Night Date(?)

109 16 1
                                    

Lampu kota semakin gemerlap seiring malamnya suasana. Jajaran gedung-gedung toko saling berlomba menarik perhatian dengam lampu-lampu yang berbinar indah.

Trotoar jalanpun cukup ramai. Orang-orang seolah tak mempedulikan hawa dingin yang menusuk. Karna toh, ini baru musim gugur.

Begitu juga dengan sepasang pemuda yang sedang berjalan beriringan. Hanya sunyi di antara mereka, tapi sunyi itu tersamarkan oleh riuh orang-orang bercengkrama.

Yang lebih muda tanpa sadar mendekatkan badanya hingga sisi tubuh mereka menempel. Walaupun ini baru musim gugur, tapi dingin anginya gak main-main. Hidungnya sampai memerah, membuatnya jadi terkesan imut.

Changbin yang dari tadi fokus jalan, ngelirik kecil kearah cowok manis di sampingya. Dia tau Felix kedinginan, dan changbin gemes ingin meluk Felix biar gak kedinginan.

Tanganya yang dari tadi tersimpan anteng di dalam saku jaket dikeluarkan. Tangan hangat itu bersentuhan dengan tangan dingin Felix.

Dingin banget ya ampun...

Changbin melirik lagi. Dan dia baru tau kalo sweater yang Felix pake gak ada sakunya.

Tanpa mikir selain genggam tangan Felix. Yang lebih tua, menenggelamkan tangan mungil yang dingin itu di genggaman tangan besarnya.

Felix kaget. Dia ngeliat ke arah tanganya yang dilingkupi rasa hangat. Pipinya pun juga ikut dijalari rasa hangat. Lalu dia mendongak menatap Changbin. Matanya berkedip-kedip bingung.

"Gak kedinginan lagi kan?" Tanya cowok yang Lagi menggenggam.

Yang di genggam gelengin kepalanya. Sambil semakin merapatkan tubuh pada pemuda tampan di sampingnya.

Hangat. Tubuh besar Changbin begitu hangat. Walaupun terhalang jaket yang pemuda itu gunakan.

Tangan mungil yang digenggamnya dimasukan ke dalam saku jaketnya yang hangat. Changbin semakin mempereratkan genggamanya. Jarak di antara mereka pun sudah benar-benar terkikis.

Nyaman. Demi apa Felix menyukai kehangatan ini. Hatinya untuk pertama kali diselimuti rasa hangat yang menyenangkan. Rasa yang membuatnya nyaman dan tak ingin dia lepas.

Jalanan trotar yang ramai gak mereka pedulikan. Felix masih betah menempel pada Changbin, tanganya juga terasa nyaman di saku jaket Changbin yang hangat.

Entahlah udah sejak kapan Felix merasa senyaman ini. Nyaman banget. Changbin ini pake pelet apa sih bisa bikin Felix senyaman ini.

"Mmm, lo udah gak sibuk hari ini?" tanya Changbin.

Felix mikir bentar trus dia geleng yang artinya dia gak sibuk.

"Baguslah, kita bisa puas jalan-jalan berarti" ucap Changbin sambil nge-wink genit ke Felix.

Felix merona, pipi nya yang merah ia sembunyikan di bahu changbin bikin Changbin mau gak mau senyum kecil liat Felix kayak gini. Tumben aja gitu. Kan Changbin gemes.

"Mau makan apa Fel?" tanya changbin

Felix liat ke changbin terus merengin kepalanya sambil matanya bolak-balik liatin jajaran toko makanan yang ada di sepanjang jalan.

Felix akhirnya gelengin kepalanya. Dia bingung mau makan apa. Terserah Changbin aja deh.

"Yaudah terserah Gua aja ya?" Felix jawab dengan anggukin kepalanya. Untuk kesekian kalinya dia di buat gemes sama makhluk uwu satu ini.

Dengan masih menggenggam tangan Felix, Changbin melangkahkan kaki ke salah satu restoran bergaya eropa. Seorang pelayan membungkuk hormat memberi selamat datang.

Silent Love  -ChangLixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang