Berusaha Membuktikan

35 6 0
                                    

Berli membuka matanya, ia hanya bermimpi. Tidak mungkin kan seorang pelajar membunuh seseorang di sekolah dalam keadaan ramai? Pasti berakhir di penjara atau di drop out.

Berli terus merasa bahwa mimpinya itu nyata. Benar-benar terasa nyata. Berli berpikir ia harus membunuh Ellen duluan sebelum Ellen membunuhnya. Ia yakin bahwa nyawanya sedang terancam. Mimpi nya membuat ia bertekad untuk membunuh Ellen. Tapi fakta Ellen adalah seorang psikopat belum terungkap.

Berli mencari HP nya, melihat jam yang bertuliskan 05.00 AM. Segera Berli beranjak dari tempat tidurnya mengambil handuk dan masuk kedalam kamar mandi, bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.

Dalam perjalanannya menuju sekolah Berli melihat Ellen dan sahabatnya yaitu Andin juga berjalan menuju sekolah. Berli pun memelankan langkah kakinya, memberi jarak yang jauh dengan Ellen. Mungkin pagi ini pagi yang cerah dan ceria bagi Ellen. Ellen tersenyum ramah pada setiap orang yang ia temui, bahkan yang tidak ia kenali. Itu menggelikan bagi Berli yang matanya sudah dipenuhi kebencian padanya.

Setelah mereka sampai sekolah, banyak sambutan ‘selamat pagi’ untuk Ellen. Ellen bagai kembang desa di sekolahnya sekarang, tapi dimata Berli , Ellen bagai bunga bangke.

Berli melihat Ellen dari kejauhan yang sedang tertawa bersama teman-temannya di koridor depan kelasnya. Berli berlari mendekati Ellen.

“Ellen” Berli memutar balikkan badan Ellen dan menusuk pinggang Ellen menggunakan cutter, benda tajam kecil yang dianggap remeh namun dapat menyakiti seseorang.

“Be-Berli”

“sebelum lo ngebunuh gue, gue ngebunuh lo duluan”

“ka-mu mengira akh-aku psikopat? a-aku buka-n psikopat, ka-kalau mem-hang ada, itu bukan a-aku”

Darah keluar dari mulut dan pinggang Ellen.

“woi” seseorang menepuk bahu Berli sehingga ia sadar dari imajinasinya.

“segitunya ngeliatin Ellen kayak mau nerkam” seseorang menaruh lengannya pada bahu Berli, dia adalah Liya dan Pita.

“wes sohib gue”, Liya dan Pita adalah sahabat Berli yang selalu bersamanya, melakukan hal-hal gila yang tidak senonoh bersama, gibah, menjelekkan seseorang, intinya mereka itu satu otak,satu sikap, dan satu sifat.

Tiba-tiba suatu pikiran melintas di otak Berli.

“mau bantuin gue gak?” Berli membisikkan sesuatu pada Liya dan Pita.

“Hah?! Seriusan lo?” Pita membelalakkan matanya setelah mendengar bisikan Berli seperti tidak percaya dengan perkataan yang barusan ia katakan.

“oke gue mau” tanpa babibu Liya menyetujui perkataan yang dibisikkan Berli.

                                ***

Saat jam istirahat, Ellen, Andin dan 2 orang lainnya berkumpul di meja kantin, hendak makan bersama. Mereka sedang memikirkan apa yang akan mereka beli. Banyak makanan yang mengunggah selera makan sehingga rasanya ingin dibeli semua.

“hmmm katanya seblak kantin enak?”, ujar Ellen

“jangan, seblak harganya ceban,muahal. mie tektek aja murah,goceng”, ujar Andin dengan telapak tangan yang terbuka menunjukkan 5 jarinya di depan wajah Ellen yang berada di depannya. Mie tektek di sekolah ini adalah mie yang di goreng dengan tambahan bawang putih,sayur-sayuran dan yang pasti dengan kecap pedas manis.

“gue lagi pengen bakso aci, tapi mau makan mie ayam, terus kecium aroma seblak nih jadi pengen juga”, ujar anak perempuan bertubuh gemuk dan tinggi bernama Aqilla yang duduk disamping kiri Andin.

Bloodie PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang