Pergi

9 1 0
                                    

Ini hari terakhir, terakhir ku bersama nya. Melihat dia pergi bersama ibunya, dan melupakan semua kenangan nya. Hwang, apakah kau tidak merasakan apa yang ku rasakan selama ini? mencintai mu tentu hal yang mudah, namun kau tau? memiliki mu suatu hal yang sangat sulit digapai.

🖇Line🖇

Hajeee
|Jam 11 siang nanti kau mengantar ku ke bandara kan?|
07.13

                                                       Nara
                              |Iya, bawel sekali si| |kau sudah mengatakan nya hampir sepuluh kali pagi ini, tuan hyunjin|
                                                07.37 -read

Hajeee
|Aku hanya takut tuan putri|
07.38

Aku diam, melihat kembali pesan terakhir yang Hyunjin sampaikan. Jujur aku sudah menangis sepanjang malam bahkan hanya tidur selama 1jam.

Jika Hyunjin pergi siapa yang akan menjadi obat penenang ku? aku akan kembali menjadi seorang Nara yang depresi kembali. Aku takut, takut semuanya hancur, semua yang sudah kususun hilang begitu saja. Hanya Hyunjin, hanya dia yang bisa membuatku bahagia didalam kesengsaraan. Kapan tuhan akan adil dalam membagi kebahagiaan?

————————
"Ayah, aku akan pergi hari ini kebandara mengantar temanku"

"Yak?! Kim nara, apa kau tidak tahu hari apa ini?!" -Ini Gon yang berbicara.

"Aku tahu ini hari apa kak, hari dimana aku harus bersandiwara kembali bukan?–"
"Aku sudah ijin kepada kakek dan nenek, dan mereka bilang akan kesini besok saja" -Melanjutkan kembali ucapan ku.

"Sudah diam, kau kuberi ijin nara" -Ayahku akhirnya bersuara

Aku melangkah kan kaki keluar rumah menuju mobil, supir pribadi Hyunjin sudah menjemputku.

"Dasar, hanya ingin ke bandara saja susah sekali. Apa aku ini hewan peliharaan yang harus selalu menurut kepada majikan nya?–"
"Eh, tapi memang begitu nyatanya deng" —Sungguh ini hatiku yang berbicara.

———————
Disini saksi bisu terakhir ku bersama Hyunjin, bandara. 1 jam lagi Hyunjin akan berangkat meninggalkan negara ini, dia akan pergi ke chicago bersama ibunya. Menggapai semuanya dari awal dengan orang yang sangat berarti baginya.

"Pokonya aku gamau ya nanti seorang nara bolos bolos terus!" -Hyunjin dari tadi hanya memberitahu ku hal hal yang tidak boleh dilakukan.

"Iya, kau bawel sekali si"

"Aku hanya khawatir, dan tentu saja aku akan rindu melihat malam bersamamu nantinya"

Aku hanya diam, memikirkan kembali apa yang harus aku lakukan tanpanya. Aku punya Junkyu dan Shilla bahkan mungkin sekarang Nana, tapi aku tidak yakin. Aku hanya ingin Hyunjin, Hwang Hyunjin ku. Cinta pertama ku dan tentu obat penenang ku.

Aku tidak butuh obat obat psikiater dan sebagainya jika ada dia, tapi sekarang dunia berputar. Apa yang harus aku lakukan?

"Aku pergi, Nara. Aku akan selalu merinduimu dengan segala kenangan yang pernah kita lakukan. Ini mungkin pelukan terakhir sebelum nanti pelukan pertama yang kita lakukan"

Nara semakin mengeratkan pelukan nya, sungguh dia ingin menangis dan meraungi Hyunjin-nya untuk tidak pergi.

"Apa mungkin bisa kembali?—" -Aku menatapnya, dengan sorot penuh keinginan.

"Aku akan kembali." —Ucapnya dengan penuh penekakan disetiap kata.

Yang kulakukan selanjutnya hanyalah mendekap didada bidang nya, menyalurkan segala raga yang ku inginkan. Aku akan menunggu, menunggu Hyunjin-ku kembali dengan segala hal yang bisa ku ulang dari awal.

"Sampai jumpa, Kim nara. Bulan yang menerangi setiap malam ku, aku menyayangi mu"

Kecupan terakhir yang ku dapatkan di seluruh wajah, dan keningku dengan seksama.

"Sungguh Hyunjin aku lebih dari sekedar menyayangi mu" -Suara hati

Menangis adalah hal yang selanjutnya kulakukan setelah melihat kepergianya, Malam, ku ijinkan kau pergi dengan hidup mu yang baru. Tapi kumohon kembalilah walapun hanya sekedar menyapa duniaku yang baru tanpa kehadiranmu. Aku mencintai mu, sungguh.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

moon,night or tea? | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang