Naruto tidak bisa menghentikan atensinya pada bolpoin yang diputar-putar oleh jemari temannya secara asal tanpa pergerakan yang jelas. Rotasi pergerakan yang dilalui oleh bolpoin itu membuatnya mengernyit penasaran. "Kau dalam masalah?"
Alis Sasuke terangkat mendengar pertanyaan yang diajukan padanya. "Apa aku terlihat memilikinya?" Sahut Sasuke dengan kalimat dinginnya seperti biasa.
Naruto menggerakan dagunya mengarah pada tangan Sasuke. "Jelas terlihat kau sedang sangat tidak sabar menantikan sesuatu."
Gerakan jarinya terhenti saat ia mendapat pernyataan fakta mengenai dirinya dari pengunjung tak berarti ini. Ia letakkan bolpoin berharga yang biasa ia gunakan dalam menghasilkan uang di atas lembaran kertas penting yang baru saja rekannya bawa. "Hn. Bagaimana dengan pernikahan mu?"
Cih, mengalihkan pembicaraan. "Tak ada masalah. Hanya saja Hinata meminta ku untuk menundanya hingga bulan depan."
"Oh."
Naruto menghela nafas melihat ketidak tertarikan Sasuke dalam pembahasannya. "Setidaknya berpura-pura lah tertarik agar aku senang Sasuke, kau sendiri yang membawa ku dalam pembahasan ini."
Sasuke meliriknya tajam pada tamunya. "Kau pikir aku pria yang perduli dengan kesenangan pria lainnya?" Ucapnya dengan nada sarkasme miliknya.
"Mungkin saja." Naruto sandarkan tubuhnya di punggung sofa yang memang tersedia untuk menompang punggung orang-orang yang bertamu ke ruangan istimewa ini. "Kau bahkan tak ada tanda-tanda ingin mengakhiri masa muda mu, mengingatkan ku pada guy-sensei." Ejek Naruto tanpa ragu.
"Bicara lah sesuka mu pecundang, dalam waktu dekat mungkin mulut mu tak bisa lagi menghina ku karena peluru yang tak sengaja meleset ke mulut mu." Ujar Sasuke santai, terlalu santai untuk sebuah ancaman tapi itu lah bagian mengerikannya. Orang yang terlihat santai jauh lebih mengerikan dalam situasi yang buruk.
"Mau dengar cerita tentang karma dari seseorang yang membunuh calon pengantin baru? Dia mati di tangan pasangannya." Naruto sisir rambut pirangnya menggunakan jari-jari tangan kanannya. Matanya terpejam mengingat raut wajah Sasuke sebelum ia mengajak pria itu berargumen. "Kau tak terlibat dengan dunia bawah lagi kan? Aku merasa kau tengah memikirkan berbagai rencana."
Tentu saja Sasuke memikirkan rencana. Rencana untuk menikmati hari damainya besok dengan guru dari keponakannya. Berbagai rencana telah tercatat detail dalam otak kebanggaannya dan ia tak akan membagi rencana itu pada siapapun termasuk Naruto. "Hn. Segera lah pergi rubah. Kilauan kuning mu membuat kerja otak ku melambat." Sasuke mengusir disertai bonus hinaan yang secara cuma-cuma ia berikan.
"Ku harap kau berkata jujur Sasuke." Naruto angkat pantatnya melawan gravitasi bumi, tak mau menunggu pantatnya tertendang oleh sepatu mahal Sasuke ia segera pergi menuju pintu keluar. "Oh ya, aku lupa memberi tahu mu. Pernikahan ku ditunda karena Neji ingin melamar seorang wanita di acara ku. Ku harap ini dapat memotivasi mu untuk segera meneruskan garis keturunan mu juga."
Sasuke mendengus melihat kepergian pria pecinta ramen itu. Mendapatkan bunganya tak harus tergesa, Sasuke sangat yakin dengan kemampuannya Sakura akan jatuh dalam dekapannya. Memikirkannya saja membuatnya teringat bahwa besok mereka akan pergi bersama. Ia putar kursinya memandang langit yang tampak cerah dari kaca besar ruang kerjanya. "Menanti hari esok jauh lebih menyiksa karena diri mu Sakura."
.
Sakura POV
Aku terjebak. Sebodoh apapun orang pasti akan mengerti bahwa situasi ini adalah jebakan. Hanya helaan nafas pasrah yang bisa menjadi usaha terakhir untuk menenangkan diri.
"Sepertinya Anda merasa tak nyaman di mobil ini, apa saya perlu menghubungi seseorang untuk membawakan mobil lainnya?"
"Ah tidak, tidak perlu Uchiha-san!" Segera dibenarkannya cara duduk yang sempat terlihat seperti orang sekarat, dengan bersandar menatap malas jalanan didepannya sembari merengut tak senang. Kini ia duduk tegap menatap ramah driver disampingnya. "Ngomong-ngomong Uchiha-san, sepertinya sekarang anda sudah baikan ya. Bisakah kita kejar bus sekolah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Teacher
Teen Fiction"Akan sangat bagus jika kau duduk dipangkuan ku dan mengajari ku hal baru, Sakura-sensei." Sasuke tersenyum miring mendapati tubuh dalam dekapannya ini bergetar karena hembusan nafasnya yang panas terbakar api gairah dalam tubuhnya. Helaan nafas ber...