Merah muda, warna yang feminim dan sangat tidak cocok untuk sikap aslinya. Sasuke tak bisa menahan senyumnya ketika mengingat fakta itu. Entah sudah berapa kali Sasuke membelai rambut merah muda Sakura. Merasakan kelembutan dan halusnya sang surai merah muda. Si pemilik sendiri nampaknya tak terusik dengan sentuhan yang ia lakukan. Wanita itu tetap terlelap damai di atas ranjang yang sama dengan yang ia tiduri saat ini.
Tentu saja Sakura tidur disini bukan karena kerelaan gadis itu. Dia tertidur setelah Sasuke menyelesaikan ciuman panjang mereka yang begitu menuntut. Ciuman yang membuat nafas Sakura putus-putus. Wajahnya yang memerah sayu hampir saja merobohkan pertahanan kuat yang Sasuke bangun. Ya, hampir. Jika saja Sakura tidak berakhir jatuh bersandar padanya mungkin Sasuke sudah akan menyerangnya. Gadis itu nampaknya kelelahan hingga akhirnya tak sadarkan diri.
"Kau tau Sakura,"
Jari telunjuk Sasuke ia gunakan untuk menelusuri bibir kenyal yang selalu ingin dilahapnya.
"Aku sendiri tak pernah berpikir bahwa aku akan memiliki perasaan seperti itu pada wanita. Tapi kau mematahkan keyakinan ku itu."
Ia buka bibir merah muda alami itu lalu menempatkan bibirnya disana. Hanya sekedar mempertemukan. Sasuke tak ingin istirahat ratunya ini terusik. Pandanganya tetap memuja ke rupa menawan gadis pujaannya.
"Hanya butuh beberapa saat untuk mu membuat ku menjadi seorang pengemis yang hanya bisa berusaha meminta perhatian dan memohon belas kasih mu."
Kini pendaratan bibirnya beralih ke dahi lebar Sakura. Mencium cukup lama menikmati bau yang keluar dari tubuh Sakura. Bau Sakura yang sangat ia sukai.
.
"Kita harus pulang! Aku tau kau kaya dan tak perlu setiap hari bekerja tapi tidak dengan ku. Aku harus pulang." Sakura tetap pada pilihannya. Meninggalkan kenyamanan ini dan kembali pada kenormalannya. Tidak, sepertinya tidak sepenuhnya normal setelah ini. Masalah Neji telah menantinya.
"Bukankah sudah ku katakan aku telah mengizinkan mu-"
Sakura berbalik badan menatap bengis lawan adu mulutnya. "Dan kau harusnya tidak melakukan itu. Maksud ku kenapa kau mengatur jadwal ku? Tuan, aku tau kau bisa melakukan apapun tapi sebaiknya jangan gunakan kewenangan itu untuk hal yang tidak perlu."
"Apa maksud mu tidak perlu? Aku butuh seseorang disini dan itu kau." Balas Sasuke tak mau mengalah. Ia egois tentu saja dan ia tak perduli itu.
Sakura menatap jengkel pria tinggi ini. Tanganya terulur layaknya seorang pengemis malang di tepi jalan. Melihat tangan Sakura yang mengarah ke Sasuke membuat pria itu mengangkat alisnya meminta penjelasan tanpa bersuara. "Kau bukan anak kecil yang manja. Kau bisa tetap disini tapi biarkan aku pergi. Jadi, pinjami aku uang. Ah tidak, anggap saja itu uang ganti rugi karena telah membawa ku kemari."
Sasuke melipat kedua tangan di depan dadanya, menunjukkan sikap perlawanannya. "Kalau begitu aku akan menjadi anak kecil yang manja jika itu bisa membuat mu tetap disini."
Sakura memutar bola matanya jengah. "Jangan konyol, kau terlalu besar untuk disebut sebagai anak-anak."
"Kau saja yang tumbuh terlalu lambat."
Tangan Sakura yang tadinya terulur terbuka, kini mengepal menahan kemarahannya karena hinaan yang barusan Sasuke berikan padanya. "Hentikan perdebatan ini dan ayo kita pulang Uchiha!"
Sasuke menghela nafas menyerah. "Baiklah satu ciuman dan kita pulang."
"Cukup bermain-mainnya. Candaan mu tak lucu tuan." Sakura menurunkan tangannya yang telah ia lemas kan. Tangan yang tadinya sangat ingin ia gunakan untuk memukul wajah tampan Sasuke, kini hanya berada di samping tubuhnya dengan tak berdaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teacher
Teen Fiction"Akan sangat bagus jika kau duduk dipangkuan ku dan mengajari ku hal baru, Sakura-sensei." Sasuke tersenyum miring mendapati tubuh dalam dekapannya ini bergetar karena hembusan nafasnya yang panas terbakar api gairah dalam tubuhnya. Helaan nafas ber...