"Kau menghindari ku."
Secara cepat tubuhnya berbalik kebelakang melihat siapa yang baru saja menegurnya dengan kalimat tuduhan yang amat tegas. Pupilnya sempat mengecil menatap pria yang memandangnya tajam penuh kemarahan. Ya, siapapun bisa merasakan emosi kuat yang dikeluarkan oleh si bungsu Uchiha. Pegangannya pada buku menguat mencoba mencari kekuatan. Kenapa dia harus datang ke perpustakaan kota disaat ia ada disini juga!? Sakura tak mengerti apa yang membuat Tuhan terus menghubungkan keduanya, ia mulai mempertanyakan pekerjaan Tuhan, sepertinya ada yang keliru.
"Ah, Uchiha-san, senang melihat mu disini. Datang untuk membaca juga?" Sapanya ramah membelokkan arah pembicaraan yang Sasuke buka barusan. Kenapa dari semua tempat harus perpustakaan yang pria ini datangi di hari liburnya. Pria jenius tak butuh membaca lagi kan? Ada yang janggal disini.
Sasuke mendengus remeh. "Kau senang melihat ku? Lucu sekali." Sinisnya. "Aku mengikuti mu. Bagaimana jika aku menjawabnya seperti itu?"
Sesuai dugaan sekali.
Sakura berbalik memunggungi lalu meletakan buku yang ia pegang pada tempat asalnya. "Ada hal apa hingga anda mengikuti saya, Uchiha-san?"
"Kau melakukannya lagi." Timpal Sasuke tak sejalan dengan arah pembicaraan Sakura. "Apa dengan melihat wajah ku akan membuat mu mual hingga kau enggan melihatnya, memikirkannya saja membuat ku tersanjung Sakura-sensei." Sindirnya sarkastik.
Sakura menghela nafas pelan lalu memberanikan diri memandang wajah mempesona dari sang uchiha. "Saya tak mengerti apa yang anda-"
Tap!
Sakura secara spontanitas melangkah mundur hingga punggungnya membentur rak buku ketika Sasuke melangkah mendekat kearahnya. Gawat!
Sasuke tersenyum puas. Padahal ia hanya satu langkah maju dan Sakura dengan spontan melangkah mundur. "Lihat, kau baru saja melakukannya."
"Baiklah saya melakukan itu, lalu apa? Maaf tuan, jangan berbicara seolah saya lah yang bersalah. Bukan kah harusnya anda berterimakasih karena saya masih menghormati anda dengan tidak melaporkannya pada media tentang apa yang anda lakukan?" balas Sakura dengan sedikit keberaniannya. Tentu saja ia tak benar-benar berani melawan pria dengan kekuasaan tinggi ini. Bagaimana pun dirinya dalam kondisi yang tidak menguntungkan. Apapun yang dilakukannya akan dianggap salah dan dirinya lah yang akan kalah.
Uang selalu menentukan, Sakura benci fakta itu.
"Memangnya apa yang ku lakukan yang harus kau laporkan?" Balas Sasuke angkuh.
"Disini bukan tempat berdebat yang tepat tuan, bisakah kita hentikan?" Sakura melirik sekitarnya yang terasa senyap mengingat ini memang tempat penuh ketenangan dimana semua orang datang mencari kenyamanan dalam menikmati karya tulis seseorang. Bukan untuk berdebat seperti apa yang keduanya lakukan sekarang.
"Aku tak suka menunda dalam menyelesaikan permasalahan tapi aku tau cara yang tepat dalam menghentikan perdebatan." Timpal Sasuke santai. Ia codongkan kepalanya hingga hidung mereka bersinggungan. Tatapannya menusuk tepat di permata giok sang wanita. "Gunakan bibir mu untuk membungkam mulut ku, setuju?"
Sakura menahan tangannya yang sudah gatal ingin mendorong jauh wajah tampan ini. Dua hal yang membuatnya mati-matian tidak melayangkan kepalan tangannya. Pertama dia orang yang harus dan sangat harus ia hormati, yang kedua karena wajah tampannya. "Saya lebih memilih kita berbicara di tempat lain, Uchiha-san."
Sasuke menjauh dengan senyum simpulnya yang menawan. "Kau mengajak ku kencan? Baiklah, akan pergi kemana kita? Hotel?"
Penggoda kaparat! Umpat Sakura dengan wajah yang memerah menahan emosinya. "Aku pikir Uchiha itu orang yang berwibawa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Teacher
Teen Fiction"Akan sangat bagus jika kau duduk dipangkuan ku dan mengajari ku hal baru, Sakura-sensei." Sasuke tersenyum miring mendapati tubuh dalam dekapannya ini bergetar karena hembusan nafasnya yang panas terbakar api gairah dalam tubuhnya. Helaan nafas ber...