bagian dua

160 40 3
                                    

felix bangun dari mimpinya saat mendengar bel yang berbunyi beberapa kali sejak tadi. mau tak mau ia membawa langkahnya untuk melihat siapa gerangan yang datang bertamu pukul empat dini hari. tangannya membuka pintu dan mendapati kekasih jisung yang bersandar di dinding.

"oh, kak minho. ayo masuk." ajaknya sebelum kembali menutup pintu.

"jisung masih tidur, apa mau kubuatkan teh hangat?" minho mengangguk sebagai jawaban. kemudian melangkahkan kakinya menuju kamar, menemui tupai kecilnya yang masih bergelung di dunia mimpi.

minho dan jisung memang tinggal berdua, sebenarnya. hanya saja terkadang sang dominan harus lembur hingga larut malam dan berakhir menginap di studionya. kekasih jisung ini adalah seorang koreografer dance di salah satu agensi, dan ini adalah waktu sibuknya lantaran harus mengurus comeback dua grup sekaligus.

felix meletakkan secangkir teh hangat dan satu gelas coklat panas di meja. minho kembali dengan senyum terpapar di wajahnya, ikut bergabung bersama felix di sofa miliknya.

"terimakasih, lix. maaf membangunkanmu di pagi buta seperti ini." felix menyeruput coklatnya, tersenyum.

"bukan masalah, sir." guraunya, membuat tawa minho menguar di ruang tamu kecil itu.

"kau nampak buruk, berhentilah."

felix menghela nafasnya, diam-diam merutuk pada dirinya sendiri karena tidak bisa menyembunyikan kelam wajahnya dihadapan orang-orang disekitarnya. tak dipungkiri bahwa ia agak risih jika orang lain mengasihaninya, karena itu membuat dirinya seakan lemah.

"aku baik-baik saja, aku bersungguh-sungguh kak minho. seratus persen baik." minho tak menjawab, memilih untuk mengangkat tangan kanannya dan mengusak rambut sang adik.

derap langkah dari tangga membuat kedua pria di ruang tamu menoleh, ada jisung disana dengan mata setengah terbuka dan mulut yang menguap lebar. gumpalan daging di kiri kanan wajahnya itu nampak bengkak di pagi hari. melihat jisung yang seperti ini kadang membuat felix lupa diri. jelas, siapa yang tahan melihat buntalan lemak itu berjalan gontai dengan piyama kebesaran. menggemaskan.

"kak minho sudah pulang...hooaam-" senyum felix melebar, pantas saja minho tidak pernah merasa lelah. jisung yang lucu seperti ini benar-benar dapat mendongkrak mood dengan mudah.

minho meraih jisung dan mendekapnya seperti bocah. pipinya menjadi sasaran utama minho untuk ia ciumi dan berakhir ia gigit dengan gemas. felix disebelahnya hanya menggeleng sembari tertawa, sebagian hatinya menghangat melihat manisnya hubungan mereka, sebagian lagi kembali merasa rindu pada sosok kasihnya.

"hentikan. kamu membuat pipiku basah air liurmu, tuan." bukannya berhenti, dominan dengan marga yang sama seperti felix ini justru semakin gencar meledek pacarnya.

"ekhm, ada aku disini, jika kalian lupa."

baik minho maupun jisung sontak berhenti dari acara lovey dovey mereka. memasang cengiran sok polos, tanpa dosa.

***

jisung bilang ia kehabisan bahan makanan di kulkas, maka disinilah mereka. berbelanja di supermarket dengan jisung dan felix yang mendorong troli berisi banyak makanan dan minho yang memilih untuk berjalan-jalan di area furniture. dua submisif itu kini sibuk mengamati daging-dagingan yang akan mereka beli. tanpa sadar menutupi etalase dan sedikit menyulitkan orang lain untuk mengambil di sisi tersebut.

"uhm, p-pelmici.." jisung yang merasakan ujung coatnya ditarik kecil menunduk, ada bocah kecil berusia mungkin satu atau dua tahun mencoba melongok ke rak penuh daging di depannya.

"hei, apa kau ingin memilih?" si bocah mengangguk malu. jisung membawanya dalam gendongan, membuat felix kembali gemas dan lupa diri.

"halo teman kecil, siapa namamu?" tanya felix setelah si kecil mendapat sebungkus daging yang diinginkannya.

senyum polosnya terukir, menunjukkan gigi-gigi kecilnya yang lucu. felix ingin menangis disuguhi pemandangan seperti ini. "namaku alex."

tepat setelah alex menyebut namanya, jisung dapat melihat changbin di ujung ruangan celingukan mencari sesuatu. beruntung karena posisinya dengan felix yang berhadapan membuat felix membelakangi changbin, sehingga mereka tak mengalami pertemuan dadakan kali ini.

"a-alex akan kembali ke daddy, sampai jumpa lagi kakak!" sang bocah segera berlari menghampiri ayahnya yang masih celingukan. dan jisung lantas membawa pergi si marga lee sebelum ia menabrakkan tatapannya pada si seo.

"what's wrong, ji?" si tupai mencoba bersikap senormal mungkin sebelum menjawab, "ayo ke kasir. aku ingin pergi ke toilet."

"biar aku yang bayar, kamu bisa ke toilet."

"aku sudah hubungi kak minho, dia sudah menunggu di kasir. kita pulang saja." alis felix mengerut, "tadi katamu—"

"aku bisa menahannya hingga rumah."

huh?

"kamu nampak aneh." gumamnya pelan. jisung meringis, dia memang buruk bersandiwara.

t b c

bintang yang (sempat) hilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang