Part 4

282 41 8
                                    

Qanita POV

"Kak Qanita yaa.. Sekarang mainnya sama cowok Korea.. " Goda Azizah- gadis yang tadi memanggilku- setelah aku meninggalkan Suga dan mendekati mereka.

"Apasih. Baru juga ketemu disini," Jawabku datar.

Sepertinya mereka tidak tahu kalau laki-laki itu adalah Suga BTS. Tidak perlu tahu juga sih, batinku.

"Ah, masa??" Azizah tidak menghentikan godaannya.

"Eh, ngga nyangka ya, kita bisa reunian di Korea," Atina, teman seumuranku itu bergaya menghirup udara banyak-banyak sambil merentangkan tangannya.

"Lebay!" Sembur ku, tapi diam-diam berterimakasih padanya karena menghentikan godaan Azizah-

"Lebih ngga nyangka lagi ka Qanita yang bisa kesini gratis. Penulis terkenal nih, yee..."

-atau tidak. Baiklah. Harusnya aku sadar kalau Azizah sudah masuk mode menggoda, tidak semudah itu menghentikannya.

"Terserah deh," Aku menyerah. "Sayang ya, Salsa sama Sholihah ga bisa ikut kesini," Aku memilih meladeni Atina.

"Ya kan mereka emang cita-citanya ke Sudan buat kuliah, ya dapetnya kesana, lah. Kita bertiga kan pernah jadi kpopers, udah pasti pernah lah punya keinginan pengen kesini. Yah, walaupun kesampeannya malah pas udah tobat, sih. Hahaha.. " Jelas Atina.

"Yaudah, qaddarullah nya begini, syukuri aja," Aku ikut tertawa.

"Eh, kak.. " Panggil Azizah tiba-tiba. Aku menoleh ke arahnya sambil tersenyum. Tidak baik kesal berkepanjangan pada orang yang sudah lama tidak ditemui.

"Orang yang tadi ngomong sama kakak... Suga BTS ya?" Tanyanya dengan wajah antusias.

DEG.

O-ow. Sepertinya saat aku dan Atina asyik berbincang, Azizah malah sibuk memperhatikannya dan menemukan fakta yang kusembunyikan.

"Mana? Eh, iya masa!" Sahut Atina tidak kalah semangat.

Aku refleks menoleh ke belakang, dan...

DEG.

Lagi, jantungku hampir lepas dibuatnya. Dia sedang memandang lurus ke arahku hingga pandangan kami langsung bertemu. Aku buru-buru memalingkan wajah.

"Qanita! Kok dia bisa ada disini? Kok kamu tadi ngomong sama dia? Ngomongin apa?" Pertanyaan bertubi-tubi dari Atina membuatku pening seketika.

"Iih..! Udah kenapa, sih? Aku kan tadi udah bilang, aku cuma kebetulan ketemu disini, aku gatau apa-apa!" Tanpa sadar aku menaikkan nada bicaraku.

"Tapi tadi kamu ngomong sama dia, kan? Ngomongin apa?" Atina tetap mendesak.

"Aku cuma nanya dia Suga BTS apa bukan, udah gitu doang!" Jawabku jujur.

"Kakak ngomong sedeket itu sama dia tapi masih nanya dia Suga BTS apa bukan? Heol. Kaka minus berapa, sih?" Tanya Azizah sarkastis.

"Yaudah, sih! Lagian kita disini tuh mau ngapain, hah? Wisata Islami, nyari inspirasi buat novel baru aku! Kenapa kalian malah flashback kpop?" Balas ku tak mau kalah.

"Minta fotbar, yuk!" Atina seakan menulikan telinganya dari kata-kataku barusan.

Astaghfirullah... Aku memijat pelipisku. Jiwa fangirl anak-anak ini belum berubah ternyata.

Allahuakbar, Allahuakbar..!

Baru kali ini aku merasa adzan sangat penuh berkah. Apalagi kalau bukan karena ekspektasiku agar mereka berhenti seperti ini. "Tuh kan, dipanggil Allah buat sholat. Ayo." Sahutku tajam.

"Bentar doang koook.. " Atina memelas.

Aku mendelik melihatnya. "Enggak. Ayo. Aku butuh ngeliat suasana antara adzan sama iqamah di masjid ini, kalian.. " Gantian aku yang merengek.

Sejenak, aku dan Atina saling melempar tatapan sinis. Sedetik kemudian..

"Oke,"

"Hah?"

"Sholat, kan? Ayo,"

Aku menatap Atina tidak mengerti. Bukannya tadi dia yang ngotot banget pengen fotbar sama Suga? Kenapa gampang banget berubahnya?

"Heh, lupa ya, yang dulu ngedukung kamu buat tobat tuh siapa?" Kata Atina seakan bisa membaca pikiranku.

Aku hanya menyeringai tanpa dosa. Benar juga. Walaupun aku lebih dulu sadar akan kesalahanku dibanding Atina dan Azizah, merekalah yang selalu setia mendukungku untuk kembali ke jalan yang lurus. Sebagai tanda bahwa mereka akan segera menyusulku. Yang kini sudah terbukti.

"Kaburo maqtan dong aku entar,"

Aku tertawa sekarang. Kabuto maqtan. Penggalan ayat ketiga surah Ash-Shaff yang dulu saat di pesantren kami buat istilah untuk menggambarkan arti dari ayat tersebut.

Kaburo maqtan indallahi an taquuluu maa laa taf'aluun...

Artinya, sangat dibenci Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. Atau dengan kata lain, menasihati seseorang tapi dirinya sendiri masih seperti itu. Allah tidak suka, na'udzubillahi min dzalik...

Kami pun berjalan menuju masjid. Tiba-tiba...

"Agashi..."

Kami menoleh. Suga? Dia memanggil kami?

"Boleh aku ikut bersama kalian?"

Pertanyaan itu membuat kami saling berpandangan.

***

Sori pendek :"

Stay safe all!

-Minerva-

SUGA'S InsecureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang