Oh

4 1 0
                                    

  Pagi-pagi sekali aku berangkat ke sekolah. Hari ini Javin menjemputku, entah kesambet setan apa dia semalam. Dia menjemputku dengan motor banteng kesayangannya, salah sendiri punya motor merah besar seperti banteng. Hei ini masih pagi sudah kubilang bukan? Tapi dia membawa motor sangat cepat. Surai hitam yang ku miliki terkibar seperti bendera yang terkena angin saat upacara. Aku merakut Javin sangat kuat, ahh ini gila benar-benar gila dia mempertaruhkan nyawaku.

"Javin pelan-pelan saja, nyawaku sudah berada di ujung kepala."

"Biar cepat sampai sekolah Kar."

"Pelan-pelan juga sampai sekolah, ini masih pagi sangat pagi." Javin semakin mempercepat laju motornya.

"Plisss tolonggggg belum mau matii!!!" Aku merengek karena kegilaan ini, oh astagaaaa...

'Citttt' motor itu berhenti tepat di depan gerbang sekolah. Tak henti-hentinya aku mengucap syukur pada Tuhan yang Maha Kuasa. Jantungku hampir merosot kebawah, ginjalku terasa kesemutan, ususku mungkin menjadi lurus, tak kusangka kami berhenti dengan selamat. Aku langsung turun meninggalkan Javin yang sedang memarkirkan motornya. Tidak, tidak aku tidak akan pulang bersamanya nanti, aku akan pulang dengan Mina dan Arsa. Tidak pernah dia membawa motor seperti itu, apalagi saat sedang berboncengan denganku. Aku langsung masuk ke kelas, untung Arsa sudah datang. Aku bercerita pada Arsa apa yang terjadi pagi ini padaku. Ya aku mengadu.

"Lo kenapa Ra? Berantakan banget."

"Itu tuh si Javin, pagi-pagi bawa motor kenceng banget, mau mati rasanya."

"Sekenceng itu sampe lo berantakan banget kayak gini?"

"Udah ah, pinjem sisir. Lupa nggak bawa."

"Yee dasar."

Aku menata rambutku, baru saja selesai keramas tadi pagi, sudah kusut lagi.

"Terus Javin kemana?"

"Nggak tau, tadi aku tinggal gitu aja."

"Dia harus minta maaf ke lo Ra."

"Iya harus! Dia harus minta maaf dan membujukku untuk mau pulang bersamanya!" Pasti Javin akan meminta maaf padaku, aku yakin untuk itu. Tapi setelah aku meninggalkannya tadi, dia belum menampakkan diri sama sekali.

"Kok dia belum menemuiku ya?"

"Ya mungkin masih parkiran, santai aja kali, nanti juga lewat sini tuh anak."

"Iya juga ya, yaudah tunggu aja. Ada PR nggak?"

"Nggak ada, sejak kapan lo peduli sama PR?"

"Nggak peduli, cuma tanya."

"O."

"Bangke tikus."

20 menit berlalu, Mina sudah datang Jekyl pun sudah menemuiku, ini hampir bel masuk kelas tapi Javin belum menghampiriku, nyangkut dimana coba tuh anak? Aku juga menceritakan kejadian tadi pagi pada Mina dan Jekyl. Mina sependapat denganku dan Arsa, tapi Jekyl memberi saran lain sebagai pria.

"Nggak mungkin cowok nyetir motor faster gitu kalau nggak ada masalah."

"Lah masalah?" Mina kebingungan.

"Soalnya aku juga pernah gitu pas lagi berantem sama Keira."

"Lo marah bahayain diri lo sendiri, dasar tolol." Emang sih Arsa itu orangnya ceplas ceplos banget.

"Emang iya? Aku nggak ngerti."

"Gini nih Kar, cowok kalau lagi ada masalah entah itu berantem sama ceweknya atau hal lain dia pasti bawa motor kenceng banget. Sebagai pelampiasan."

Dear My DearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang