"Kau yakin tak ingin bergabung?"
Dengan tanpa berpikir ulang Sakura mengangguk menolak ajakan rekan kerjanya. "Mungkin lain kali Tenten." ia gantungkan lengan tasnya diatas bahu kiri. "Baiklah aku pulang duluan, nikmati lah waktu kalian!"
"Hati-hati Sakura-chan!" timpal Kiba.
Hujan yang deras membuat Sakura menghela nafas berat. Dengan berat hati ia harus mengorbankan kemejanya menerjang hujan. Baru saja kakinya melewati gerbang namun terhenti karena emeraldnya yang tak sengaja mendapati salah seorang anak didiknya yang berdiam diri didekat gerbang. "Kenichi-kun! Sedang apa kau disini!? Ayo ikut sensei!"
Tangan mungil tuan muda Uchiha yang telah berkerut dingin ia bimbing kearah halte tempat ia biasa menunggu bus untuk pulang.
"Kenapa kau tidak berteduh Kenichi-kun? Lihatlah kau kedinginan. Bagaimana jika kau sakit?" cerca Sakura penuh kekhawatiran.
"Hiks.. sensei..!"
Sakura tersenyum lembut. Ia belai puncak kepala Kenichi dengan lembut. "Sensei tidak marah sayang, sensei hanya tak mau kau sakit." dengan sigap Sakura membawa muridnya itu kedalam pangkuannya lalu memeluknya. "Apa masih dingin?"
"Ti-tidak.. sensei.. " Jawab Kenichi malu-malu. "Ano.. -terimakasih."
"Hmm." Sakura mengeratkan dekapannya. "Kenapa ayah mu belum juga mengambil mu? ini hampir gelap, jika kau seperti ini lagi cari lah sensei di kantor untuk menemani mu Kenichi-kun, apa kau tak takut menunggu sendirian?"
"Iya sensei.. Ken janji tak akan menunggu sendirian lagi jika ayah terlambat.. " balas bocah enam tahun itu dengan patuh. Bola mata lebar milik Kenichi memandang mobil hitam yang melaju menuju kearah mereka. "Itu datang!"
Sakura tersenyum membiarkan tuan muda Uchiha itu turun dari pangkuannya. Dengan lincah Ken segera masuk kedalam mobil yang menjemputnya. "Sensei naik lah!"
Senyum Sakura pudar kala kaca hitam mobil itu turun menunjukan wajah menawan namun nampak sangat dingin itu. Sakura tersenyum canggung pada wali muridnya ini. Ajakan muridnya yang cukup menggiurkan tadi bahkan tak sempat lagi ia tanggapi. "Maaf Itachi-san, jika bisa tolong jangan biarkan Kenichi menunggu lama lagi. Saya takut terjadi hal buruk nantinya."
Lirikan tajam permata oniks sang Uchiha membuat Sakura berdiri gugup menahan diri agar tidak lari. "Hn."
Putra sulung dari Itachi ini memandang bingung gurunya yang masih berdiri ditepi jalan sana. "Kenapa sensei memanggil paman dengan nama ayah? kenapa paman tidak menawarinya masuk juga?"
"Sudahlah Ken, jika pun paman mengatakannya paman yakin dia akan menolaknya." balas Sasuke acuh. Itachi? Cih, bagaimana bisa ia disamakan dengan pria konyol seperti kakaknya.
Sakura menghela nafas berat mendapati bayangan tatapan tajam Uchiha yang seolah mengulitinya. Bagaimana bisa bocah semanis Kenichi memiliki ayah semengerikan itu?
"Kenapa aku memikirkan suami orang seperti ini!" geram Sakura kesal. "Ayolah sudah saatnya aku mencari suami sendiri agar tak memikirkan suami orang lain, ya Tuhan maafkan aku!" frustasinya.
.
"Sensei bisakah kau membantu ku mengatakan pada ayah kalau aku ingin ikut tour kelas?" celetuk Kenichi dengan nada memohonnya yang amat menggemaskan.
Sakura tampak ragu namun melihat raut menyedihkan salah satu muridnya yang amat berharap ini membuatnya mengangguk. "Baiklah tapi sensei tidak berjanji akan membuat ayahmu menyetujuinya ya, bagaimanapun ayah mu berhak melarang mu Kenichi-kun."
Ken mengangguk mengerti. "Kalau begitu pulang nanti Sensei temani Ken menunggu ayah ya!"
"Iya, sekarang selesaikan gambar mu." sahut Sakura lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teacher
Teen Fiction"Akan sangat bagus jika kau duduk dipangkuan ku dan mengajari ku hal baru, Sakura-sensei." Sasuke tersenyum miring mendapati tubuh dalam dekapannya ini bergetar karena hembusan nafasnya yang panas terbakar api gairah dalam tubuhnya. Helaan nafas ber...