part 3

7 3 2
                                    


"aku mempunyai seluruh element, air, api, udara, tanah, es, dan cahaya. Kata bunda, itu dikarenakan kelahiranku ini diberkati oleh semua dewa, lho" Hara membusungkan dadanya bangga.

Varen tersenyum kecil, tak habis pikir dengan tingkat kepedean malaikat satu ini. Ia tak menyadari senyumnya itu sangat mempengaruhi si gadis malaikat.

Hara melongo sesaat, lalu ia megap megap sendiri sambil memegangi dadanya. Gila! Manis sekali senyumnya ya dewa.

Varen yang melihat itu mengerutkan kening, ia segera berdiri mendekati Hara. Apa yang terjadi dengan gadis ini? Pikirnya.

"Hei kau kenapa?" ia menarik pundak Hara lalu mengguncangnya perlahan. Hara tiba-tiba tersadar dari lamunannya lalu menangkup pipi Varen dengan kedua tangannya yang mulus dan bersih.

"senyummu manis sekali iblis tampan! Ayo senyum lagi dong" seketika Varen melepas tangan Hara dan menjitak kepala gadis itu.

"aduh, sakit tau! Kasar sekali dasar iblis" gadis itu menggerutu sambil mengusap kepalanya.

Sudut bibir Varen berkedut ingin tersenyum. Gadis ini sangat imut ketika sedang menggerutu. Lalu ia menggeleng perlahan. Dia tidak boleh terpengaruh pesona Hara. Gadis ini hanyalah penjaganya.

"hei kau tau tidak? Ketika seluruh dewa dan dewi memberkatiku, dewi aphrodite lah yang paling banyak menyalurkan berkatnya. Makanya kecantikannku menjadi nomor 1 di dunia" Hara berceloteh bangga lalu terkikik sendiri.

"tapi sepertinya pesonaku tidak mempan dengan iblis tampan menyebalkan di hadapanku ini" gumamnya hampir tak terdengar. Tapi tentu saja Varen mendengarnya dengan jelas.

"kau hanyalah penjagaku, berhenti memanggilku dengan tidak sopan" Varen berkata dengan dingin.

Hara tersentak terkejut dengan suara dingin Varen, ia mengangguk kaku "aku minta maaf" cicitnya takut. Lalu Varen pun pergi dari hadapannya.

***

Prangg

Kaca jendela pecah. Sebuah panah api meluncur cepat untuk mengenai targetnya, Varen yang sedang membaca laporan perusahaan dari laptopnya. Sang pangeran iblis menyadari itu dan mengangkat jemarinya. Namun tiba-tiba panah itu hancur terkena hantaman sebongkah es.

Varen melirik dengan ekor matanya. Hara dengan ekspresi bangganya. Ia merasa bangga telah menyelamatkan Varen, padahal baru beberapa jam menjadi pengawalnya.

"wah wah wah. Aku hebat kan?" ujarnya sombong. Varen tak menyahutinya membuat Hara berdecak sebal. Ia berjalan dengan menghentakkan kaki lalu menunjuk Varen dengan jari telunjuknya.

"kau ini! Kau tidak ingin berterima kasih? Aku telah menyelamatkan nyawamu" geramnya kesal. Namun hening, Varen masih kalem dengan laptopnya. Hara dibuat gemas sekali.

Dengan satu hentakan dia menutup laptop Varen. Varen terdiam sebentar lalu menatap Hara dingin. "jaga sikapmu, gadis manja. Kau tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa"

Hara terdiam sebentar. Gadis manja. Yah dia mungkin memang manja, tapi dia tidak harus mengatakannya seperti itu kan?

"aku minta maaf lagi" Hara menunduk sedih.

"kumaafkan kali ini, tapi tidak lain kali" Varen kembali membuka laptopnya mengabaikan keadaan sang putri.

Hara mendongak pelan, lalu matanya tertuju ke jendela yang pecah. Ia mendekatinya perlahan, goresan api dari panah tadi sedikit tertinggal di serpihan kacanya. Hara menyentuhnya pelan lalu mencium aromanya. Seketika ia mengernyitkan dahinya dalam.

Racun uruz!

Racun yang sangat berbahaya bagi makhluk immortal. Terbuat dari bisa ular uruz yang bisa membuat makhkuk immortal mati dalam beberapa menit.

Hara merasa kepalanya sedikit pusing, ia melirik tangannya yang tadi menyentuh racun, seketika tangannya membiru.

Ahh dia lupa. Racun uruz bisa membunuh walaupun hanya menyentuhnya sedikit saja. Hara merasakan kepalanya bertambah berat.

Apa harus begini akhir hidupnya? Sungguh konyol mati karna menyentuh racun uruz dengan tak sengaja.

Varen yang merasakan ada yang tidak beres segera berdiri dan mendekati Hara. Ia terkejut ketika melihat jari gadis itu telah membiru. Varen segera mengendong Hara yang sudah berada di ambang batas kesadarannya . Ia melesat cepat ke kamarnya dan membaringkan tubuh gadis itu.

Varen menggenggam tangan Hara yang membiru. Matanya terpejam dan merapalkan sebuah mantra. Seketika biru pada jari Hara menghilang, wajah pucat gadis itu pun kembali cerah. Ia membuka matanya perlahan dan menatap wajah damai Hara yang belum sadarkan diri.

Entah dorongan dari mana ia mendekatkan wajahnya, dan mengecup bibir ranum semerah cerry itu.

Sangat manis, gadis ini benar benar titisan dewi. Varen tersenyum kecil, namun kembali menetralkan wajahnya ketika kelopak mata Hara bergerak perlahan. Hara membuka matanya dan menemukan Varen menatapnya dengan raut wajahnya yang datar.

Ini di surga? Kenapa di surga ada Varen? Lengkap dengan wajah sedatar temboknya pula, pikir Hara.

Varen mendengus. Kenapa ia tidak bisa membaca pikiran gadis dihadapannya? Ketika ia ingin melihat pikiran gadis itu,seperti ada kabut yang menghalanginya. Bahkan dia dapat membaca pikiran ayahnya yang terkenal sangat sulit dibaca. Mengapa tidak berfungsi dengan gadis malaikat ini?

"Varen, ini di surga ya?" tatapan polos Hara benar benar membuat Varen terpesona. Gadis ini sangat suci, ia tiba tiba meragu dengan keputusannya menjadikan gadis ini penjaganya. Tiba tiba ia merasa tidak ingin gadis ini terluka, karna akan sangat sulit berada disampingnya.

"jika kamar bisa dikatakan surga, ya ini surga" jawaban Varen membuat Hara membulatkan mulutnya. Ohh, ternyata dia belum mati ya.

Hara melihat jarinya dan warna biru dijarinya tadi hilang. Ia melirik Varen yang sedang menatapnya. Pria ini yang menyelamatkannya?

"terima kasih sudah menyelamatkanku" serunya sambil tersenyum tulus. Varen terpaku melihatnya. Namun dengan cepat ia menyadarkan dirinya sendiri.

"Jangan ceroboh lagi. Nyawamu tadi bisa saja melayang jika tidak cepat ditolong" Varen mengalihkan pandangannya dari gadis ini. Lama lama menatap Hara bisa membuat sesuatu di hatinya yang sudah lama mati kembali hidup. Itu tidak boleh terjadi, ia tidak ingin merasakan sakit seperti saat itu lagi. Cukup sekali saja.

Hara mengangguk patuh, entah hanya halusinasinya atau apa. Sesaat ia tadi merasa ada kepedihan di kedua mata Varen. Tapi sekarang pemuda itu menatapnya dengan tajam.

"bangunlah dari ranjangku. Aku takut nanti ranjangku penuh dengan kuman" Hara mendelik sinis mendengarnya. Sepertinya kepediham tadi hanya halusinasinya, karna yang ada di mata Varen hanya kekejaman.

"aku ini makhluk paling suci! Kuman dan sejenisnya tidak bisa menempeliku dasar iblis kejam"

Varen mengangkat bahunya tak peduli lalu berbalik keluar kamar meninggalkan Hara yang masih menggerutu kesal. Malaikat secantiknya bisa juga dihina dengan sangat tidak berperikemalaikatan oleh iblis itu! Sialan sekali.

Dan dia tidak menyadari bahwa ada sepasang mata yang sedari tadi menatap mereka berdua dari kejauhan.



Tbc

Gimana gimana? Vote dan commentnya boleh dong yaa hihi salam hangat **


Me And My Dark PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang