Jeno melangkah menyusuri lorong kelas sendirian, karena jam terakhir tadi kosong ia memutuskan pergi ke perpustakaan untuk mengisi waktu namun malah ketiduran hingga pulang dan dibangunkan oleh petugas perpustakaan karena akan tutup. Kalau saja Mark mencarinya mungkin ia tidak akan terlambat seperti sekarang tapi hyungnya itu hanya mengiriminya pesan akan pulang duluan dengan Haechan dan menyuruh Jeno pulang dengan bus
Kalau saja kemarin ketika pulang dari barbershop ia tidak jatuh dari motor maka motor nya tidak akan menginap di bengkel dan Jeno tidak perlu menunggu di halte sendirian seperti sekarang. Berhubung ia telat pulang jadi ia ketinggalan bus yang biasanya lewat dan harus menunggu setengah jam lagi sebelum bus selanjutnya datang
Bosan duduk saja tanpa melakukan apapun Jeno bangun dan mulai menendangi batu-batu kecil di sekitar halte namun nahas salah satu batu memantul dan mengenai kelapalanya hingga menimbulkan warna kemerahan di dahi
"kenapa dari kemarin aku sial sekali sih, jatuh dari motor, tertimpuk bola basket, dan sekarang terkena batu pula" geruru Jeno dengan nasibnya "dan lagi kenapa bus nya tidak datang-datang"
Kapok dengan kejadian yang diterima Jeno memutuskan duduk kembali dan menunggu dengan tenang hingga bus akhirnya datang. Ketika bus akan berangkat ada seorang pemuda yang memberhentikan bus dan masuk dengan nafas yang memburu akibat mengejar bus
Pemuda tersebut memilih duduk di samping Jeno yang merupakan satu-satunya kursi kosong yang masih tersisa. Jeno memperhatikan pemuda itu dengan saksama karena merasa tidak asing
"kau temannya Haechan kan?"
"eh? iya" pemuda itu reflek menoleh kearah Jeno
" ku rasa kita tidak saling kenal sebelumnya, namaku-" belum selesai Jeno menyelesaikan kalimat nya pemuda tadi sudah memotong ucapannya
"Lee Jeno kan"
"kau tau namaku?" bingung Jeno 'mungkin karena aku kapten tim basket jadi dia kenal'
"tentu saja, karena kau adik dari Mark hyung dan orang yang menulis kalimat tidak jelas di pergelangan tangannya sekaligus orang yang ceroboh karena mendapat banyak luka dalam waktu yang berdekatan" jelas pemuda itu (yang mungkin kita sudah tau siapa) dengan lengkap tanpa melewati sedikitpun kejadian yang membuatnya jengkel
"kau cenayang ya!? Dari mana kau tau itu semua wah keren!" puji Jeno takjub karena pemuda itu bisa menebak apa saja yang terjadi pada nya kemarin
Pemuda itu mendengus pelan setelah mendengar reaksi Jeno yang bisa dibilang tidak peka atau memang tidak memahami situasi
"aku bukan cenayang aku hanya siswa biasa yang baru kemarin mendapat tanda dan sayangnya soulmateku itu sering terkena sial"'kenapa mirip denganku' batin Jeno "siapa namamu?"
"Huang Renjun itu namaku"
"jadi Renjun, entah kenapa ceritamu mirip denganku jadi boleh aku lihat tanda mu?"
Tanpa mengatakan sepatah katapun Renjun mengulurkan tangan dan memperlihatkan tanda soulmate miliknya. Jeno yang melihat tanda itu menunjukkan reaksi terkejut juga rasa takjub mungkin?
"tuh kan memang mirip, kenapa bisa mirip begini ya?"
Renjun membuas nafas kasar melihat tingkah konyol Jeno yang belum juga sadar bahwa mereka adalah sepansang soulmate "itu karena kita soulmate" jawab Renjun datar
"eh apa?" Jeno menunjukkan raut wajah yang lucu di mata Renjun
Cukup lama Jeno terdiam ditempatnya mencerna fakta yang baru saja dia terima sedangkan Renjun yang mulai jengah dengan respon Jeno memilih untuk menatap keluar jendela mengabaikan Jeno yang masih setia melamunkan perkataan Renjun yang terus berputar dikepalanya
"kau sudah selesai berpikir? Kalau belum lanjutkan saja aku akan turun duluan"
Menyadari Renjun yang sudah turun dari bus, Jeno memutuskan untuk menyusulnya walaupun ini bukan halte tempat nya turun. "Renjun tunggu" teriak Jeno pada Renjun yang sudah lumayan jauh padahal mereka hanya berselang beberapa detik saja tapi kenapa Renjun bisa melangkah sejauh itu
Renjun menghentikan langkahnya dan membalik tubuh kearah Jeno yang berhenti tepat dibelakangnya sembari menunggu kalimat yang ingin Jeno katakan
Jeno menatap Renjun lekat dengan banyak nya pertanyaan yang ingin ia lontarkan saat ini "apa perkataan mu itu benar? Bahwa kita itu soulmate"
Kalau saja ini dunia komik mungkin perempatan imajener sudah muncul didahinya katakan saja Renjun itu mudah emosi nyatanya sumbu emosi nya memang pendek sejak dulu
"apa tanda soulmate dan semua yang kukatakan tadi belum cukup untuk mu?""bukan nya begitu, sebab banyak yang mengaku menjadi soulmate ku jadi aku hanya meminta kepastian saja" Jelas Jeno yang sepertinya sadar bahwa Renjun mulai terpancing emosi saat ini
Kali ini Renjun benar-benar membuang nafas dengan keras dan kasar, apakah Jeno ini bodoh atau bagaimana? Kenapa sulit sekali mencerna apa yang terjadi
"dengar ya Lee Jeno, aku tidak akan pernah mengaku-aku kalau aku soulmate mu jika memang bukan. Lagipula sebelum ini aku bahkan tidak mengenalmu sama sekali, lalu kau ingin bukti apalagi?"
"em kalau begitu apa yang tertulis di tangan ku?"
"hanya milik LJN" jawab Renjun malas
"kok bisa tepat?!" Kaget Jeno lagi
"tentu saja karena itu muncul di tanganku" kata Renjun dengan suara sedikit meninggi
Melihat reaksi Renjun yang sebentar lagi meledak malah membuat Jeno dengan menampilkan senyumnya dan tawa bahagia karena Renjun terlihat sangat lucu saat ini
'sabar Renjun sabar, kenapa engkau memberi aku soulmate seperti ini Tuhan' batin Renjun nelangsa akan soulmate nya, baru bertemu sehari saja sudah dibuat kesal
"bagus kalau sudah sadar, sekarang aku minta pertanggungjawaban dari semua tingkah cerobohmu itu Lee"
"maksudmu kau ingin kita bergandengan tangan? atau... berciuman?" Tanya Jeno dengan nada sedikit dijeda dan tatapan yang sedikit memancing emosi Renjun
"YAK! BUKAN ITU JUGA KENAPA PIKIRANMU JAUH SEKALI, aku hanya ingin kau berhenti bertingkah ceroboh dan membuat memar di tubuh" geram Renjun dengan emosi yang sudah ada di ubun-ubun
"kalau itu sepertinya aku tidak bisa menjamin, itu karena hari ku yang sedang sial bukan karena aku ceroboh tapi akan aku usahakan, kalau begitu ayo ku antar kau pulang"
"untuk apa, aku bisa pulang sendiri" Renjun bukan anak kecil yang harus diantar pulang sampai rumah ia itu sudah dewasa
"aku hanya ingin mengantar soulmateku pulang, apa itu salah?"
"iya, pulang saja sana"
"tapi kan-"
"PULANG LEE JENO"
Nyatanya teriakan Renjun tersebut tidak mampu membuat Jeno berbalik arah dan tetap mengantar Renjun selamat sampai tujuan juga menjadi awal mula langkah pertama untuk masa depan keduanya
TBC
Terimakasih untuk semua yang sudah menyempatkan waktu untuk mampir ke cerita ini
Sekali lagi terimakasih semua :)

KAMU SEDANG MEMBACA
SOULMATE
FanfictionRenjun pemuda yang tidak terlalu peduli dengan adanya soulmate dibuat pusing dengan soulmatenya yang mendapat lebam dan coretan dihari kedua ia mendapat tanda soulmate nya. -Tamat-