Rujuk?

2.3K 183 0
                                    

Dia masih mematung di ambang pintu yang sudah dari tadi tertutup.

"Kalau cuma mau berdiri disitu mendingan keluar aja. Gw mau istirahat." ucapku ketus dan memunggunginya.

derap langkahnya terdengar mendekat kearah ku "Lihat sekarang dia mendekat saja musti aku sindir dulu." aku mendengar suara tarikan kursi mungkin akhirnya dia memilih untuk duduk. Namun aku merasa pinggir kasur ku seperti ada yang menduduki. Ish dia maunya apa sih. akhirnya aku membalikan badan ku. baru akan membalikkan badan Kenan menahan tubuh ku.

"Jangan sakit gini dong Lun." dia menahan tubuhku dan membiarkan ku memungguinya dan tiba-tiba tangannya meraih tangan ku dan menggenggamnya.

"Ken kamu mau nya apa sih." ucap ku dalam hati.

"Bentar lagi kita ke rumah sakit." ucapnya masih menggenggam tangan ku. "kamu perlu di periksa lebih lanjut dan.."

"Aku gak mau, aku mau pulang." aku memaksa berbalik dan terduduk menghadapnya 

"Lun... bisa gak sekali ini nurut sama aku. Aku capek tau." ucapnya dengan wajah yang lusuh. seperti bukan ekspresi Kenan yang biasanya yang selalu jahil dan dingin.

"Maaf... maaf bikin kamu capek dan panik." Kesal ku dengan mata penuh kilat. "Aku udah mendingan kamu boleh pulang kalau kamu capek." ucap ku ketus sambil berusaha melepas jas yang aku yakinin Kenan pakaikan kepada ku. Jadi aku selalu jadi bebannya ya sampai dia mengeluh capek begitu.

"Tetep dipake jasnya, dan please kali ini nurut sama aku ya, kita kerumah sakit." ucapnya tegas dengan wajah yang mengeras.

"Gak usah sok perhatian sama aku Ken." ucap ku menahan airmata yang sudah berkumpul di pelupuk mata dengan menggigit bibir bawah ku.

"Siapa yang sok perhatian sih lun. Lun jangan digigit bibirnya nanti berdarah." tangannya yang hendak bergerak ke dagu ku ku tepis. "Jangan pegang-pegang."

"Lun."

"Apa?" tanya ku kesal. "Terus kenapa kamu kemarin-kemarin ngehindarin aku, menganggap ku gak ada." lanjutku

"Kan kamu yang minta."

Iya juga sih tapi bukan ngehindar cuma jaga jarak bambang.

"Aku rasa kamu cukup paham untuk membedakan mana yang mejaga jarak dan menghindar Kenan. Aku minta kita jaga jarak bukan menghindar. Selain itu aku rasa kamu terlalu kasar gitu sama aku menganggap aku seperti aku gak ada..." aku  mulai ingin menangis  dan terus mengeluarkan unek-unek ku selama seminggu ini. kenan mendekat dan memeluk ku.

"Maafin aku Lun, aku bingung harus gimana saat kamu minta aku buat menjaga jarak dengan kamu. Maaf kalau tindakan aku malah bikin kamu kayak gini."

"Aku baik-baik aja kok, cuma kesal dan... marah." aku melepas pelukannya.

"Ya tapi gak sampe sakit gini Lun. Kamu kan kalau banyak pikiran suka gini males maka dan akhirnya sakit. Mba martha bilang seminggu ini kamu makannya ngacak."

"Gimana gak kepikiran. Aku cuma bilang jaga jarak kamu malah pacara sama cewek lain."

"Siapa? aku kapan?"

"Hah kalau playboy emang gitu . udah jujur aja kamua pacaran sama Ayu kan, dan kamu kemarin sempet ke PIM buat kencan sama ayu kan."

"Lun itu..."

"Udah gak usah cari alesan, aku udah paham banget sih. mustinya dari awal aku udah tau sih akhirnya hubungan kita akan gimana. Tadi juga kan kamu berangkat bareng dia. dasar playboy."

apa-apaan dia malah senyum-senyum seperti tak bersalah sama sekali.

"Udah ngomelnya."

"Hah siapa yang ngomel?"

De la lunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang