Hadiah

2.5K 156 0
                                    

Sinar matahari masuk melalui sela-sela jendela kamar hotel kami, aku merenggangkan otot-otot ditubuhku pagi ini sambil mencoba menyesuaikan padanganku, samar-samar ku lihat wajah Kenan berada tepat beberapa centi dari wajah ku, tiba-tiba pipiku memanas membayangkan apa yang baru saja kami lakukan, usai ibadah subuh, Kenan kembali menyerangku di ranjang, rasanya seperti mau copot semua tulang-tulang ku.

Perlahan-lahan ku geserkan tubuhku untuk menjauh dari tubuh kenan, ini sudah jam 10 pagi. Keluarga ku dan kenan pasti sudah berkumpul di restoran untuk sarapan, aku butuh banyak makan untuk mengumpulkan kembali tenaga ku yang terkuras habis. Saat telah berhasil untuk menjauh ku tarik selimut sebatas dada untuk menutupi tubuhku yang polos, dan mencoba berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhku. Baru ingin melangkah aku merasakan sakit yang luar biasa dibagian bawah tubuh ku. "awh..." cicit ku berusaha untuk tidak membangunkan kenan. "Lun?" sial aku malah membuat kenan terbangun "kenapa? sakit ya?" ucapnya mendekat dan berdiri didepan ku dengan hanya menggunakan boxer, aku mengangguk "Banget." aku mendesah berusaha tetap berdiri, tubuh ku benar-benar terasa lengket sekali dan ingin segera berendam, selain itu aku masih malu menatap mata kenan langsung. "Aku gendong ya?" tanyanya namun aku bisa melihat ada senyuman seperti sedang menggoda ku. "Gak usah." ucap ku cepat.

"terus mau gini terus?" ucapnya berlutut untuk menyetarakan pandangan kami. aku menggeleng dan berusaha tak melihat matanya. "Jangan buang muka suami kamu disini."

"Nanti kalau kamu gendong, bisa keluar dari kamar mandi sore." ucap ku malu-malu.

"Hahaha... ya namanya juga...aaawh.." ku cubit lengannya kesal

"Tuh kan."

"Iya..iya enggak ko. Aku tau kamu capek. Yaudah yuk, kamu laper kan?"

"Iya..."

Kenan akhirnya menggendongku ke dalama kamar mandi, awalnya dia benar-benar hanya ingin mengantarku tapi berakhir pada tangan-tangan nakalnya yang menjamah tubuh lain ku. Dasar mesum.

"Kamu pesen layanan kamar?"tanya ku saat baru keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutku dan melihat sudah ada beberapa makanan yang tersaji di meja.

"Iya... emang kamu kuat jalan ke restoran?kan masih sakit"godanya

pipi ku kembali memanas, sial pintar sekali membuat ku malu.

"Assalamualaikum bu." aku menyerit membalik tubuh ku kearah sumber suara ternyata kenan baru mendapatkan telpon, seperti nya dari Ibu. kenapa ibu tak menelponku kan yang anak perempuannya aku bukan kenan. aku berjalan pelan mendekati kenan dan mencuri dengar menempel apa yang sedang mereka perbincangkan.

"Iya duluan aja bu... gapapa bu kita udah pesan sarapan di kamar. Oh dia ada mungkin td masih dikamar mandi. Oke bu.. walaikumsalam."

"Ibu?" tanya ku.

"Iya."

"Kok bukan aku yang di telpon?"

"Udah dari tadi, tapi gak kamu angkat."

"Ah masa sih." ucapku tak percaya dan bergegas mencari keberadaan smartphone ku yang sejak semalam selepas acara tak ku sentuh sama sekali. aku merogoh sling bag ku, dan benar saja ada puluhan panggilan tak terjawan dari Ibu, dan sebuah pesan yang benar-benar membuat ku malu setengah mati.

Ibu: Lun, kamu kemana? ini udah pagi, kok belum bangun sih. Anak gadis gak boleh bangun siang.

Ibu: oh maap kamu udah bukan gadis lagi :'P yaudah sana istirahat ya. Ibu sama mertua kamu mau jalan-jalan dulu buat belanja udah lama gak jalan bareng. selamat istirahat sayang.

Mata ku melotot. "Ibuuuuuuu.... "ucap ku kesal sambil mengehentakkan kaki ku kesal "awwwch.."

"kenapa?" tanya kenan panik.

De la lunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang