setelah bergelut dua hari dua malam dengan pikiranku dan sudah memikirkan matang-matang konsekuensi apa yang akan aku terima nantinya.
aku memutuskan untuk,
melepaskan dirinya bersama anganku.
jujur dari lubuk hatiku, aku memang sangat payah soal cinta.
karena, aku bukan ahlinya.
dengan segala usaha, aku memantapkan hatiku untuk berjalan di koridor sekolah menuju tempat dimana ribuan aksara berada. perpustakaan sekolah. aku ke sana karena ingin melepas penat karena seharian ini bergelut dengan tugas dan juga hati.
aku memilih untuk membaca buku dongeng, karena aku rindu masa kecilku yang selalu dibacakan dongeng oleh umma.
cukup lama aku membaca di sana, hingga aku mulai diserang kantuk hebat dan berakhirlah aku terlelap dan tak mempedulikan sekitar.
asyik terlarut dalam mimpi sampai sebuah tangan membuatku terbangun.
spontan aku menengadah dengan rupa bantalku. ingin rasanya tenggelam di lautan mimpi lagi kalau tau siapa yang membangunkanku begini.
siapa lagi kalau bukan si hawa yang tengah susah payah aku hindari?
"sudah bel pulang. kamu gak pulang?" tanyanya sembari menyingkirkan anak rambut ke belakang rungu.
dengan tergesa-gesa aku memasukkan kembali buku dongeng itu ke dalam rak. aku mengusak suraiku acak. "oh, sudah bel pulang ya? terima kasih sudah bangunkanku. saya permisi."
tanpa menunggu balasan, aku segera berlalu tapi tidak jadi karena,
"kita pulang bareng, ya." perkataannya seketika meruntuhkan tamengku yang baru kubangun dengan pondasi sekuat baja.
"ha?" aku linglung.
tiya terangguk. "kita pulang bareng. bukannya kita pernah pulang bareng? atau kamu lupa? ohya, aku belum sempat kenalkan diri. tiyasa kanigara, tiya. kamu pasti angkasa adiyaksa, 'kan?" sekarang dia sudah berdiri di hadapanku dan mengulurkan tangannya. mengajak berjabat tangan.
entah ini refleks atau otakku yang tak bisa diajak bekerja sama, sekarang aku balas menjabat tangannya. "iya, panggilnya angkasa atau asa juga boleh. salam kenal."
duh, dia merasakan tanganku dingin tidak ya?
"wah, kok bisa sama? aku juga bisa dipanggil asa. tapi, jarang. hanya orang rumah aja yang manggil itu." respons yang di luar perkiraan.
aku tak tau harus bereaksi seperti apa, respons alamiku adalah menggaruk tengkuk. "ya udah, tapi kalau kita pulang bersama apa pacarmu tidak cemburu?"
tiya langsung tertegun. apa pertanyaanku salah? atau...?
"darimana kamu tau?" tanyanya panik.
"lho, bukannya satu sekolah udah tau kalau kamu pacarnya banu adimarga?" tanyaku balik.
"gak, sa. aku sama dia pacaran diam-diam. jadi, darimana kamu tau? kamu bukan mata-mata, 'kan?" balasnya.
ah, jadi ini. maaf, aku gak tau.
"ya, bukanlah! ngapain juga aku mata-matain kamu. soal itu, aku cuma nerka-nerka aja. eh, ternyata benar. ya udah, yuk pulang sudah senja." aku terkekeh.
hari ini kunyatakan, proses move-on ku resmi dinyatakan gagal.
payah sekali aku ini.
•••
acie gagal move on nih><
KAMU SEDANG MEMBACA
morse, renjun.
Teen Fictionrenjun ; 💌📜ㅡ "surat-surat yang saya kirim berhenti di tengah jalan." dlpnsa, 2020.