Welcome to my first Story :)
Selamat membaca 🌛✨✨✨
Samara Adiya Mika atau yang akrab disapa Samara, anak kedua dari 2 bersaudara. Umurnya baru 16 tahun,namun siapa sangka dibalik umurnya yang masih belia begitu banyak hal yang ia lalui dari hal baik hingga hal buruk, dari kebahagiaan hingga kesedihan. Luka, sedih, dan sepi adalah temannya sehari hari. Oh jangan lupakan satu temannya yang sangat teramat ia sayangi dia adalah Indira Esani bahkan Samara sudah menganggapnya saudara sendiri.
Indira merupakan teman Samara sedari ia masih duduk diSekolah Dasar. Waktu itu Samara adalah seorang gadis kecil yang penuh dengan keceriaan, bersikap baik, ramah, dan suka menolong. Jangan lupakan otaknya yang pintar bahkan ia sering mendapatkan juara dikelasnya. Itu semua yang membuat Indira suka berteman dengannya.
Jika dulu dia adalah orang yang ceria maka berbeda lagi dengan sekarang. Sejak beranjak SMP sikapnya perlahan berubah, nilainya juga menurun hal itu membuat beberapa keluarga tidak menyukainya. Seperti halnya sekarang, Samara baru saja ingin memasuki rumah setelah pulang dari toko buku namun langkahnya terhenti oleh suara gaduh didalam rumahnya. Samara mulai mendengarkan teriakan orang didalam dengan posisi berdiri didepan pintu masuk.
"Seharusnya kamu dirumah dan jadilah ibu yang baik bukan berpergian dan melupakan tugasmu sebagai ibu!!",teriak lelaki didalam rumahnya.
"Saya pergi untuk berkerja , ini semua untuk anak saya",teriak si-wanita.
"Untuk apa lagi? Saya bisa mencukupi kebutuhan kamu dan Gista, Gista juga sudah terjamin masa depannya?"
"Kebutuhan saya dan Gista memang tercukupi,tapi seharusnya anda juga memikirkan Samara"
"Dia lagi? Untuk apa saya memikirkan anak seperti dia hah"
"Dia juga anak anda"
"Anakmu saja bukan anakku"
"Prangg", bunyi sesuatu yang terbanting,begitu nyaring ditelinga Samara bersamaan dengan ucapan wanita didalam sana dengan nada marah. "Tutup mulut anda!!"
Saat itu juga Samara langsung masuk, keadaan ruang tamu cukup kacau bahkan pecahan beling berceceran dilantai jika berjalan kurang hati-hati saja bisa membuatnya terluka.
"Samara pulang",ucap Samara dengan senyum manis dibibirnya seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
"Baru pulang sayang?",tanya Mira, Mamah Samara dengan nada lembut,yang hanya dibalas anggukan oleh Samara.
Lain dengan nada lembut yang ia dengar dari ibunya,yang ia dapati dari ayahnya malah nada kasar.
"Cihh, Dasar anak menyusahkan", detik itu juga rasanya Samara ingin menangis karna ucapan ayahnya- Hendra Abimanyu. Ia segera pergi ke kamarnya setelah berpamitan dengan ibunya.
Saat pintu tertutup sempurna ia langsung terduduk dilantai, air matanya mengalir begitu saja. Mengingat ucapan ayahnya barusan membuatnya sakit hati. Apa seburuk itukan dia? Semenyusahkan itu kah dia? Samara ingin keluarga yang harmonis seperti orang-orang diluar sana , Samara ingin merasakan kasih sayang kedua orang tuanya kasih sayang yang tulus bukan pura-pura, Samara ingin menikmati waktu bersama keluarga kecilnya. Samara ingin kebersamaan bukan kesendirian. Dan Samara ingin kebahagiaan bukan kesedihan.
"Aku harap semua kembali seperti dulu saat aku bisa menikmati hangatnya kebersamaan bukan dinginnya kesendirian", batin Samara. Perlahan ia mulai memeluk lututnya dengan kedua tangan matanya mulai terpejam , ia tertidur dengan keadan memeluk lutut dilantai dan air mata yang sesekali mengalir sedikit membasahi lantai.
✨✨✨
Jangan lupa Vote dan Komennya 🌛
Terimakasih :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Samara
Teen FictionTidak ada yang bisa menebak kehidupan seseorang. Orang yang terlihat baik-baik bisa saja mempunyai luka yang ia sendiri tidak tau kapan keringnya. Seperti Samara Adiya Mika seorang gadis berumur 16 tahun, dengan kisahnya yang penuh dengan suka dan...