Part 1

604 62 16
                                    

Suga POV

Aku terus memacu mobilku tak tentu arah di jalan raya kota Seoul. Aku tidak peduli pada orang-orang, bahkan polisi yang mengklakson mobilku karena kecepatan mengemudi ku yang brutal. Mereka tahu apa?

Sungguh, rasanya aku ingin menyusul Jonghyun, Sulli, Hara, dan artis-artis lainnya yang telah pergi mendahuluiku dengan cara menyedihkan. Bunuh diri.

Sudah sejak setahun lalu boygrupku turun pamor, kalah saing dengan para boygrup baru yang lebih muda dan segar. Agensi kami akhirnya memutuskan bahwa kami di hiatus kan sementara. Setidaknya, itulah yang mereka katakan di media.

Nyatanya, mereka ingin kami segera mengumumkan tentang disband kami dari dunia hiburan. Mereka menyuruh kami berpikir, tapi terus menerus mendesak. Dasar tidak tahu malu. Sehabis manis sepah dibuang.

Kalau biasanya di media diberitakan tentang artis yang mengeluarkan diri dari agensinya, kenyataannya tidaklah begitu. Merekalah yang 'membuang' artisnya. Kami contohnya.

Aku sudah berusaha membuat lagu-lagu bagus untuk menarik mereka agar berubah pikiran dan memberikan kesempatan kedua, tapi mereka berkata mereka tidak membutuhkannya lagi. Sialan. Mereka kira membuat lagu semudah membalik telapak tangan? Aku bekerja siang malam tanpa tidur, tahu!

Belum lagi para netizen yang seenaknya berkata bahwa kami hiatus karena terlibat skandal apalah itu. Dasar orang-orang tidak berguna. Hanya bisa bicara tanpa memikirkan apa dampaknya pada yang dihujat.

Agensi pernah berkata pada kami, menjadi seorang Idol harus bisa tahan banting atas segala hujatan dari luar sana. Tidak usah dipedulikan. Tapi bahkan melihat atau mendengarnya secara tidak langsung saja bisa membuat seorang Idol jatuh mentalnya. Apalagi jika di saat seperti ini. Semakin hancur saja diriku.

Dan orangtuaku...






CIIITT...!







Aku menghentikan mobilku tiba-tiba karena mengingat dua orang yang paling kucintai itu. Aku memukul setir sambil mengerang, lalu menumpukan dahiku disana. Mencoba menangis, tapi tidak bisa. Air mataku sudah habis di studio tempatku membuat lagu. Emosiku terkuras hanya untuk lagu- yang pada akhirnya tidak diterima- hingga  bahkan mengeluarkan air mata untuk orangtuaku saja tidak bisa.

Orangtuaku... Astaga, pedih sekali mengingatnya. Mereka yang awalnya menyuruhku menjadi pegawai negeri saja agar punya penghasilan tetap yang bisa membantu perekonomian keluarga kami. Tapi aku malah membangkang dan lari kesini.

Aku pernah menangis diatas panggung konser karena melihat mereka diantara penonton. Aku terharu karena itu artinya mereka telah sepenuhnya mendukung pilihanku. Tapi sekarang apa? Mereka pasti kecewa sekali melihatku seperti ini. Digantungi oleh agensi yang dulu begitu kuperjuangkan.

Dan akan lebih kecewa lagi jika mereka mengetahui aku tewas mengenaskan karena bunuh diri membawa seluruh karirku yang hancur.

Ya, merekalah satu-satunya alasanku untuk tetap hidup hingga saat ini. Walaupun aku tidak tahu sampai kapan aku bisa bertahan dengan semua ini.

Maafkan aku bu, yah. Aku memang tidak bisa menjadi anak berbakti seperti yang kalian harapkan...



Ciitt...



Aku mulai menyusun kata-kata untuk surat wasiatku saat aku mendengar suara sebuah mobil yang berhenti di dekatku.

Siapa itu? Apakah itu polisi? Apa mereka ingin menangkapku karena parkir sembarangan? Ah, aku bahkan tidak tahu dimana aku berhenti sekarang. Sudahlah.

Aku berniat untuk tidak peduli, tapi sepertinya tubuh dan otakku tidak sinkron. Aku perlahan mengangkat kepalaku.

Oh, ternyata bukan mobil polisi. Itu hanya sebuah taksi yang menurunkan penumpang seorang wanita berhijab. Hei, tunggu! Memangnya aku dimana? Di bandara? Kenapa bisa ada taksi yang menurunkan seorang wanita berhijab dan berkulit cokelat?

Penasaran, aku pun keluar dari mobil. Persetan dengan segala macam penyamaran. Toh aku sudah bukan Idol terkenal lagi sekarang. Tidak perlu khawatir akan ada yang mengenaliku. Kalaupun  ada, mereka juga pasti tidak akan peduli.

Aku memperhatikan sekeliling. Ya ampun, yang benar saja. Ternyata aku berhenti tepat di depan gerbang Seoul Islamic Center. Pantas saja aku asing dengan daerah ini. Aku saja baru tahu setelah membaca tulisan yang tercetak di gapura depan gerbang.

Samar-samar, aku mendengar sebuah alunan suara. Suara apa itu? Kenapa bisa indah sekali? Ini bahkan lebih indah dari musik apapun yang pernah kudengar. Sepertinya suara itu berasal dari dalam bangunan itu, dan entah kenapa seperti menarikku untuk masuk kesana.

Aku hanya bisa terdiam di sebelah pintu mobilku. Berusaha menajamkan telinga untuk menangkap alunan indah itu dan berusaha menahan kakiku untuk tidak melangkah kesana. Apa yang akan dikatakan orang-orang jika aku kesana? Disana bukan tempatku.

"Excuse me," Sebuah suara memecahkan heningku. Aku menoleh. Ternyata gadis berhijab yang tadi turun dari taksi. Ada apa?

Belum sempat aku menjawab, dia sudah berkata lagi.













"Are you... BTS's Suga?"

***

TBC

Hollaa 👋 cerita ini udah di revisi, gimana? Lebih enakan gak bacanya? Hehe, seenggaknya ngga bikin sakit mata lah yaa 🤭

-Minerva-

SUGA'S InsecureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang