Soonyoung mendesah menekan bantal ke wajahnya, dua selimut tebal membungkus tubuhnya yang menggigil.
"Kangen Wonu.." bisiknya pelan takut ada yang mendengar.
Ini hari ke-delapan Wonwoo mudik pulang kampung ke Bandung, Soonyoung membantin sampai Wonwoo tahu dia sakit karena kangen pasti akan menjadi bulan-bulanan anak itu, ia kembali mendesah dan meletakan kembali bantal ke posisi yang benar.
Suara pintu terbuka terdengar membuatnya membenarkan posisi tubuhnya dan menutup mata—pura-pura tertidur.
"Belum bangun?" Itu suara kakaknya.
"Soonyoung gak bangun? Kakak bawain sup, di makan ya.." Soonyoung merasakan jari kakaknya yang menusuk-nusuk pundaknya tapi dia bergeming.
"Obatnya jangan lupa diminum lagi, kakak turun."
Setelah itu pintu tertutup, tapi ada pergerakan diranjangnya. Membuatnya was-was. Postur tubuhnya menjadi tegang, dan dia merasakan colekan halus pada pundaknya.
Ia membuka sebelah matanya, mengintip jam weeker diatas meja belajarnya, jam empat sore dan dia sudah tertidur empat jam lamanya.
"Kamu beneran gak mau bangun? Katanya tadi kangen?"
Kedua mata Soonyoung yang sebelumnya belum benar-benar terbuka membulat lantaran terkejut.
Kapan Wonwoo datang?
"Udah dua jam aku nungguin kamu, gak ada niatan buat peluk gitu?"
Soonyoung bergeming di tempatnya, belum sempat ia berbalik dari posisi miring, selimutnya tersingkap dan sebuah tangan merambat dipinggangnya.
"Aku kangen, peluk bentar ya?"
Setelah itu Soonyoung merasakan hembusan napas di ceruk lehernya.
"Aku demam loh.." Akhirnya Soonyoung menemukan suaranya walau terdengar kasar karena serak.
"Enggak apa-apa. Percuma jauh-jauh dari Bandung gak peluk kamu."
Akhirnya Soonyoung berbalik, tapi Wonwoo tetap mempertahankan posisi kepalanya di ceruk leher Soonyoung.
"Katanya sepuluh hari disana?"
Wonwoo menghirup napas dalam-dalam, membuatnya mencium aroma khas Soonyoung—manis cokelat, membuat Soonyoung menahan napas. "Aku belom mandi tiga hari loh.." jawabnya kaku.
"Masih wangi," jawab Wonwoo pelan dan mengangkat wajahnya lalu mencubit hidung Soonyoung.
"Bucin," jawab Soonyoung, "pasti asem bau badanku.." Soonyoung cemberut.
Wonwoo menggeleng. "Wangi cokelat, manis."
"Manis itu omongan kamu.."
Wonwoo terkekeh mendengarnya, seraya menarik kepala Soonyoung ke dadanya. "Kata abang Han kamu sakit, hampir seminggu. Berapa hari sakit?"
Soonyoung menggelamkan kepalanya di dada Wonwoo. "Dua hari kamu pergi.." jawab Soonyoung pelan.
Wonwoo mendorong pundak Soonyoung menjauh. "Bukannya kita masih video call yah?"
Soonyoung menunduk, memainkan kancing kemeja Wonwoo. "Habis itu langsung demam.."
"Makanya habis itu gak mau lagi video call? Biar aku gak tahu kamu sakit?"
Soonyoung mengangguk ragu. "Takut kamu khawatir.."
Wonwoo menggeleng tak percaya. "Kamu gak tahu gimana khawatirnya aku pas bang Han ngomong."
"Maaf," jawab Soonyoung pelan, "Bang Han tahu kemaren pas dateng.." Soonyoung mendongak, "bang Han langsung telepon kamu?"
Wonwoo mengangguk. "Katanya sih gitu, katanya kamu panas banget, aku pagi tadi langsung nyari tiket kereta, khawatir banget sama kamu, katanya bang Han kamu gak bangun pas dia kesini, niatnya mau ngajakin kamu main tapi tahunya kamu malah sakit, aku khawatir.."
![](https://img.wattpad.com/cover/156036273-288-k358778.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone || SoonWoo/WonShi
FanfictionSama-sama suka-Sama-sama sayang-Sama-sama cinta-Tapi goblok soal rasa? Soonyoung dan Wonwoo disini. Terjebak dalam Friendzone.