Mobil hitam itu akhirnya berhenti di depan sebuah bangunan yang mirip dengan villa. Pintu dibuka dan tampaklah seorang pria yang sudah sangat tua. Rania menahan sesak yang luar biasa di dadanya.
Seperti dugaannya. CEO ini tidaklah tampan melainkan sudah tua, jelek dan gendut. "Kembalikan aku ke rumahku! Aku mau pulang, Tuan! Jangan! Kumohon, aku tidak mau..."
"Selamat datang, Nona," potong pria tua itu seraya tersenyum tipis. "Perkenalkan aku..."
"Tidak! Aku tidak mau tahu siapa namamu! Aku mau pulang!" potong Rania histeris.
Pria tua itu mengedikkan kepalanya memberikan perintah pada mereka berdua untuk membawa Rania masuk.
"Tidaakkk!"
Tubuh Rania terangkat ke atas. Ia memukul-mukul punggung salah satu pria berpakaian hitam itu agar menurunkannya. "Aku tidak mau! Turunkan aku!"
Tapi seperti tadi, mereka berdua bak robot yang tugasnya hanya menjalankan perintah. Hancur sudah hidup Rania. Ia akan merasakan Neraka yang kedua dalam hidupnya. Berbagai macam siksaan yang akan diterimanya termasuk diperkosa.
"Kenapa hidupku hina seperti ini, Tuhan?!" batin Rania di tengah rontaannya. Ia menangis sambil memejamkan matanya.
Dari dulu ia menginginkan hidup yang indah. Pernah ia bermanja di saat remaja dengan ibunya, Ratna. "Ibu, aku mau menjadi seorang putri yang dinikahi oleh pangeran tampan."
Ibunya hanya tersenyum mendengar harapan Rania. Ia membelai-belai rambut Rania penuh kasih sayang. "Kau pasti bisa mewujudkannya, Sayang."
Tapi lihat di mana Rania sekarang. Mimpinya tidak menjadi kenyataan. Ia akan dipakai seperti Jaya memakainya. Ia menduga kalau CEO tua dan jelek ini bisa lebih parah daripada ayahnya.
"Lepaskan aku!" teriak Rania, mencoba sekali lagi untuk berusaha mencairkan hati dua pria berpakaian hitam ini.
"Kumohon! Jangan diam begitu! Bawa aku kembali pada ibuku!" mohon Rania terdengar menyedihkan. "Kalian lihat bagaimana penderitaan ibuku, kan? Dia ditampar oleh suaminya sendiri! Apakah kalian tega melihat seorang wanita diperlakukan kasar begitu?! Kalian juga punya istri, kan?! Jawab!"
Mereka tetap diam...
Robot yang sangat teguh dengan posisinya. Tidak mempunyai rasa. Tidak mempunyai hati.
Sementara pria tua itu memperhatikan Rania dari belakang. "Gadis yang malang. Tapi aku bisa apa? Hanyalah sekretaris pribadi yang harus menuruti semua keinginan Tuan Raga..."
Rania tidak berhenti meronta hingga tubuhnya dihempaskan ke lantai. Rasa sakit menjalar di tubuh Rania. Ia sudah pernah merasakan yang begini. Siapa lagi kalau bukan Jaya pelakunya.
"Oho, kau penggigit yang cantik, ya?" kata seseorang di atas ranjang. Rania cepat-cepat berdiri dengan ketakutan.
Ia membelalakkan matanya ketika melihat seorang pria yang masih muda. Pakaian tidur yang mewah membaluti tubuhnya. Dadanya yang bidang tercetak jelas di balik pakaiannya yang terbuka.
Rania menoleh ke arah pria tua itu. Ia bingung di tengah pikirannya yang kacau. Beberapa detik barulah ia paham dan memandangi lagi pria muda tampan itu.
"K-kau CEO-nya?" tanya Rania hati-hati.
Raga tersenyum bengis. "Selamat datang, budak cantikku."
Tiba-tiba Raga meloncat dari ranjangnya. Ia lantas mengelilingi tubuh Rania yang gemetar ketakutan. Ia seperti serigala buas yang tidak sabar untuk mencicipi mangsa di depan matanya. Mangsa ini begitu empuk dan legit, sehingga sayang untuk dilewatkan.
"Kenapa kau takut begitu, budak cantikku?" tanya Raga seraya mengendus-endus. "Hm, tubuhmu harum. Kau pasti sudah tahu kalau aku yang tampan ini akan membelimu. Lalu kau bersiap-siap dengan penampilan terbaikmu. Oh, kau membuatku terharu."
Rania menelan ludah. "CEO ini gila! Harum apanya?! Aku ini belum mandi, tahu! Tadi itu aku disiksa sehabis pulang mencari pekerjaan di sana-sini. Sampai malam tiba barulah aku mendapatkan fakta yang mengerikan!"
"Tuan, jangan lakukan ini kepadaku," kata Rania mendadak berlutut seraya menangkupkan kedua tangannya. Ia mendongakkan wajahnya, menatap Raga dengan mengharapkan kasihan.
"Wajahmu teramat tampan, pastilah kau ini orangnya baik. Kau bak pangeran-pangeran yang selalu aku impikan... Jadi kumohon... Kembalikan aku pada ibuku... Aku mau... Pulang."
Itu permohonan terbaik yang pernah dilakukan oleh Rania. Semoga saja hati Raga bisa luluh.
"Kalian keluar." Itulah yang Rania dengar. Mereka bertiga menurut dengan sangat patuh.
Pintu ditutup sepelan mungkin. Raga berjalan ke pintu lalu menguncinya. Setelahnya ia berbalik seraya tersenyum memandangi Rania.
"Hanya tersisa kita berdua sekarang!"
Rania memejamkan matanya setelah mendengarnya. Berarti permohonannya gagal. Ia sekarang benar-benar telah menjadi budak CEO tampan ini. Tidak akan bisa pulang. Tidak akan ke mana-mana dan harus menuruti segala keinginan Raga.
"Rania Kusuma, kau mau gaya apa saja di malam pertama kita?" tanya Raga tersenyum buas.
"Tidak, T-Tu--"
Terlambat. Raga sudah melemparkannya ke atas ranjang dan melakukannya. Rania pun tidak kuasa menahan tangisnya yang seakan tidak dapat habis.
***
Jangan lupa vomentnya, ya.... Terus follow juga akunku. Thankyuu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Budak CEO Tampan
RomanceRania Kusuma dipaksa menjadi budak seorang CEO yang bernama Raga Anggara. Hingga suatu waktu Rania tidak menyangka ada hal yang mengejutkan dari Raga. Ternyata berhubung dengan sebuah masa lalu. Rania pun dibuat menangis di dalam sebuah ruangan yang...