tapi aku ngga tau jawaban aku benar atau tidak"

"Ungkapan yang sederhana" ucapku dalam hati, meski begitu namun ungkapan ini penuh makna. Kita mungkin saja memiliki banyak pengetahuan apalagi di jaman kelebihan informasi seperti saat ini, tapi apa yang kita ketahui belum tentu seratus persen benar. Berbagai macam kepentingan dapat menutupi kebenaran itu. Ketika informasi yang benar tersebut diucapkan oleh manusia, maka informasi tersebut sudah berubah menjadi sebuah perspektif. Kalaupun informasi yang kita terima seratus persen benar namun perspektif kita terhadap informasi tersebut belum tentu benar. Aku pernah mendapatkan pelajaran ini dari Pak Darsono, dosen favoritku.

Setelah Rifa mengatakan itu, ia membuka tas selempangnya lalu mengeluarkan buku catatan kecil. Kemudian Rifa membuka-buka buku itu dengan buru-buru seperti mencari halaman tertentu. Aku hanya terdiam melihatnya, Rifa kelihatan sangat bersemangat.

Aku kira setelah dia menemukan halaman yang dimaksud dia akan membacanya. Yang aku liat Rifa hanya menandainya lalu meletakkan buku kecil itu diatas tas selempang yang sudah Rifa letakan diatas meja.

"Kak, ada berapa kata -ada- di kalimat itu?"

Aku sudah menghafal kalimatnya, maka untuk menghitungnya akan sangat mudah bagiku.

"yang ada itu ada, yang ada tidak mungkin jadi tidak ada, yang tidak ada tidak mungkin jadi ada, sesuatu yang dapat dipikirkan itu ada, karena yang dapat dipikirkan hanya yang ada" ucapku pelan

"Delapan...?"

"Yaps, ada delapan kata ada yang artinya kata itu yang paling banyak, jadi intinya di kata -ada- itu"

"Betul, akupun menyadarinya"

"Apa yg kakak ketahui tentang -ada-? Coba kakak cari tanpa terpaku dengan kalimat itu"

Aku pun mulai memikirkan apa yang kuketahui namun Ketika aku mencari apa yang ditanyakan Rifa, berulang kali pasti kembali ke kalimat itu.

"Gini aja kita cari bareng, yang dapet jawabannya baru boleh minum. Gimana?" Ucapnya menantang dengan senyum yang penuh percaya diri.

"Aahh curang doong, kan kamu udah tau sebelumnya, pasti jawabannya ada di buku itu kan?" ucapku sambil menunjuk buku catatan Rifa. Aku seperti seorang kakak yang tidak mau mengalah kepada adiknya.

"Hhahah ngga kok, aku ngga akan jawab sampai kakak duluan yang jawab. Gimana?"

"Hmmm oke deh, tapi coba mulai dari kamu dulu, supaya aku dapet inspirasi"

"Oke.. jawabanku.... hmmmm.... Apa yaaa????"

Ekspresi Rifa seolah-olah sedang memikirkan sesuatu, padahal aku tau dia sudah mengetahui jawabannya dari buku catatannya. Dari sini Rifa terlihat sangat tidak jago akting.

"ada ituuu, ciri-ciri paling umum bagi sesuatu"

"....??" aku mengernyitkan dahi.

"kalo kita tarik ciri-ciri sesuatu, pasti akan diakhiri dengan ada"

"contohnya?" tanyaku berusaha memahami penjelasannya.

"misalnya : aku orang Indonesia; lalu ditarik lagi aku orang Sunda; ditarik lagi, aku orang Cirebon; ditarik lagi, aku anaknya Bu Nicky; teruuss aku tarik semua atribut-atributku hingga sampai ke atribut nama, namaku Rifa, lalu Aku manusia dan yang terakhir aku ada. aku ada inilah atribut paling dasar dan paling umum, semua memilikinya begitu juga dengan kakak" jelasnya sambil menggambar garis silsilah di buku catatannya yang diakhiri dengan kata ada.

"ada itulah yang membuat kita sama. Kakak sama aku mungkin beda, kakak orang Jawa sedang aku orang Sunda tapi kita ini sama, sama-sama ada. Kaka orang Indonesia sedangkan Tony Stark orang Amerika namun Kakak dan Tonystark itu sama, sama sama ada. Aku manusia dan Kucing itu binatang tapi sebenarnya kita ini sama, sama sama ada"

"misalnya kakak membenci seseorang dan karena saking bencinya hingga kakak tidak menganggap dia manusia lagi. kakak mungkin bisa menganggap dia bukan manusia tapi kakak tidak bisa menganggap dia tidak ada"

"jadi meskipun kita memiliki atribut-atribut atau ciri-ciri yang berbeda namun kita ini sebenarnya sama, ada satu ciri yang membuat kita sama yaitu kita sama-sama ada"

Rifa menjelaskannya dengan nada yang naik turun, lucu sekali. Penjelasannya cukup jelas meski ada beberapa yang mengganjal pikiranku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rifa - Book 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang