sudah seminggu tentang kejadian aku pulang bersama si hawa.
ada kabar bahagia untuk aku dan juga kalianㅡpara pembaca.
aku dan si hawa resmi menjadi sahabat.
aku sangat bahagia, tentunya.
awalnya, karena si hawa itu sering satu bis dan satu kursi denganku. lalu, kita sering ketemu. sering bercengkrama sehabis pulang sekolah. hingga akhirnya kita jadi sahabat.
syukur-syukur masih bisa bersahabat. kalau tidak, pecah lagi saja hati aku ini.
payah, payah.
hari ahad ini, aku sudah bertukar janji bahwa kita akan bertemu di kafe gentala dekat toko bunga carrisa depan komplek rumahku.
jam sudah menunjuk angka sembilan pagi. aku sudah melangkah pergi.
sesampainya di sana, ternyata belum mendapati tiya. ya sudah, aku lebih baik memesan minuman.
secangkir teh hijau sudah berada di atas meja kafe sekitar lima menit yang lalu, tapi belum juga mendapati batang hidung hawa. kemana dia?
apa dia hanya bercanda mengenai janjinya?
aku memilih untuk menunggunya lebih lama lagi. dan, dia memang benar-benar tidak datang sekitar satu setengah jam aku menunggu. bahkan pelayan kafe pun sudah sebelas kali ke tempatku untuk sekadar menawarkan menu.
ah, mungkin memang aku-nya yang masih menaruh harap pada dirinya. sampai-sampai janji awalnya sudah aku sepakati saja.
lagi-lagi aku terlalu bodoh.
dan, hari ahad itu aku habiskan di dalam kafe dengan memandang kosong ke arah luar jalan raya.
•••
miris ya jadi renjun:"
KAMU SEDANG MEMBACA
morse, renjun.
Teen Fictionrenjun ; 💌📜ㅡ "surat-surat yang saya kirim berhenti di tengah jalan." dlpnsa, 2020.