Sudah siang.
"Tuan yang baik hati, sudah saatnya kita makan," kata Rania benar-benar kelaparan setelah Raga tidak henti-hentinya menggarapnya sampai siang!
Meskipun dari keluarga sederhana, Rania tidak pernah kelaparan. Selalu makan tiga kali sehari meski kadang lauknya seadanya saja. Tapi kekurangan itu tertutupi dengan masakan ibunya yang sangat enak. Misalnya tempe mendoan. Salah satu makanan kesukaan Rania.
Apa Raga tidak merasakan capek sedikitpun? Rania tidak habis pikir. Sekarang saja Rania merasa tidak akan sanggup berjalan karena kegilaan Raga yang bagai kuda liar.
"Ya, kau benar, budak cantikku," kata Raga terengah-engah. Raga sendiri juga capek. Tapi entah kenapa Raga merasa masih bernafsu terhadap budak pertama dalam hidupnya ini.
"Tuan mau kubuatkan sesuatu?" tanya Rania. Sejujurnya tidak ada niat untuk menawari hal tersebut. Bukan apa-apa. Rania benar-benar tidak bisa bangkit saat mencobanya.
Raga tertawa terbahak-bahak lalu menjentik-jentik kening Rania. "Kau kira aku bodoh atau apa?"
"Bodoh apanya, Tuan?" tanya Rania bersikap polos. Padahal Rania yakin kalau Raga juga tahu bagaimana kondisinya. "Kuda liar yang sungguh gila!"
Emosi Rania meluap-luap. Kalau saja Rania diberi kekuatan seperti pria, pasti Raga sudah dicekiknya sampai mati. Terserah orang-orang akan menganggapnya kejam. Karena baginya orang seperti Raga memang pantas mati.
"Aku tahu kau tidak dapat bergerak," ledek Raga. "Setelah aku menggempurmu habis-habisan. Haha, dasar wanita lemah. Baru satu hari non stop saja sudah kelelahan."
Oke, Raga berniat sombong saat mengatakannya. Lagi pula tidak sampai sehari... "Aku juga tidak mampu bergerak!" batin Raga keras-keras. Hanya tangannya yang bisa digerakkan itu pun tidak bertenaga.
"Erm, aku jadi malu," kata Rania dengan akting innocent. Raga mengumpat begitu melihatnya.
"Budak cantikku, hentikan tampang konyolmu itu," kata Raga seraya mendorong pelan kepalanya. "Karena aku Tuan yang baik hati, aku tidak akan marah. Aku akan memperlakukan budakku dengan istimewa."
Rania jelas tercengang mendengarnya. Raga akan memperlakukannya istimewa? Itu omong kosong. "Ah, Tuan. Ternyata Tuan memang baik hati."
"Untuk kali ini saja," kata Raga tiba-tiba menatap dingin.
"Kan, kan! Apa yang kuduga benar adanya!" hati Rania menjerit. "Mana mungkin iblis ini akan memperlakukanku dengan istimewa, yang ada justru sebaliknya."
"Sekretaris Ardi!" teriak Raga akhirnya. "Bawakan makanan yang enak untuk kami! Masuk dengan kunci serep!"
"Baik, Tuan." balas Sekretaris Ardi pelan dari balik pintu. Raga masih dapat mendengar suara sekretaris pribadinya.
Sebagai CEO sudah sepantasnya Raga memiliki sekretaris pribadi. Dari zaman ayahnya, Sekretaris Ardi Irawanto selalu dipercaya mengurusi segalanya. Mulai dari mengatur jadwal pertemuan yang penting dengan klien sampai dengan melobi pihak tertentu agar mau bekerja sama. Sampai saat ini pekerjaannya selalu memuaskan keluarga Anggara. Dipenuhi loyalitas yang tinggi tanpa ada penghianatan.
"Tarik selimutmu biar mereka tidak bisa melihatmu bugil."
Muka Rania memerah. "Kau ini, Tuan. Bahasamu vulgar."
"Telanjang kalau begitu."
"Ah, Tuan."
"Diam!"
Rania langsung ketakutan. Kali ini tidak berakting lagi. Selanjutnya Rania tidak mau memancing emosi Raga dengan akting innocent-nya. "M-maaf, Tuan."
"Nah, begitu kan cantik," kata Raga seraya mengelus sehelai dua helai rambut hitam Rania yang indah meski sekarang awut-awutan.
"Kau sangat cantik, Rania Kusuma," kata Raga begitu saja. Waktu terasa mendadak berhenti. Mereka kembali bertatapan dengan kepala menoleh satu sama lain ke samping.
"T-terima kasih, Tuan. Anda juga sangat tampan," balas Rania dengan sungkan.
"Oh, itu sudah pasti," kata Raga menyombongkan diri. "Anak bayi perempuan saja tahu kalau aku ini sangatlah tampan. Seharusnya kau senang menjadi budakku. Haha!"
Rania memanyun-manyunkan bibirnya diam-diam. "Sombong sekali CEO iblis ini!"
Tak butuh waktu lama bagi Sekretaris Ardi untuk membawakan makanannya. Menu kesukaan Raga adalah spageti. Spagetinya sepaket dengan sambal cabe, lalapan, sosis ayam, dan segelas es jeruk segar. Mereka terpisah-pisah di atas nampan bulat besar.
Rania juga sama menunya dengan Raga. Sebenarnya Rania hendak protes karena maunya nasi goreng. Tapi mengingat statusnya sebagai budak, Rania tidak mau mengambil resiko. Ini saja sudah bersyukur Raga mau mengistimewakannya. "Yah, untuk satu kali saja."
Setelah Sekretaris Ardi beserta pelayannya keluar dan pintu dikunci kembali. Dua nampannya diletakkan di atas meja yang letaknya satu setengah meter dari ranjang tersebut. Dekat jendela pintu.
"Selanjutnya bagaimana, budak cantikku?" tanya Raga.
"Apa kau bersedia menjatuhkan dirimu ke lantai dan merangkak, Tuan?" usul Rania atas reflek mengeluhnya karena kebodohan Raga. Kenapa tidak disuruh diletakkan di meja nakas yang lebih dekat? Dengan begitu kan mereka dapat menjangkau dengan tangan.
Hanya sedetik, Rania langsung menahan napas syok saat mendengar geraman Raga.
"M-maaf, Tuan. Bukan maksudku..."
***
Jangan lupa vomentnya, ya.... Terus follow juga akunku. Thankyuu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Budak CEO Tampan
RomanceRania Kusuma dipaksa menjadi budak seorang CEO yang bernama Raga Anggara. Hingga suatu waktu Rania tidak menyangka ada hal yang mengejutkan dari Raga. Ternyata berhubung dengan sebuah masa lalu. Rania pun dibuat menangis di dalam sebuah ruangan yang...