Langit terlihat sangat murung sore itu, ia menumpahkan kesedihan sejadi jadinya, menularkan kesedihan dan kekesalan pula bagi orang orang yang sedang beraktivitas.
Tapi tidak dengan Tera, dia seakan menyatu dengan kesedihan alam itu, ditengah derasnya hujan, ketika semua orang berusaha menghindar dari air mata langit, Tera tanpa ragu menerobos kesedihan itu, dan ikut terlarut dalam tangis angkasa.
Bajunya basah kuyup, rambut hitam pendek Tera seakan meleleh diterpa hujan, sambil menjinjing plastik hitam, pandangan nya masih sama, kosong, bagai sedang menatap lorong panjang hampa. Raut wajahnya menyimpan sedih, sekaligus amarah, langkah berat, antara akan melanjutkan atau berhenti, sesekali menatap langit dan menghela napas panjang.
Semua orang hanya sibuk memikirkan dirinya masing masing, tetapi ada seorang nenek yg memanggil Tera.
"Nak, berteduh dulu, kau akan sakit jika hujan hujanan"
Tera membalas dengan melirik nenek itu lalu pergi begitu saja.
Di tengah perjalanan ia melihat sebuah keluarga, dengan sepeda motor usang mereka berusaha berteduh di bawah pondok kecil kosong pinggir jalan, Tera memandang sekilas, mengingat kisahnya dulu, mengingat kenangannya yang tidak mungkin dapat diulang.
Tera berlari sekuat tenaga, berharap ingatan masa lalunya akan terjatuh saat dia berlari, baginya mengingat masa lalu sama menyakitkan dengan mengharap kan masa depan.
...
Ckiitt!!
Pintu sebuah rumah petak itu berbunyi tercekik, ruangannya gelap, pengap, bau menyengat alkohol yang menyeruak di hidung.Tera perlahan masuk ke kamarnya dan langsung mengganti pakaian dengan seragam mini market.
"kau sudah pulang" tanya seorang pria lembut dengan mata sembab yang merupakan ayah Tera.
"Hmm" Jawab Tera singkat.
Suasana hening seketika, Tera berjalan menuju pintu keluar meraih gagang pintu, lalu langkah nya terhenti sebentar."Ada nasi bungkus diatas meja" ujar Tera ketus mengambil payung lalu menutup pintu.
Tera berjalan kurang lebih 500 meter dari rumahnya menuju sebuah minimarket dan bergantian dengan seorang wanita paruh baya menjadi seorang kasir.
seorang pembeli datang, tetapi Tera melayani dengan cuek, tak tersenyum sedikit pun.
"Hey, kau bahkan tidak tersenyum kepada pembeli, kau akan menjatuhkan marketing minimarket ini, kau harus ramah" ujar pembeli itu yang tak lain adalah Denis.
Dia menggunakan celana training hitam list merah, dengan kaos berwarna putih tulang serta membawa tas besar berisi pakaian ganti renang nya, Denis membeli satu botol air mineral ukuran 1L.
"Kalau kau tidak suka pelayanan ku, kau bisa cari toko lain" jawab Tera ketus
"Ohh, Aku malas, ini minimarket terdekat dari tempat ku latihan" Denis menunjuk gedung tempat biasa ia latihan renang.
Tera tidak menghiraukan Denis, ia sibuk menghitung uang kembalian untuk Denis.
"Kau baru ya jadi pegawai disini?"
Tanya Denis sambil mengambil uang kembalian nya."Tidak menerima pertanyaan pribadi, silahkan tuan pergi jika sudah selesai membeli" ucap Tera sambil memberikan senyum terpaksa dan melotot.
"Oo santai buk, aku juga mau pergi, gerah melihat muka kau yg murung itu" Denis lari begitu cepat takut Tera akan menghabisi nya, padahal Tera sama sekali tidak menggubris.
...
Jam digital kasir menunjukkan pukul 12.00 malam menandakan shift Tera sudah habis, ia berganti jaga dengan pegawai pria lainnya.
Lingkungan sudah sangat gelap, apalagi kompleks perumahan kumuh milik Tera, jika orang lain yang melihat dari jauh mereka akan beranggapan lingkungan itu terlihat seperti sarang hantu, atau bahkan tempat berkumpulnya geng malam yang sering meneror warga.
Tera cepat cepat masuk ke dalam rumah, tak tahan dengan kejamnya angin malam.
Pemandangan itu lagi, lantai yang berserak dengan minuman bir, kertas lowongan kerja, serta ayah Tera yang tertidur di kursi kayu dengan mata sembab memeluk sebuah foto, foto bayi mungil yang sedang dipeluk oleh seorang wanita paruh baya cantik.
Tera meletakkan foto itu ke atas meja, memberikan selimut pada ayahnya, lalu membereskan rumah.
Saat orang lain melepaskan lelah, beban dan keluh kesah kepada orang tercinta di rumah. Namun tidak dengan Tera, rumah hanyalah tempat ia merasa tersiksa, sakit, dan tempat yang mengurungnya dengan kenangan masa lalu, kenangan indah yang telah berubah menjadi suram Begitulah kesan rumah bagi Tera, ia tidak bisa tidur 7-8 jam/ hari, tidak bisa merasakan cinta monyet seperti remaja seusianya, dan ia tidak bisa mendapatkan kasih sayang ibu yang seharusnya membimbing putrinya saat mencari jati diri. Rumah hanya seperti sebuah hukuman terbesar bagi Tera, karena itulah tera sangat membenci rumah.
Pukul 2 malam, Tera baru selesai membersihkan gubuk kecilnya, menuju kamarnya dan menelungkup kan tubuhnya di atas kasur kapuk tanpa amben.
Mata Tera mulai kehilangan energi, mengajak anggota tubuh lain untuk melepaskan bebannya, membawa Tera jauh ke dalam dunia mimpi, satu satunya dunia yang membuat Tera bahagia, hingga rasanya ingin hidup di alam mimpi itu.
Hanya satu hal yang Tera harapkan, kehidupan nya sedikit lebih baik di hari esok.
Bersambung...
Maaf ya, mungkin bangian 1 dan 2 pendek banget, semoga temen" memaklumi, maaf jika ada typo dan bahasa yang kurang pas, semoga teman-teman suka, jangan lupa kasih vote, kritik dan saran yang tentunya akan membantu aku jadi lebih baik kedepannya.
Terimakasih 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
The Opportunity
Teen FictionAku bahkan lupa bagaimana rasanya bahagia. -Tera Amanda- "Kebahagiaan setiap orang berbeda, jangan memaksakan diri agar kamu bahagia dengan mencontoh bahagia orang lain." -Tirta Denis- Sebuah kisah perjalanan menemukan arti dari kebahagiaan yang sej...