warning: bagian paling panjang dan paling menye-menye. dramatis kayak termehek-mehek. 😭😭 sorry for typos🙏😔
sebelum aruna menampakkan dirinya, felix sudah lebih dulu terbangun dari mimpi. dirinya terlalu bersemangat untuk ini, mengesampingkan kenyataan yang mungkin saja akan menusuk relungnya bak tombak yang dihunus langsung mengenai jantung di dada kirinya. tapi, yang paling penting dan paling utama adalah: bertemu dengan seo changbin-nya. melepaskan segala belenggu rindu yang menjerat tubuh mungilnya selama tiga tahun belakangan. menumpahkan tangis yang selama ini tertahan di pelupuk matanya, meluapkan segala emosi dalam jiwanya. bahagia, sedih, haru, marah, rindu, cinta, semuanya.
keping cokelat yang biasanya sayu sekarang terbuka lebar, memancarkan binar cantik yang selama ini tak pernah terlihat. walaupun ada sabit hitam di bawahnya, mata itu tetap cantik. apalagi rona samar yang melapisi rasi bintang di pipinya, felix telah kembali.
jisung yang melihatnya dari balik dinding tersenyum senang, bahagia karena si kembarnya telah kembali ke permukaan. tak lama ia hampiri si marga lee kemudian memeluknya erat dari belakang. "aku senang jika kamu bahagia seperti ini." tuturnya.
felix semakin mengembangkan kurvanya, mengusap lengan jisung yang melingkari perutnya. "aku—rasanya seperti hidup kembali."
"aku berharap yang terbaik untukmu, dan untuk changbin."
felix berbalik, mencubit kedua benda kenyal di wajah jisung. "terimakasih, ji."
"jisung, kau tega selingkuh dengan sahabatmu sendiri? aku merasa terkhianati." entah sejak kapan lee minho berdiri disana, memasang ekspresi sok sedih dengan tangan menyentuh dada kirinya dramatis. dua laki-laki manis dihadapannya memutar mata.
"hentikan kak minho, kau bukan aktor. actingmu buruk." jisung terbahak mendengar ledekan felix.
minho mendengus, "sialan kau lee."
"maaf kak minho, kuingatkan kembali bahwa margamu juga lee."
sial.
***
walaupun tertulis pukul empat sore, felix sudah lebih dulu tiba di tempat pukul dua siang. memandangi jalanan yang lengang di siang hari tepat di depan toko kue kecil di dekat apartemennya. saksi bisu cinta antara felix dan changbin di hari itu, hari rabu siang saat matahari sedang berada tepat di atas kepala. tanpa disadari, felix tersenyum. lucu sekali mengingat masa lalu, rasanya menggelitik.
tubuh yang terbalut sweater rajut dan celana kotak-kotak itu melangkah masuk untuk memesan beberapa kue untuknya dan changbin nanti, kemudian membawanya keluar untuk diletakkan di satu meja favoritnya dengan sang pacar, dulu.
mata tak lepas dari jarum yang menunjuk angka di pergelangan tangannya. jari mengetuk tidak sabaran di atas meja kayu dan jantung yang berdegup begitu kerasnya. rasanya campur aduk, senang akan berjumpa changbin, takut kembali kehilangan, sedih karena bisa jadi pertemuan ini akan menjadi yang terakhir.
pupil keping cokelat itu mengembang saat melihat perawakan laki-laki yang ia tunggu, kurvanya pun ikut mengembang ke atas, menciptakan senyum manis yang begitu indah.
"k-kau kemana selama ini?! hiks... dasar brengsek! hiks—teganya pergi tanpa pamit hiks—" pukulan keras di dada changbin terima begitu saja, ia tidak melawan justru memeluk si manis semakin erat.
"aku tau, aku memang brengsek."
felix menampar changbin tiba-tiba, kemudian menatap nyalang pada lawan bicaranya. si marga seo sempat terkejut namun lagi-lagi ia diam, dia memang pantas untuk mendapatkan itu. "kamu tau sesuatu? aku sungguh ingin membunuhmu tapi aku mencintaimu. kamu benar-benar keterlaluan, seo."
KAMU SEDANG MEMBACA
bintang yang (sempat) hilang
Fanfiction"berapapun lamanya kamu membuat aku menunggu, aku tak akan pernah ragu. karena rakitan rinduku bukanlah hal yang semu."