Lalu aku menyambut uluran tangan cewek yang sudah aku ketahui namanya itu.
"upsss si dua penakut ini sudah kembali, silvi gue sangka lo udah mati, dan ternyata lo kuat juga ya." ucap seorang cewek kurus tinggi ini dihadapanku.
"angel bukannya bagus ya dia balik jadi kita bisa suruh dia ngerjain tugas kita." lanjut salah seorang temannya.
Bisa aku pastikan jika merekalah yang telah membuat silvi kritis, ayo silva ikuti permainan mereka.
"nih lo kerjain pr kita2 dan harus siap sebelum istirahat kalau enggak lo tau kan apa yang bisa gue buat." ucap cewek yang aku ketahui bernama angel itu sambil melempar banyak buku dihapanku.
"come on guys kita capcus biar dia selesaikan tugas2 kita." ajak angel lalu pergi dari kelas.
Hey apa silvi selalu diperlakukan seperti ini? Lihatlah sekarang mukaku sudah merah menahan marah, sangat ingin aku meninju muka cewek itu, sabarlah silva ayo bermain-main dengan mereka.
"vi kamu gak ngerjain tugas mereka? Kalau mereka balik ini belom siap kita bakal jadi seperti terakhir kali." tegur shinta padaku yang masih asyik memakan bekal.
"udah mending gak usah dikerjain aja bikin capek, itukan tugas mereka ngapain kita repot2 ngerjain." jawabku santai.
"kamu yakin? Aku gak mau kejadian terakhir kali terulang lagi, lagian biasanya kamu takut banget dengan mereka kok sekarang kamu santai banget? Vi kamu harus inget mereka siapa untung aja terakhir kali mereka gak bunuh kita."jelasnya sambil menangis.
"udah deh mending kita ke kantin makan, masih banyak waktu guru juga masih lama rapatnya." ujarku lalu menarik tangan shinta untuk keluar kelas, karena aku juga tidak tau dimana kantin.
"vi aku takut gimana kalau disana kita ketemu mereka? Kita bisa abis vi." ucapnya takut.
"udah kamu jangan takut biasa aja ada aku disini." ucapku menenangkanya.
Hey ayolah silva tidak takut dengan siapapun jangan takut shinta selama gak ada silvi aku akan jaga kamu.
"hehhh enak ya lo makan2 cantik disini, mana tugas kita udah selesai?" tanya angel kepada ku dan shinta.
"maaf angel kami mau makan sebentar kami lapar, nanti kami lanjutin setelah kami selesai makan." ucapku dengan berakting takut.
"sayang ya kalian laparrr." ucap angel sambil hendak menuang minuman cola keatas kepala shinta.
Dengan sigap aku menepis tangan itu dan akhirnya cola itu malah membasahai wajahnya hahahahaha.
"kurang ajar lo bangsat, ohhh udah berani lo ya bagusss gak papa gue bakal balas lo lebih dari apa yang gue lakuin terakhir kali." ucapnya lalu pergi dengan wajah yang basah dan malu.
"shin kamu gak papa." tanyaku pada shinta yang tubuhnya sudah gemetar karena ketakutan.
"udah gak papa jangan nangis lagi, kita balik ke kelas ya." ujarku menenangkan.
"vi jangan gitu lagi sama mereka aku gak mau kamu kenapa2, aku gak papa kok dibuat begitu sama mereka." ucapnya sambil menagis dan memelukku erat.
Dia sangat menyayangi silvi, terimakasih shinta karena telah menjadi sahabat terbaik silvi geu janji selama ada gue, lo gak bakal terluka lagi.
Saat jam istirahat"vi nanti kamu kasih berapa kalau aliansi minta uang?" tanya shinta sambil mengeluarkan uang 20 ribu dikantongnya.
"emang harus kasih shin?" tanyaku pada shinta yang dibalas anggukan kuat.
"harus karena ketua aliansi 2 yang akan ambil langsung dari kita."
"oohhh kalau gitu aku bakal kasih semua ini." ucapku sambil mengeluarkan 3 lembar uang 100 ribu.
"hahhh kamu dapat uang dari mana kok banyak banget? Kamu gak curi uang dari dompet ibu kamu kan?" tanyanya menyelidik.
"gak lah ini sebenarnya udh lama aku tabung dan kata kamu harus ngasih yaudah aku kasih semua aja, aku bisa nabung lagi kok." ucapku lalu meletakkan 3lemar uang 100ribu diatas mejaku.
Silva lo gak boleh mecurigakan, dan lo gak boleh ketahuan bahkan ini baru hari pertama lo datang kesekolah ini.
"bagusssss, gini kan enak gue minta uang sama lo, tumben lo banyak uang. Dan lo makin cantik." ujarnya genit sambil mencolek daguku, sabar silva lo harus tahan. Kalau gue enggak jadi silvi yang kalemnya kebangetan abis ni orang sama gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Disguise Of A Twin
Fantasyaku sangat sedih melihat kembaranku yang sangat aku sayang terbaring lemah dirumah sakit karena ia dianiaya disekolahnya, lalu aku memutuskan untuk mengantikan dirinya dan membalas apa yang telah mereka lakukan pada kembaranku. Bila polisi tid...