*flashback on*
"Suga-ssi, tunggu disini sebentar ya. Aku akan berbicara dengan petugas disini," Aku meninggalkan Suga bersama Azizah dan Atina setelah kami memasuki masjid.
"Kak, yakin?" Suara Azizah membuatku kembali menoleh.
"Apa?" Jawabku ketus setelah melihatnya memasang cengiran tanpa dosa. Dia pasti sedang menggodaku.
"Kakak yakin mau ngomong sendirian?" Kali ini ia terlihat menahan tawa. Sesuai dugaan, dia menyentil titik terlemahku yaitu berbicara dengan orang asing. Tapi kan itu dulu, aku sudah lebih dewasa untuk sekedar berbicara sekarang.
"Emang kamu bisa bahasa Korea?" Sinisku balik.
"Ya tapi kan aku pinter bahasa Inggris," Azizah tidak mau kalah.
"Zah, udah deh, kamu malah bikin lama! Keburu iqamah!" Lerai Atina.
"Ya biarin aja, aku kan ga sholat," Azizah malah semakin menjadi.
Aku memilih melanjutkan jalanku, membiarkan Atina berdebat tidak ada habisnya dengan Azizah. Dasar memalukan. Apa mereka lupa kalau di dekat mereka ada seorang idol?!
Setelah berjalan dan sampai di bagian laki-laki, aku menegur seseorang yang sedang mengatur tumpukan kotak amal masjid.
"Chogiyo..."
"Nde?"
"Apakah anda pengurus masjid?"
"Ne. Ada apa, ya?"
"Anu.. Duh.. Gimana jelasinnya ya?" Aku refleks menggunakan bahasa Indonesia. Tapi orang ini tetap menungguku dengan sabar, padahal sebentar lagi akan iqamah. Beruntungnya diriku. "Begini, aku kesini dengan seorang temanku. Dia.. Dia non muslim. Tapi dia ingin ikut masuk. Dia harus menunggu dimana?"
"Teman nona, laki-laki atau perempuan?"
"Laki-laki. Tapi.. Ada seorang teman perempuanku juga yang sedang berhalangan. Apa sebaiknya mereka menunggu bersama saja, ya?" Tanpa sadar nada bicaraku malah seperti orang meminta pendapat. Memang dasar aku yang tidak bisa memutuskan sesuatu dengan cepat. Labil.
"Ah, mohon maaf sebelumnya, nona. Begini, di jaman sekarang, perihal tentang khalwat sudah sering disepelekan. Tapi tetap saja itu larangan, bukan?" Jawabnya tegas tanpa melunturkan senyum teduhnya.
"Ah iya, benar juga. Maafkan aku.. " Aku refleks membungkuk untuk menyembunyikan rasa maluku karena melupakan hal sekecil itu.
"Tidak perlu minta maaf, nona. Santai saja. Teman laki-lakimu itu, apa dia ingin belajar tentang Islam?"
Aku membelalakkan mata. Apa bener Suga oppa mau belajar Islam? Kenapa ga terpikiran sama aku, ya?
"Mungkin..?" Jawabku ragu.
"Kalau begitu ajak saja dia untuk duduk disini, di sekitar area shalat laki-laki. Nanti setelah shalat, kita akan bertemu lagi untuk mengajarkannya bersama-sama. Bagaimana?"
"Ide bagus! Baiklah, aku akan mengajaknya kemari. Terima kasih banyak!" Aku lagi-lagi membungkuk.
Tepat setelah aku menegakkan tubuh, panggilan iqamah berbunyi.
"Astaghfirullah, maaf! Gara-gara aku, anda jadi terlambat.. "
"Tidak apa-apa nona, santai saja.. Sebaiknya nona juga bergegas, shalat dzuhur nya sudah dimulai. Nona harus mengajaknya kesini dulu, bukan?"
Aku menganggukkan kepala, lalu bergegas kembali ke tempat Suga dan yang lainnya.
"Gimana?" Tanya Azizah begitu aku sampai. Atina tidak terlihat, pasti dia sudah di dalam masjid dan shalat bersama jamaah yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUGA'S Insecure
FanfictionKetika ia terpuruk, saat itulah hidayah memeluk. Qanita, seorang mantan penggemar kpop harus pergi ke negara dimana para mantan idolanya berasal karena tuntutan pekerjaan. Ketika harapan yang dulu pernah terbersit menjadi kenyataan, akankah ia kemb...