part 3

77 7 0
                                    

     Aku melihat mama dan papa berbicara dengan polisi, aku segera keluar dan ingin mendengar secara langsung apa yang menyebabkan saudara kembarku seperti ini.

     "selamat siang tuan, nyonya dan reserse, saya hanya ingin memberi tahu bahwa kejadian yang menimpa korban adalah tindak penganianyaan. kami polisi sebisa mungkin akan menuntaskan masalah ini dan menangkap pelaku yang telah melakukan ini." ujar polisi.

     "tentu saja anda harus mengungkap siapa pelakunnya karena itu memang sudah menjadi tugas anda, ingat aku beri polisi waktu 1 bulan untuk mengungkap kasus ini jika tidak aku akan sendiri yang akan menangkap pelakunya dan menghukumnya dengan caraku sendiri." ucapku lalu pergi meninggalkan polisi yang terus berbincang dengan orang tua ku.

     "vi kenapa lo gak cerita sama gue kalau ada orang yang jahat sama lo, gue akan habisin dia karena di jahat sama saudara gue." ujarku sambil mengelus tangan silvi lembut.

     1 bulan berlalu dan polisi belum juga menemukan pelaku yang melakukan ini semua, dan ini saatnya aku turun tangan langsung utuk menuntaskannya.

     Pagi2 aku bersiap memakai baju seragam sekolah yang sama dan penampilan yang persis dengan silvi. Ya aku akan menyamar menjadi silvi dan aku akan mengetahui siapa dalang dibalik semua ini.

     Seperti biasa aku turun dari tangga hanya ada bik surti yang sedang menyiapkan makanan untuk aku sarapan pagi, orang tua ku dimana? Tentu saja mereka kembali sibik dengan perusahaan mereka bahka saat silvi masih sakit sekalipun.

    "non makan dulu bibi udah siapin nasi goreng buat non dan biasanya non silvi juga bawa bekal non kesekolah." ucap bil surti sambil memberikan sekotak makanan.

     "makasih bik aku keknya gak makan deh kan udh ada bekal ini. Simpan aja nanti aku pulang tinggal aku panasin." ucapku pada bik sutri dan dijawab dengan anggukan.

     "bik aku pergi dulu ya." lanjutku lalu mencium punggung tangan wanita paruh baya yang sudah aku anggal sebai ibuku sendiri.

     "hati-hati non, noooonnnn non silvi gak bawa mobil kesekolah, dia naik bus." panggil bik surti kepadaku saat aku hendak menaiki mobil ferari kesayanganku.

     "lah masa aku harus naik bus bik, aku gak mau, anter sama mang asep aja gimana?" tanyaku pada bik surti.

     "boleh tapi jangan bawa mobil sendiri nanti teman2 non silvi curiga lagi." kata bik surti.

     "yaudah deh aku berangkat ya bik, nanti telat lagi daahhh."

     Aku turun dari mobil agak jauh sedikit agar teman2 silvi gak curiga kalau aku diantar, kan biasanya silvi naik bus. Kok bisa ya dia naik bus padahal kan ada mang asep yang bisa antar jemput dia.

     Gak tau deh gimana pemikiran saudara kembarku itu. Walaupun kami kembar identik tapi tidak ada satupun sifat kami yang sama, malah bertolak belakang.

     "hah itu silvi bukannya dia lagi kritis ya di rumah sakit."

     "kok dia udh sadar bukannya kemaren kita jenguk dia, dia masih belum sadar ya."

     "ahhh gue senang banget dia udah balik, jadi gue bisa tanya pelajaran yang enggak gue ngerti sama dia"

     Kira2 begitulah bisikan yang aku dengar saat aku melintasi koridor sekolah ini.

     "sil.. Silvi. Kamu udah sadar? Aaaaa aku seneng banget kamu udah balik, kamu baik2 akan kan? Aku kangen kamu." ucap seseorang yang tak aku ketahui siapa dengan girang dan sambil memelukku erat, aku bisa pastikan jika dia pasti teman dekat silvi.

     Aku melihat banyak juga bekas lula diwajahnya yang ia coba tutupi dengan bedak.

     "ayo vi kita ke kelas kamu pasti kangen dengan kelas kita karena udh sebulan kamu gak masuk sekolah." lanjutnya lagi sambil menarik tanganku dan berlari menuju kelasnya dan silvi.

     "vi kok kamu diam aja kamu trauma ya atas kejadian itu? Aku juga vi aku bahkan sempet gak bisa tidur karena terbayang apa yang mereka lakukan kepada kita." ujarnya sambil menitikan air mata.

     "lo dipukulin juga dengan mereka?" tanyaku sedikit.

    " lo? Sejak kapan kamu ngerubah cara ngomong kamu vi?" tanyanya heran.

     "ehhh gak tau nih aku jadi sedikit berubaj sejak kejadian itu, aku sedikit lupa ingatan dan aku juga gak tau kamu siapa." ucapku sambil berakting sedih.

     "sahabatku maaf ya waktu kejadian itu aku gak bisa nolong kamu, bahkan aku disiksa duluan sebelum kami di siksa. Oya nama aku shinta, aku sahabat terbaik kamu disini." ucapnya sambil menjulurkan tanganya kearahku.

    



The Disguise Of A TwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang