Teman.

125 23 0
                                    

Ketukan lembut dari detik jarum jam yang terus berotasi yang menandakan berjalanya waktu hingga tiba saat Felix harus menutup toko.

Pemuda tuna wicara ini cekatan memembersihkan toko buku, sekaligus memastikan tatanan buku agar selalu rapi pada tempatnya. Di kesunyian ini pikiranya kembali mengingat beberapa saat yang lalu.

Ketika seorang pemuda asing datang ke tokonya dan melakukan hal yang membuat Felix terheran-heran.

Sebenarnya, diam-diam dia memperhatikan pemuda itu ketika dia memilih-milih buku. Memperhatikan bagaimana dia membaca sinopsis buku, ekspresinya ketika mendapatkan apa yang dia cari, hingga Felixpun tau kalau pemuda itu memperhatikanya.

Felix mencoba mengambalikan ritme jantungnya yang gak normal sembari membaca buku yang sama sekali tak ia simak. Felix gugup karna dari tadi mata hitam itu terus menatapnya lekat.

Dia risih sih sebenarnya, kenapa terus ditatap kayak gitu? Ada yang salahkah dengan dirinya? Tapi enggak kok pas Felix diam-diam berkaca di layar ponselnya.

Bahkan hingga si pemuda tampan itu beranjak dari sofa dan berjalan kearahnya, debaran itu datang lagi. Felix berharap pipinya gak memerah.

"Gue ambil buku ini," ucapnya pendek, sambil menaruh buku bersampul plastik itu di meja.

Dengan lihai, tangan mungilnya menscan harga dan membungkus buku itu. Lalu manik cerahnya menatap wajah tampan di depanya.

Pemuda itu mencari kartu di dompetnya. Agak lama karna kartu yang mau dia pakai terselip di antara kartu-kartu lainya. Felix tanpa sadar masih betah menatap wajah dengan garis sempurna itu. Hingga gak berkedip.

"Udahan dong natap wajah gue, baper nih" celetuk Changbin yang ternyata sudah menyerahkan kartunya.

Felix gelagapan, bisa dirasakan wajahnya memanas. Demi apa, dia malu banget. Dia langsung mengalihkan pandang, menunduk dalam sambil mengurus pembayaran buku yang sempat tertunda.

Dengan tangan sedikit gemetar, dan masih nunduk. Dia menyerahkan buku yang sudah sukses terbeli itu pada pembelinya.

Tangan Changbin terulur, bukan untuk meraih bukunya. Tapi untuk mengusak lembut kepala si manis yang di tutupi topi baret. Dia terkekeh pelan. Gemas karna pemuda manis ini.

"Makasih," ucapnya lalu meraih buku di tangan Felix.

Dia berbalik dengan meninggalkan senyum. Hendak menuju pintu, tapi berbalik lagi untuk menatap pemuda manis itu.

"Nama Lo tadi Felix kan?" Felix anggukin kepala sebagai jawaban.

Sang Pemuda berbadan tegap itu tersenyum lebar. "Gue Changbin, inget ya Changbin!"

Kemudian dia benar-benar melewati pintu keluar.

Felix mau pingsan aja rasanya di senyumin sebegitu tampanya. Iya, Felix lemah kalo udah disuguhin sama senyum ganteng dari cowo ganteng.

-------
----
------------,

Tangan mungil itu memutar kunci pintu toko. Memastikan sekali lagi pintu sudah terkunci atau belum, setelah itu kakinya melangkah menuju rumah.

Sekarang Pukul 19.00,

Waktu yang mungkin masih bisa di bilang sore untuk kota sesibuk seoul. Jalanan masih dilewati beberapa kendaraan. Felix pun tak sendiri jalan di trotoar.

Dirinya memperhatikan orang-orang yang saling berbincang. Dia tersenyum, pasti asik sekali kalau bisa berbicara. Pasti menyenangkan kalau bisa mengeluarkan suara dari laring yang bergetar.

Felix menghela napas, lagi-lagi dia memikirkan hal itu untuk kesekian ribu kalinya. Padahal mati-matian dia mencoba menahan, tapi nyatanya tanpa sadar dia malah memikirkanya.

Bukanya kurang bersykur dengan keadaanya, Felix justru sangat bersyukur. Dia punya rumah yang hangat dan nyaman, kakek yang begitu sayang padanya, dan teman yang banyak.

Pemuda manis ini tersenyum simpul. Temanya banyak, tapi yang benar-benar mendapat gelar best friend cuma satu.

"Felix!!" Ucap satu suara menyapanya yang dari tadi asik jalan sambil ngelamun.

Yang punya nama menoleh dan tersenyum. Balas melambaikan tangan pada pemuda imut yang berjalan mendekat dengan antusias.

Tanganya bergerak membentuk isyarat. "Baru pulang dari kampus?"

Cowok imut itu mengagguk lucu. Kemudian mereka berjalan beriringan.

"Felix juga baru nutup toko?" Sebagau jawaban, Felix menganggukan kepala.

Yang Jeongin. Satu-satunya teman Felix yang bertahan lama denganya. Satu-satunya teman Felix yang terbaik. Hanya Jeongin yang tak pernah terganggu dengan kecacatanya. Sungguh, Felix begitu bersyukur walaupun hanya satu teman yang dia miliki.

Jeongin itu adik kelasnya dulu waktu di Smp dan berlanjut ke SMA. Pertemanan mereka terjalin ketika Felix menginjak kelas 9. Dan berlanjut sampai sekarang. Jeongin memilih lanjut ke universitas setelah lulus. Sedangkan Felix memilih berhenti ketika lulus Sma dulu.

Karena dia tak ingin lebih menyusahkan kakek dengan biaya hidup Felix. Toh, dia juga bisu. Felix tahu, orang cacat tak mudah di terima di perguruan tinggi. Apalagi prestasinya gak ada yang bisa di banggain. Makanya Felix memilih putus sekolah.

Miris.


---
------




"Fel?"

Satu sapaan terdengar di pendengaranya ketika tangan mungilnya baru saja menutup pintu rumah. Wangi sup sundubu jjigae menguar memasuki rongga hidungnya yang otomatis langsung menggunjang perutnya minta diisi.

Dengan langkah kecil yang bersemangat. Felix menuju dapur dan menemui sang kakek yang menyambut dengan senyum lebar. Senyum Felix pun tak kalah lebar, dia mendekat dan mencium ke dua pipi keriput kakenya.

"Bebersih badan dulu, abis itu kita makan bareng." Felix ngangguk, tubuh kecil itu dengan riang menuju kamarnya untuk berganti baju lalu menuju kamar mandi.

Malam itu, Si manis Felix makan malam dengan hangat bersama Sang kakek.

Kini Felix sedang rebahan di kasurnya. Menatap langit-langit kamar yang di hiasi galaxy indah hasil karya saudaranya.

Kata saudaranya, "kalo Felix liat ini, kan nanti bisa keinget ama aku!"

Felix jadi ketawa sendiri, bener kata saudaranya, dia jadi inget. Tapi tiba-tiba pikiranya malah jadi keinget dengan cowok asing tadi. Keinget sama senyuman memabukan cowok bernama Cha-

Eh? Siapa tadi namanya?

Felix langsung terduduk. Wajahnya berubah serius. Berusaha inget-inget nama cowok ganteng tadi.

"Ihh, Felix...kok bisa ngelupain nama orang ganteng?!

Sapa tadi ya, namanya?

So...so...se..o?

Apa ya?? Cha...cha...Cha-sapa sih??''

Yah gitu deh Felix sibuk sendiri dengan ingatanya sampai capek dan ketiduran.

Mimpi indah ya Fel, moga-moga inget nanti di mimpi namanya. :)






______
_____
_______

Kependekan ya? Maaf :'<

Semoga ga ngecewain yaa...

Aku masih belajar bikin yang keju-kejuu :v

Plis Voment juseyo :v

Thx u~~~🤗

Silent Love  -ChangLixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang