Being & Exist (bag. 1 : Introduction)

22 2 0
                                    

"Gadis kecil ini ada di dalam pikiranku dua hari ini".

Ahh Benar...

Aku menemukan jawabannya...

Dan Ini jawabanku "Ada di dalam pikiranku"

Kemudian aku terus berpikir...

Apakah jika aku memikirkan Iphone 12,Maka Iphone 12 itu ada? Tentu barang berbentuk Iphone 12 tidak ada di dunia, Tapi setidaknya iphone 12 saat ini ada di dalam pikiranku.

Apakah jika Devi membayangkan mempunyai pacar yang tampan, maka pacar yang tampan tersebut benar-benar ada? Karena dia jomblo tentu pacar tampan idaman Devi saat ini tidak ada. Tapi setidaknya pacar yang tampan itu sekarang ada di dalam pikiran dan bayangan Devi.

Apakah jika aku membayangkan aku menjadi presiden, maka Presiden yang bernama Sandi itu benar-benar ada? Tentu saat ini di Indonesia tidak ada presiden yang bernama Sandi. Tapi setidaknya Presiden yang bernama Sandi ada di dalam pikiranku.

Dari contoh-contoh tadi aku mendapatkan maksud dari kalimat keempat. Kalimat yang berulang kali diucapkan oleh gadis yang kemarin duduk satu meja denganku. Kalimat yang menyatakan bahwa apapun yang kita pikirkan sejatinya ada, setidaknya ada dalam pikiran kita.

"kaak?? Maaf..." Suara gadis kecil itu membuyarkan lamunanku. Kulihat tangannya menunjukkan sikap meminta maaf. Wajahnya mendongak keatas karena aku jauh lebih tinggi darinya.

Kesalahan terulang kembali, aku kedapatan melamun saat sedang memikirkan sesuatu. Ahh Memalukan...

"Ah iyaa gpp, kamu yg di kedai kemarin yaa?" Responku gugup

"hmmm iya kak, maaf yaa yg tadi..." Balas dia dengan senyumnya yang khas.

"gpp kok gpp, kamu sering kesini?"

"sering banget, minimal seminggu dua kali kesini" gadis ini selalu mengakhiri setiap perkataannya dengan senyuman.

"Oohhh gituu..." aku menganggukkan kepalaku.

"Nyari buku apa kak?"

"Hmmm nyari buku buat referensi makalah nih, kalo kamu?"

"Aku kesini nyari komik, nih udah dapet. Tinggal bayar hehe" ucapnya dengan nada yang riang sambil menunjukkan komik bercover dominan pink. Dari wajahnya aku merasakan aura keceriaan anak-anak.

Aku menganggukkan kepalaku sekali lagi...

"Yaudah kak aku mau bayar dulu yaa..."

Gadis kecil itu membalikkan badan lalu berjalan menuju kasir. Belum ada dua meter melangkahkan kaki aku memanggilnya kembali...

"Eh... tunggu..." ucapku dengan suara sedikit lebih keras. Mendengar ada yang memanggilnya, gadis kecil itu spontan menoleh ke belakang.

"Ada apa kak?..."

Aku menghampirinya...

"Kalau tidak salah kamu pernah mengatakan yang ada itu ada, yang ada tidak mungkin jadi tidak ada, dan seterusnya, benar?"

"Hmm iyaa kak. kenapa?"

"Apa kamu tau maksudnya?"

"Hahah Sudah kuduga pasti kakak memikirkan kata-kata ini" dia sedikit tertawa.

"Heheh iyaa" ucapku

"Aku bayar dulu yaa kak, nanti aku tunggu di kedai yang waktu itu. Kakak cari buku dulu aja"

"Aahh iyaa, okee"

Gadis kecil itu tersenyum kembali lalu berjalan menuju kasir.

Aku merasakan sesuatu yang sedikit aneh. Dua hari ini aku memikirkan kata-kata yang sulit kupahami dan justru aku memahaminya ketika melihat wajahnya. Masih ada beberapa kata yang belum aku ketahui maksudnya. Semoga dia akan memberikan jawaban yang memuaskan hari ini.

Singkat cerita aku sudah mendapatkan buku yang aku cari, lalu membayarnya ke kasir. Aku menghabiskan 80ribu untuk membeli buku ini, sungguh 80ribu yang tidak sia-sia.

Aku keluar dari toko buku, aroma khas toko buku perlahan menghilang diganti dengan aroma pop corn yang manis (karena kedai berdekatan dengan CGV). kemudian menuju ke kedai minuman tempat gadis kecil menunggu. Dengan senyumnya yang khas, dia seolah menyambutku. Ada dua gelas di mejanya. Yang satu sedang ia sedot dan yang satunya ia letakkan di hadapannya. Sepertinya dia membelikanku minuman, apakah aku akan ditraktir?

"Kayaknya kemarin kamu bareng adik kamu yaa, sekarang adikmu dimana?" Ucapku membuka pembicaraan, lalu duduk.

"Dia lagi latihan beladiri kak, jam 5 baru pulang" Sepertinya dia sangat suka minuman yang ia beli, setelah mengucapkan itu ia langsung menyedot minumannya kembali.

Suasana yang sangat canggung. Aku jarang sekali duduk berdua sama cewek. Dan sekarang giliran dapet kesempatan duduk berdua, eh ceweknya anak kecil. Aneh sekali bukan nge-date sama anak kecil yang umurnya aku taksir sekitar 12 tahun?

"Silahkan kak di minum, enak looh..." Ucapnya sambil menyodorkan minuman yang sama dengan yang ia minum.

"Eh iyaa makasih makasiih" aku bingung, apa aku harus menerima traktiran anak-anak? Sungguh memalukan.

Rifa - Book 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang