bagian lima

128 33 1
                                    

dering alarm membangunkan satu-satunya penghuni apartemen yang ada disana. tangannya mencoba meraih benda bulat tersebut tanpa membuka kedua kelopak matanya. setelah dapat, segera saja ia matikan barang berisik itu kemudian mengerang malas. hari ini hari libur dan sahabatnya jisung tidak bisa menemaninya karena akan menghabiskan waktu bersama minho. dan sekarang felix akan terjebak rasa bosan seharian penuh karena ia tidak memiliki rencana apapun.

melihat jam yang sekarang berada di pelukannya, jarum di benda tersebut menunjuk ke arah angka enam dan sepuluh. entahlah, felix selalu bangun sepagi itu(ini hari libur, pukul enam kurang sepuluh sama saja seperti pukul empat di hari biasa)

pada akhirnya si rambut ungu melangkah malas menuju dapurnya untuk membuat sarapan pagi. terimakasih lagi kepada pengirim makanan kemarin malam, karena ia memberi satu pak roti tawar serta selai cokelat juga beberapa potong daging ayam dan tiga botol susu. sangat dermawan, felix menghargai itu.

tangan kurusnya mengoles dua potong roti dengan selai dan menuang segelas susu untuknya. "nampaknya liburan kali ini adalah hari bersih-bersih untukku."

ya, felix baru menyadari sudah lebih dari seminggu ia belum membersihkan rumahnya dan sekarang tempatnya bersemayam itu sudah terlihat kotor. piring yang belum tercuci, lantai berdebu yang belum ia bersihkan, beberapa setelannya bahkan tersampir begitu saja di atas mesin cuci.

selesai dengan sarapan, pria manis ini melanjutkan kegiatannya dengan mencuci piring-piring kotor yang menumpuk di wastafel. butuh waktu setengah jam untuk membersihkan perlatan makannya yang menumpuk.

melewati ruang tamu, felix dapat melihat dua tangkai bunga itu berdiri tegap di dalam vas yang telah ia isikan air sebelumnya. perasaannya semakin bercampur aduk mengira-ngira dimana changbin sekarang dan apa alasannya pergi. tiga tahun bukan waktu yang mudah untuk felix bertahan dan terus-terusan mencari keberadaan kasihnya yang seakan ditelan bumi tanpa sepengetahuannya.

nomor telfon, keluarga, apapun tak membuahkan hasil dan sempat membuat felix frustasi. dan itu berimbas pada kehidupan juga pekerjaannya. walau ada ribuan pemikiran negatif yang ia tujukan pada changbin, lee felix pada akhirnya hanya bisa berharap dan meyakinkan dirinya bahwa changbin baik-baik saja dan tidak melakukan hal yang dipikirkannya. semoga saja.

dering telfon dari kamarnya membuat pria blasteran ini segera menghampiri, terdapat nama woojin kim, ketua divisi di layar ponselnya. buru-buru ia menekan tombol angkat dan terdengar suara woojin di ujung sana.

"ya, ada apa pak kim?"

pria yang menelfonnya terkekeh, "santai saja, fe. kita diluar jam kerja. aku hanya ingin mengunjungimu, apa kau keberatan?"

felix tertawa kecil, menggeleng walau woojin tak dapat melihatnya. "kemarilah, kebetulan aku sedang bosan."

"boleh aku membawa adikku dan pacarnya?"

"tentu, aku akan bersiap. dah kak woojin."

"sampai nanti."

sepertinya libur hari ini tidak buruk juga.

***

selesai membereskan rumahnya, ia berinisiatif untuk membuat muffin hangat dan menyeduh teh hijau yang didapatkannya dari jeno beberapa minggu lalu. bosnya itu memberikan ini untuk felix saat ia digeret ke ruangannya dan diceramahi tentang kondisinya yang memprihatinkan.

bunyi bel terdengar dan segera ia hampiri pintu utama guna menyambut tamu liburnya hari ini. senyum ramah ia berikan untuk partner kerjanya, disusul dengan dua orang lainnya yang felix kenal salah satunya. "hai jeong, lama tidak bertemu."

yang disapa tersenyum, mata rubahnya terlihat lucu saat kurva itu melengkung ke atas. "halo kak! senang bisa bertemu kembali."

"mari masuk," ajaknya pada ketiga anak adam yang masih setia menunggu di depan pintu.

kakinya melangkah ke dapur untuk melihat kuenya di oven, felix sempat menyuruh ketiganya untuk duduk terlebih dahulu. kemudian datang kembali dengan nampan berisi muffin hangat yang menggoda dan satu teko teh panas juga tiga cangkir yang masih kosong.

"kita belum berkenalan, aku felix." sapanya pada lelaki berparas tampan di hadapannya.

"hwang hyunjin, salam kenal."

sang tuan rumah menyeruput teh hangatnya, melirik pada woojin yang tampak asik dengan muffin buatannya. "hei, kak woo. adikmu saja sudah punya pacar, kau sendiri kapan?"

woojin mendesis dengan tatapan datar, tak terima. ide jahil muncul di kepalanya begitu saja, lantas membalas perkataan si lee dengan telak. "kau sendiri bagaimana? tiga tahun masih tak berjumpa juga."

felix hampir menyemburkan teh di mulutnya, kemudian berteriak membuat woojin dan kedua insan lainnya ikut tertawa. "sialaaan kau beruang besar!"

"kak felix masih menunggu kak changbin huh?" felix memutar matanya,

"tentu saja, kiddo. aku ini tipe orang yang setia." yang paling muda disana tertawa mendapat jawaban sarkas dari felix. setelahnya berpamit ke toilet bersama woojin, meninggalkan hyunjin dan dirinya sendiri di ruang tamu.

"changbin...seo?" felix mengangkat kepalanya dan menatap hyunjin yang baru saja berkata. felix mengangguk, "kamu kenal dia?"

dua anggukan dari hyunjin membuat felix semakin gencar untuk bertanya lebih banyak pada si hwang. "aku teman kerjanya saat masih di inggris."

huh? inggris?

"lalu, sekarang?" lelaki di hadapannya itu mengunyah muffinnya sebelum menjawab,

"setauku dia kembali kesini setelah istrinya meninggal."

APA?!

t b c

bintang yang (sempat) hilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang